SAUGI
140410100100105
Saugisuccess.limitcorp@gmail.com
Sejarah Evolusi Tumbuhan
Darat
Saat
kita memandang lanskap yang dipenuhi vegetasi yang subur dan lebat, sangat
sulit apabila membayangkan tanah yang subur itu merupakan tanah yang tandus dan
gersang, yang secara keseluruhan tidak dihuni oleh kehidupan makroskopik.Tetapi
begitulah seharusnya kita membayangkan Bumi selama hampir 90% pertama waktu
sejak adanya kehidupan. Kehidupan sebelumnya lahir di lautan dan di kolam dan
di sanalah kehidupan berevolusiselama 3 miliar tahun. Para ahli paleobiologi
baru-baru ini menemukan fosil sianobakteri yang kemungkinan telah melapisi
tanah lembap sekitar 1,2 miliar tahun silam, akan tetapiperziarahan evolusioner
yang panjang dari organismeyang lebih komplekshingga mencapai daratan masih
belum dimulai hingga sekitar 475juta tahun silam. Komunitas daratan yang
dimulai oleh tumbuhan mengubah biosfir. Jika di bayangkan misalnya, bahwa
manusia tidak akan adajika rantai kejadian evolusi, yangdimulai ketika pertama
kali turunan alga hijau tertentu mendiami daratantidak terjadi(Campbell.jilid2
hal.153.2003).
Sejarah
evolusi kingdom tumbuhan adalah suatu kisah adaptasi terhadap kondisi daratan
yang berubah-ubah.Proses evolusi mengakibatkan terjadi beranekaragamnya
tumbuhan yang ada di bumi. Evolusi yang merupakan sumber dari keanekaragaman
dapat dibuktikan dari fosil, distribusi sifat-sifat umum kelompok organisme,
variasi geografi, dan studi lingkungan (Judd et al. 2002).
2.1.Asal Mula dari Tumbuhan Berpembuluh (Vaskuler)
Catatan
fosil mencatat empat periode utama dalam evolusi tumbuhan, yang juga jelas
terdapat di dalam keanekaragaman tumbuhan modern. Masing-masing periode sebagai
sesuatu radiasi adaptif yang mengikuti evolusi struktur dan membuka kesempatan
baru untuk kehidupan di darat.
Periode Pertama
Dapat
diketahui ada beberapa tumbuhan yang muncul lebih awal, sedangkan yang lainnya muncul di akhir.Pada
periode pertama evolusi dihubungkan dengan asal mula tumbuhan dari nenek moyang
akuatik, selama masa ordovisium pada zaman Paleozoikum, sekitar 475 juta tahun
silam. Adaptasi terestrial pertama yang mencakup spora yang diperkuat
olehsporopollenin dan gametangia berlapis yang melindungi gamet dan embrio.Bryofita
merupakan tumbuhan “darat” awal yang berevolusi dari jenis yang hidup di air. Adaptasi tersebut memungkinkan tumbuhan yang
dikenal sebagai briofita, termasuk lumut membuat variasi dari jaringan vaskuler
atau pembuluh tumbuhan pertama, yang terdiri dari sel-sel yang dihubungkan satu
sama lain membentuk pembuluh yang mengangkut air dari zat-zat hara diseluruh
tubuh tumbuhan tersebut,danmembuat variasi dari tumbuhan pertama.Evolusi
bryofita merupakan evolusi yang relatif dini dalam sejarahtumbuhan(Campbell et all, 2003).
Adaptasi ini belum sempurna, sehingga
bryofita memerlukan tempat hidup yang lembab. Bryofita (Bhs Yunani+ “lumut”)
menunjukkan adaptasi penting dengan kehidupan darat yaitu adanya, arkegonium
(gametangium betina) dan anteridium (gametangium jantan). Arkegonium
menghasilkan satu sel telur (ovum), anteridium menghasilkan sperma berflagela.
Sel telur dibuahi di dalam arkegonium dan kemudian berkembang menjadi zigot.
Zigot kemudian berkembang menjadi embrio di dalam selubung pelindung organ
betina. Sekalipun embrio telah terlindung sedemikian rupa, namun bryofita belum
sepenuhnya terbebas dari kehidupan air. Untuk bereproduksi, sperma berflagela
(ciri kehidupan air) masih tetap memerlukan air untuk dapat membuahi sel telur.
Bryofita juga tidak memiliki jaringan
“lignin” dan tidak memiliki jaringan vaskuler, sehingga air dari lingkungan
berdifusi dan diserap oleh sel. Tinggi tumbuhan lumut umumnya 1-2cm, namun ada
yang mencapai 20 cm(Campbell et all, 2003)..
Sebagian besar kelompok briofita tidak memiliki jaringan vaskuler,
dengan demikian briofita kadang-kadang dikategorikan sebagai tumbuhan
“nonvaskuler”. Namun ada sebagian kecil bryofita yang memiliki jaringan
pembuluh pengangkutan air. Dengan demikianpengelompokan bryofita sebagai tumbuhan
non vaskuler tidak sepenuhnya benar(Campbell et all, 2003)..
Periode Kedua
Periode kedua adalah diversifikasi
tumbuhan vaskuler selama masa devon awal, sekitar 400 juta tahun silam.
Tumbuhan vaskuler yang paling awal tidak memiliki biji, keadaan ini masih
ditemukan pada paku-pakuan dan beberapa kelompok tumbuhan vaskuler tidak berbiji
lainnya(Campbell et all, 2003)..
Tanaman benih paling awal muncul di
Devon, dan telah disebut "progymnosperms". Fosil Progymnoperm
menunjukkan morfologi vegetatif untuk gymnosperma. Progymnopserma pada mulanya
dalah tumbuhan tak berbiji, akan tetapi pada akhir masa Devon, biji telah
dievolusikan. Radiasi adaptif selama Karboniferus dan awal Permium menghasilkan
berbagai divisi gymnospermae.
Periode ketiga
Periode ketiga dimulai dengan
kemunculan biji, yaitu suatu struktur yang mempercepat kolonisasi daratan
dengan cara melindungi embrio tumbuhan dari kekeringan dan ancaman lainnya..
Tumbuhan vaskuler berbiji muncul kira-kira 360 juta tahun yang lalu dengan
kemunculan Gymnospermae (Bhs. Yunani: Gymnos= „terbuka‟ atau „telanjang‟;
sperma= benih atau biji). Gymnospermae, terdiri atas Konifer dengan berbagai
variasi jenisnya. Konifer dan Paku-pakuan mendominasi kehidupan di hutan
belantara selama lebih dari 200 juta tahun(Campbell et
all, 2003)..
Periode keempat
Periode keempat ditandai dengan
munculnya tumbuhan berbunga selama awal
masa Kretaseus pada zaman Mesozoikum.sekitar 130 juta tahun yang lalu.
Periode ini ditandai dengan kemunculan tumbuhan berbunga yang memiliki struktur
reproduksi yang agak rumit di mana biji dilindungi oleh ruangan yang disebut
ovarium. Karena biji terlindung sedemikian rupa maka kelompok ini disebut
Tumbuhan berbiji tertutup atau Angiospermae (Bhs. Yunani: Angion= “wadah”;
spermae= benih atau biji).Fosil angiospermae yang pertama diketahui berupa
bunga dan serbuk sari yang berasal dari periode awal Cretaceous (Friis et
al. 2010). Fosil yang memberikan gambaran keseluruhan tumbuhan dijumpai
pada Archaefructus (Raven et al. 2005). Fosil lainnya berasal
dari bangsa Nymphaeales, bangsa pada dikotil yang agak primitif. Pada
pertengahan Cretaceous ditemukan fosil yang merujuk pada marga modern antara
lain Artocarpus J.R. Forst & G. Forst, Magnolia L., dan Typha
L. Pada akhir Cretaceous dijumpai suku Faga-ceae, Magnoliaceae,
dan Salicaceae (Shukla & Misra 1979).
Kekerabatan
Jenis Alga Hijau Yang Termasuk Karofita Dengan Tumbuhan
Betapapun juga telah lama diyakini bahwa tumbuhan
berevolusidari alga hijau, yaitu protista
fotosintetik yang hidup di air. Kelompok
alga hijau berkembang sangat pesat sehingga keanekaragamannya juga
tinggi. Kini banyak bukti yang mengarahkan kekerabatan jenis alga hijau yang
termasuk karofita dengan tumbuhan karena adanya,
(1) Kesamaan DNA kloroplas alga hijau
karofita dengan tumbuhan
(2) Kesamaan biokimiawi, yaitu komponen
selulosa penyusun dinding sel dankomposisi enzim peroksisom pada alga dan
tumbuhan
(3) Kemiripan dalam mekanisme
mitosis dan sitokinesis, yaitu
adanya organel-organel
mikrotubul, mikrofilamen aktin dan vesikula pada proses pembelahan sel.
(4) Kemiripan dalam ultra struktur biji.
(5) Adanya hubungan kekerabatan
(genetik) berdasarkan kesamaan gen danRNA.Karofita yang diwakili oleh ganggang
karangan (Characeae) menunjukkan bahwa karofita dan tumbuhan memiliki nenek
moyang yang sama. Karofita modern umumnya hidup di perairan dangkal, sementara
karofita primitif diduga juga telah hidup di air dangkal yang mudah terancam
kekeringan. Seleksi alam terjadi sehingga alga ini bertahan hidup di laut
dangkal. Perlindungan terhadapembrio yang
berkembang di dalam gametangia merupakan cara adaptasi terhadap
kekeringan, dan ternyata cara ini berguna pada saat mereka hidup di darat.
(Sumber: Campbell, 2003)
Mutasi dan
Rekombinasi Genetik Merupakan Sumber Variasi
Di dalam populasi dan jenis tumbuhan dapat dijumpai
Mutasi dan rekombinasi genetik merupakan sumber variasi di dalam evolusi.
(Alters & Alters 2006). Mutasi mengakibatkan perubahan susunan basa pada
DNA yang mengakibatkan perubahan-perubahan pada gen dan kromosom yang dapat
diturunkan. Hal ini dapat terjadi melalui Mutasi Gen: (point mutation:
frameshift mutation and base substitution), atau Mutasi Kromosom karena adanya
delesi, duplikasi, dan translokasi.Ada empat aspek dalam mutasi, yaitu
mekanisme molekuler yang bertanggung jawab untuk terjadinya mutasi, efek setiap
jenis mutasi terhadap materi genetic dan produknya, atribut sementara atau
ruang mutasi, dan keacakan mutasi (Widodo,2003).
Selain mutasi, mekanisme lain
yang dapat menyebabkan terjadinya variasi genetik adalah rekombinasi.Jasad
hidup yang diturunkan dari suatu induk tidak selalu mempunyai sifat-sifat
genetik yang sama dengan induknya karena umumnya jasad turunan (progeny) telah
mengalami komposisi genetik yang berbeda. Rekombinasi genetik adalah
proses pertukaran elemen genetik yang dapat terjadi antara untaian DNA yang
berlainan (interstrand), atau antara bagian-bagian gen yang terletak dalam satu
untaian DNA (intrastrand). Dalam pengertian yan lebih sederhana, rekombinasi
genetik didefinisikan menjadi penggabungan gen dari satu atau lebih sel ke sel
target. Sel yang disisipi atau dimasuki gen dari luar atau dari sel lain
disebut biakan rekombinan.
Fungsi dari rekombinasi genetik
bervariasi tergantung mekanismenya. Beberapa fungsi rekombinasi genetik adalah
memelihara perbedaan genetik, sistem perbaikan DNA khusus, regulasi ekspresi
gen tertentu, dan penyusunan kembali genetik yang diprogram selama
perkembangan. Secara garis besar ada tiga tipe rekombinasi genetik yang sudah
banyak diketahui, yaitu (1) rekombinasi homolog/ umum, (2) rekombinasi khusus
(site-specific rekombination), dan (3) rekombinasi transposisi/ replikatif (SB,
Carroll,2005).
Rekombinasi genetik terjadi
pada jenis-jenis yang melakukan pembiakan dengan cara perkawinan. Pada saat
meiosis, kromosom homolog seharusnya mempunyai gen-gen dari induk jantan saja
atau induk betina saja, namun pada peristiwa rekombinasi genetik, kromosom
mengalami pindah silang, dan menghasilkan gen-gen campuran induknya.
Ada dua jenis rekombinasi
homolog pindah silang (reciprocal recombination) dan konversi gen (nonreciprocal
recombination). Reciprocal recombination melibatkan pertukaran sekuens
homolog antar kromosom homolog, yang menhasilkan kombinasi baru dari sekuens
bersebelahan dan pada waktu yang sama kedua varian terlibat peristiwa rekombinasi.
Sedangkan, non reciprocal recombination melibatkan penggantian yang tidak
seimbang satu sekuens oleh yang lain. Hal ini merupakan suatu proses yang
menghasilkan hilangnya salah satu dari sekuens varian yang terlibat dalam
peristiwa ini. Kedua jenis rekombinasi homolog ini diperkirakan melibatkan
suatu molekul intermediate disebut Holliday structure atau junction. Struktur
ini mempengaruhi pembentukan kesalahan berpasangan dari rantai ganda DNA yang
biasa disebut heteroduplex. Kesalahan berpasangan dalam heteroduplex dikenali
oleh enzim seluler. Kemudian, menggunakan rantai komplementer sebagai template,
DNA polymerase mengisi daerah ‘gap’. Untuk peluang hasil resolusi suatu
Holliday junction dan perbaikan serta penghilangan yang tidak sepadan pada heteroduplex.
Variasi pada tumbuhan dapat
juga dihasilkan melalui spesiasi. Spesiasi merupakan proses pembentukan suatu
spesies baru.Cara spesiasi yang penting pada tanamanadalah Hibridisasi, karena
poliploidi (memiliki lebih dari dua kopi pada setiap kromosom) dapat lebih
ditoleransi pada tanaman dibandingkan hewan (J,Wendel,2000) Poliploidi sangat
penting pada hibdrid karena ia mengijinkan reproduksi, dengan dua set kromosom
yang berbeda, tiap-tiap kromosom dapat berpasangan dengan pasangan yang identik
selama meiosis.
2.2 Evolusi Tumbuhan Lumut dan Paku(Campbell, 2003)
Bryofita merupakan tumbuhan “darat” awal yang
berevolusi dari jenis yang hidup di air. Adaptasi ini belum sempurna, sehingga
bryofita memerlukan tempat hidup yang lembab. Bryofita (Bhs Yunani+ “lumut”)
menunjukkan adaptasi penting dengan kehidupan darat yaitu adanya, arkegonium
(gametangium betina) dan anteridium (gametangium jantan). Arkegonium
menghasilkan satu sel telur (ovum), anteridium menghasilkan sperma berflagela.
Sel telur dibuahi di dalam arkegonium dan kemudian berkembang menjadi zigot.
Zigot kemudian berkembang menjadi embrio di dalam selubung pelindung organ
betina. Sekalipun embrio telah terlindung sedemikian rupa, namun bryofita belum
sepenuhnya terbebas dari kehidupan air. Untuk bereproduksi, sperma berflagela
(ciri kehidupan air) masih tetap memerlukan air untuk dapat membuahi sel telur.
Bryofita juga tidak memiliki jaringan
“lignin” dan tidak memiliki jaringan vaskuler, sehingga air dari lingkungan
berdifusi dan diserap oleh sel. Tinggi tumbuhan lumut umumnya 1-2cm, namun ada
yang mencapai 20 cm.
2.2.1 Bryofita terdiri atas 3 divisi, yaitu:
2.2.1.1 Divisi Lumut Daun (Divisi Bryofita)
Lumut daun merupakan bryofita yang sangat dikenal, tumbuhan lumutini
hidup berkelompok seperti hamparan yang lunak yang bersifat menyerap air.
Masing-masing tumbuhan memiliki rhizoid (rhiza= akar;-oid= mirip) sebagai alat
untuk melekat pada substrat. Lumut daun mempunyai bagian yang
mirip akar, mirip daun dan mirip batang. Bagian “akar”, “batang”, dan “daun”
ini memang berbeda strukturnya dengan akar, batang, dan daun sejati pada
tumbuhan tinggi. Namun bagian “daun” -nyadapat menyelenggarakan fotosintesis.
Lumut daun berukuran kecil (pendek), meski demikian, hamparan Sphagnum (lumut
gambut) yang sangat tebal dapat menutupi kira-kira 3 % permukaan bumi kita.
2.2.1.2 Divisi Lumut hati (Divisi Hepatofita)
Lumut hati banyak
tumbuh di hutan tropika yang sarat dengan keanekaragaman Disebut lumut hati
karena tubuhnya terdiri dari beberapa lobus yang mengingatkan kita pada lobus
hati. Siklus hidupnya mirip dengan lumut daun yaitu memiliki fase seksual dan
aseksual. Secara aseksual dengan membentuk
Gemmae yang terdapat di dalam”mangkuk” dan kemudian akan terpental ke
luar dari mangkuk oleh tetesan air hujan.
2.2.1.3 Divisi Lumut tanduk (Anthoserofita)
Lumut ini disebut lumut tanduk karena sporofitnya membentuk kapsul yang
memanjang mirip tanduk. Berdasarkan penelitian asam nukleat diperoleh bukti
bahwa lumut tanduk merupakan kelompok bryofita yang paling dekat kekerabatannya
dengan tumbuhan vaskuler. Ketiga divisi bryofita tersebut telah berhasil hidup
di darat dan beradaptasi selama lebih dari 450 juta tahun. Bahkan diyakini
bahwa pada 50 juta tahun pertama sejak lahirnya komunitas darat, lumut
merupakan satu-satunya tumbuhan yang mendominasi daratan
2.3 Evolusi Tumbuhan Vaskuler
Di atas telah diuraikan bahwa kelompok
bryofita telah berhasil beradaptasi dengan kehidupan darat, sekalipun
tidak sepenuhnya dapat hidup ditempat
yang kurang air. Pada bagian “daun”nya terdapat stomata dan kutikula yang mirip
dengan tumbuhan vaskuler. Keberadaan stomata dan lapisan kutikula ini merupakan
tahap evolusi bryofita terhadap
kehidupan di darat. Tubuh tumbuhan bryofita juga telah mengalami
diferensiasi menjadi bagian-bagian yang mirip akar, mirip batang dan mirip
daun. Pada tumbuhan vaskuler, tubuhnya juga berdiferensiasi menjadi
akar,batang, dan daun sejati. Sistem perakaran di bawah permukaan tanah
berfungsi: untuk menyerap air dan zat hara. Sistem tunas di atas permukaan
tanah akan menghasilkan daun yang berfungsi untuk menyelenggarakan proses
fotosintesis. Pada bagian batang terdapat jaringan vaskuler yang membentuk
sistem pembuluh angkut. Sistem pembuluh angkut terdiri atas,
Xylem (pembuluh kayu) dan floem(pembuluh tapis).
Pembuluh kayu yang berbentuk tabung sebenarnya merupakan sel mati, namun
dindingnya masih merupakan sistem pipa kapiler mikroskopis untuk mengangkut air
dan zat hara dari akar kebagian tubuh tanaman. Floem merupakan jaringan sel
hidup yang berfungsi menghantarkan makanan, yang mendistribusikan gula, asam
amino, dan zat-zat lain dari daun ke seluruh bagian tubuh tanaman.
Adaptasi terhadap kehidupan darat lainnya adalah
lignin(zat kayu) yang terdapat di dalam matriks selulosa dinding sel, sifatnya
keras, dan berfungsi untuk menyokong
batang tumbuhan agar kokoh. Adanya lignin sangat penting bagi tumbuhan darat,
karena lingkungan darat tidak memberikan sokongan eksternal seperti lingkungan
air. Alga yang tumbuh di air tidak
memerlukan zat lignin karena lingkungan sekitarnya menunjang tubuhnya sedemikian
rupa.Sel-sel pembuluh kayu memiliki dinding berlignin yang memiliki dua fungsi
yaitu (1) sebagai jaringan vaskuler
dan (2) sebagai penyokong tubuh tanaman.
Pada tumbuhan yang kecil dan tak berkayu, maka tekanan turgo rmembantu agar
tumbuhan tetap tegak, namun pada pohon dan tumbuhan yang besar harus ada lignin
agar dapat tegak. Berbagai fosil tumbuhan ditemukan pada lapisan sedimen masa
Silur dan Devon. Tumbuhan ini terfosilkan dengan sangat indahnya, hingga tampak
susunan jaringan mikroskopiknya. Fosil tumbuhan tertua adalah Cooksonia yang
ditemukan di lapisan Silur di Eropa dan Amerika Utara. Temuan di dua benua yang
berbeda ini menunjukkan bahwa dahulu kala kedua benua ini masih bersatu.
Perbedaan Cooksoniadengan bryofita adalah pada siklus
hidupnya. Pada bryofita tahap gametofit merupakan tahap dominan. Pada tumbuhan
vaskuler awal, tahap sporofit-lah yang dominan, yang ditandai oleh adanya
sporangia. Sporofit Cooksonia bercabang, hal ini menunjukkan kemajuan
dibandingkan dengan sporofit bryofita yang tak bercabang. Percabangan berfungsi
untuk meningkatkan jumlah sporangia dan spora yang dihasilkan oleh tubuh
tumbuhan, sehingga dapat lebih banyak menghasilkan keturunan. Percabangan ini
juga merupakan bahan mentah bagi evolusi tumbuhan vaskuler. Daun pada tumbuhan
vaskuler diduga berevolusi dari terbentuknya jalinan jaringan beberapa cabang
yang tumbuh berdekatan.
Contoh Divisi
Bryofita(Sumber: Keeton, 1980)
A.Musci (lumut daun) B.Marchantia (lumut
hati)C.Anthoceros (lumut tanduk)
2.4 Tumbuhan vaskuler tak
berbiji
Tumbuhan vaskuler atau tumbuhan berpembuluh terdiri atas
tumbuhanvaskuler tak berbiji. Tumbuhan vaskuler tak berbiji dimulai sejak 360
juta tahun silam yaitu pada masa. Karbon.Filogeninya digambarkan sebagai
berikut: Karofita, Bryofita Tumbuhan vaskuler tak berbiji Gimnosperma,
Angiosperma.
Filogeni
tumbuhan vaskuler tak berbijiCampbell
2003
Baik pada Cooksonia maupun tumbuhan vaskuler tak
berbiji, siklus hidupnya didominasi oleh generasi sporofit. Generasi
gametofitnya sangat kecil dan terdapat
di permukaan tanah. Berkurangnya dominasi generasi gametofit dalam evolusi
tumbuhan merupakan bentuk kecenderungan tumbuhan untuk
beradaptasi dengan kehidupan
darat. Pada jenis paku-pakuan, ada dua macam tumbuhan
sporofit, yaitu paku homospora dan paku heterospora. PAKU
HOMOSPORA= Sel telur Sporofit Spora
Gametofit (berukuran sama) (biseksual)
Sperma. Sedangkan PAKU HETEROSPORA= Megaspora, Gametofit, betina, Sel telur,
Sporofit Mikrospora, Gametofit, , jantan Sperma.
Perbandingan
antara paku homospora dan heterospora
Paku homospora menghasilkan spora yang sama bentuk dan
ukurannya, sementara paku heterospora menghasilkan dua jenis spora yaitu
megaspora dan mikrospora. Megaspora menghasilkan gametofitbetina (arkegonium)
sedangkan mikrospora menghasilkan gametofit jantan (anteridium). Anggota paku
heterospora diantaranya ada yang berevolusi kembali ke air. Tumbuhan vaskuler
tak berbiji terdiri atas tiga divisi:
2.4.1.1. Divisi Lycophyta (likofita)
Paku likofita berevolusi selama masa Devon dan mendominasi daratan selama masa
Karbon. Pada masa itu, divisi Lycophyta berevolusi menjadi dua kelompok
yaitu:(1) Kelompok yang berevolusi menjadi pohon berkayu dengan diameter batang
2 meter dan tinggi lebih dari 40 meter. (2) Kelompok yang tetap berukuran
kecil, berbentuk herba (tak berkayu), contohnya Lycopodium (paku “lumut”, paku kawat,“pinus
tanah”)
Spesies
Lycophyta raksasa mendominasi rawa Karboniferous selama jutaan tahun, dan
kemudian punah ketika terjadi perubahan suhu di bumi dan rawa-rawa mengering
pada akhir periode Karbon. Spesies Lycophyta yang berukuran kecil hidup dekat
permukaan tanah di dasar hutan atau hidup sebagai epifit pada pohon lain.
Penyebarannya mulai dari hutan beriklim sedang hingga hutan tropika.
2.4.1.2 Divisi Sphenophyta (paku ekor kuda)
Kelompok sphenophyta dikenal sebagai paku ekor kuda (
horse tail), contohnya Equisetum. Tumbuhan paku ini termasuk kelompok tumbuhan
vaskuler primitif yang telah menghuni daratan sejak masa Devon.Kelompok ini
mendominasi daratan pada masa karbon, beberapa spesies diantaranya mencapai
tinggi 15 meter. Paku ekor kuda yang bertahan hingga masa kini adalah genus
tunggal. Equisetum dengan kira-kira 15 spesies yang tersisa. Hidup di bumi
belahan utara hingga daerah tropika di tepian aliran sungai. Paku ekor kuda
merupakan paku homospora.Tumbuhan yang terlihat adalah generasi sporofit.
Pembelahan meiosis terjadi di dalam sporangia dan menghasilkan spora haploid.
Gametofit berkembang dari spora, berukuran sangat kecil hanya beberapa
millimeter saja.
2.4.1.3.Divisi Pterophyta (Pakis)
Divisi ini sangat beranekaragam, dikenal sebagai “pakis”
dengan jumlah spesies lebih dari 12.000 spesies yang hidup hingga masa kini.
Jumlah spesies sterbanyak terdapat di daerah tropika, tetapi ada beberapa
spesies yang hidup di daerah beriklim sedang. Daun pakis berukuran besar,
berbeda dengan daun lycophyta. Diduga bentuk daun mengalami evolusi, setiap
daun pakis yang disebut megafil kemungkinan berasal dari beberapa daun-daun
kecil yang berdekatan. Daun pakis merupakan daun majemuk, ketika masih muda
menggulung dan ujungnya membentuk seperti ujung biola, dan kemudian berangsur
sempurna seiring dengan membukanya gulungan daun tersebut. Ada pohon pakis yang
berukuran besar yang hidup di daerah tropika, misalnya “pakis haji”.
Tumbuhan vaskuler tak berbiji sangat dominan pada masa
karboniferous sekitar 290-360 juta tahun
silam, dan pada masa kini meninggalkan spesies yang masih hidup dan juga bahan
bakar fosil dalam bentuk batu bara.
A.Lycopodium
B.Equisetum
C. Pakis
Resume
Bumi diawali dari
pada 90% periode sebagai daerah yang kering sebelum adanya perairan yang
kemudian berevolusi,sebarnya fosil yang paling awal berupa sianobakteri,tetapi
utk organisme yang kompleks baru mulai 475 tahun yang lalu,yang diawali oleh
alga.Evolusi tumbuhan adalah mengenai adaptasi kondisi daratan berupa adaptasi
secara struktural, kimiawi, dan sistem reproduksi yang memunculkan
beranekaragamnya tumbuhan yang ada.Contohnya adaptasi kimiawi seperti lapisan
lilin pada daun yang berguna sebagai pelindung.
Menurut Campbell et all (2003), berdasarkan catatan fosil yang ada, sejarah
adaptasi daratan oleh tumbuhan terdapat empat periode utama evolusi tumbuhan.
Periode tersebut merupakan radiasi adaptif.Sesuai dengan teori Charles Darwin
tentang seleksi alam, proses evolusi yang adaptif organisme dengan
karakteristik tertentu cenderung untuk bertahan hidup dan mewariskan
sifat-sifat kepada keturunannya.Dimana proses evolusi ini mengikuti evolusi
struktur bagi peluang kehidupan di darat. Keempat periode tersebut adalah
sebagai berikut:
- Periode pertama, evolusi dihubungkan dengan asal mula tumbuhan dari nenek moyang akuatik yaitu dari Chlorophyta (alga hijau), selama masa Ordovisium (Kala Silur Bawah atau Kambrium Atas) ditandai Koral dan Alga berkembang membentuk karang, pada zaman Paleozoikum (bahasa Yunani: palaio, "tua" dan zoion, "hewan", berarti "kehidupan purba" berlangsung sejak 540 juta – 245 juta tahun yang lalu) , sekitar 475 juta tahun silam. Adaptasi tersebut memungkinkan tumbuhan yang dikenal sebagai briofita, termasuk lumut. Sebagian besar briofita tidak memiliki jaringan vaskuler (pembuluh), namun terdapat beberapa briofita memiliki pembuluh pengangkut air.
- Periode kedua, diversifikasi tumbuhan vaskuler (tumbuhan berpembuluh) selama masa Devon (dinamakan dari sebuah nama distrik di Inggris dimana ditemukan batuan, 410-360 juta tahun lalu) awal, sekitar 400 juta tahun silam.Pada zaman ini perkembangan besar-besaran jenis ikan dan tumbuhan darat.Di mana tumbuhan vaskuler pertama tidak memiliki biji, dan keadaan ini masih ditemukan pada paku-pakuan. Tumbuhan darat paling awal hanya terdiri dari batang yang menyokong alat reproduksi. Namun pada akhir zaman Devon hutan.Proses evolusi dipengaruhi oleh keadaaan abiotik juga salah satunya komposisi gas di atmosfer.Perubahan atmosfer yang terjadi (Adams.2007)
- Periode ketiga, dimulai dengan kemunculan biji, yaitu struktur yang mempercepat kolonisasi daratan dengan cara melindungi embrio tumbuhan dari kekeringan dan ancaman lainnya. Tumbuhan vaskuler biji pertama muncul sekitar 360 juta tahun silam, dekat dengan masa Devon. Tumbuhan berbiji awal, bijinya tidak terbungkus dalam ruang khusus, seperti pada berbagai jenis gymnospermae termasuk conifer seperti pinus dan tumbuhan konus. Tumbuhan ini hidup bersama tumbuhan lainnya mendominasi bentang alam selama lebih dari 200 juta tahun.
Zaman Karbon (360 – 290 juta tahun lalu)
Nama zaman ini sesuai
dengan unsur karbon yang banyak terdapat waktu itu.Pada zaman ini, kehidupan di
daratan telah sepenuhnya berkembang.Pohon pertama muncul, jamur Klab, tumbuhan
ferm dan paku ekor kuda tumbuh di rawa-rawa pembentuk batubara. Pada zaman ini
benua-benua di muka bumi menyatu membentuk satu masa daratan yang disebut
Pangea, mengalami perubahan lingkungan untuk berbagai bentuk kehidupan. Di
belahan bumi utara, iklim tropis menghasilkan secara besar-besaran, rawa-rawa
yang berisi dan sekarang tersimpan sebagai batubara.Dimana proses pembentukan tahap awalnya lapisan tumbuhan
menyerap air dan tertekan, membentuk materi cokelat berpori yang disebut
gambut. Saat itu, hutan-hutan batu bara dihuni oleh serangga raksasa, berbagai
arthropoda (Adams.2007).
Zaman Trias (250-210
juta tahun lalu)
Tumbuhan sikada mirip
palem berkembang dan Konifer menyebar (Djunijanto,2010).
Zaman Jura (210-140
juta tahun lalu)
Tumbuhan Konifer
menjadi umum, sementara Bennefit dan Sequola melimpah pada waktu ini (Djunijanto,2010)i.
4. Periode keempat, munculnya tumbuhan berbunga selama awal masa Krestaseus (dimana
merupakan masa yang paling banyak kepunahan akibat adanya tumbukan benda luar
angkasa.)pada zaman Mesozoikum, sekitar 130 juta tahun silam. Bunga merupakan
struktur reproduksi kompleks yang mengandung biji di dalam ruang yang
terlindungi (ovarium). Mayoritas tumbuhan modern saat ini menghasilkan bunga
atau angiospermae.
Zaman Tersier (65 – 1,7 juta tahun lalu)
Tumbuhan berbunga pada zaman Tersier terus
berevolusi menghasilkan banyak variasi tumbuhan, seperti semak belukar,
tumbuhan merambat dan rumput (Djunijanto,2010).
Pada zaman Tersier – Kuarter, pemunculan dan
kepunahan hewan dan tumbuhan saling berganti seiring dengan perubahan cuaca
secara global (Djunijanto,2010)
Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu –
sekarang)
Zaman Kuarter terdiri dari kala Plistosen dan
Kala Holosen. Kala Plistosen mulai sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan
berakhir pada 10.000 tahun yang lalu. Flora dan fauna yang hidup pada Kala
Plistosen sangat mirip dengan flora dan fauna yang hidup sekarang (Djunijanto,2010).
Selama beberapa
dekade, para ahli sistematika telah mengakui bahwa alga hijau merupakan
protista fotosintesik yang memiliki kekerabatan paling dekat dengan tumbuhan
karena terdapat keanekaragaman yang sangat besar pada alga hijau, penelitian
terbaru memfokuskan pada kelompok organisme akuatik yang merupakan kerabat alga
terdekat dengan kingdom tumbuhan,
sekarang bukti yang mengarah pada alga hijau disebut karofita. dengan
membandingkan ultrasruktur sel, biokimia dan informasi hereditas (DNA dan RNA
serta produk proteinnya), para peneliti telah menemukan homologi antara
karofita dan tumbuhan sehingga menunjukkan bahwa karofita dan tumbuhan memiliki
nenek moyang yang sama (Morwanto,.2003).
Sebelumnya diduga
bahwa tanaman darat berevolusi dari ganggang mirip-Chara.Penelitian terbaru
yang dipublikasikan dalam jurnal terbuka BioMed Central, BMC Evolutionary
Biology, menunjukkan bahwa kerabat terdekat untuk tanaman darat sebenarnya
merupakan konjugasi ganggang hijau seperti Spirogyra (Wodniok, , Sabina ,2011)
Berdasarkan sejarah
nenek moyang tanaman hijau mulai menempati daratan sekitar 500 juta tahun yang
lalu dan umumnya diterima bahwa mereka berevolusi dari ganggang streptophyte yaitu kelompok ganggang
hijau air tawar. Namun keanekaragaman kelompok ganggang ini sangat tinggi dan
saat ini berkisar dari yang bersel satu sederhana, flagellata, hingga ganggang
yang lebih kompleks dan bercabang seperti stonewort
(Chara) (LA, Lewis,2004).
Diperkirakan bahwa
Charales adalah kerabat terdekat untuk
tanaman darat disebabkan mereka berbagi (di antara karakteristik lainnya)
metode fertilisasi (pembuahan) yang sama,berupa oogamy, dengan telur besar dan
sperma perenang kecil. Untuk tanaman berbunga, sperma ini akan terkandung di
dalam serbuk sari. Sebaliknya, jenis lain dari streptophytes, yaitu Zygnematales,
menggunakan konjugasi, yaitu metode reproduksi di mana gamet-gametnya memiliki
ukuran yang sama, isogamy, dan satu
atau keduanya merangkak, seperti amuba, ke dalam tabung pembuahan di mana
mereka bertemu dan bersumbu (LE, Graham,1993).
Beberapa analisis
filogenetik telah dilakukan sebelumnya pada sejumlah kecil gen, yang tampaknya
mendukung teori Charales. Namun, tim
multinasional, yang melibatkan para peneliti dari Jerman dan Kanada,
menganalisis perbedaan genetik pada 129 gen dari 40 taksa tanaman hijau yang
berbeda. Data ini menunjukkan bahwa, meskipun terdapat perbedaan dalam strategi
reproduksi, relasi hidup yang paling dekat dengan tanaman darat sebenarnya
adalah Zygnematales (Wodniok,
Sabina,2011).
Dr Becker
menjelaskan, “Sepertinya Zygnematales telah kehilangan oogamy dan kemampuan
untuk menghasilkan sel sperma dan sel telur, dan sebagai gantinya, mungkin
karena tekanan seleksi dalam ketiadaan air bebas, mereka menggunakan konjugasi
untuk reproduksi.Hal ini merupakan suatu proses adaptasi fisiologis.
Investigasi sejumlah besar gen telah menunjukkan bahwa, meskipun menampakkan
kesederhanaan, Zygnematales memiliki jejak genetik sifat-sifat kompleks lainnya
yang juga berkaitan dengan tanaman hijau daratan Akibatnya, tempat sebenarnya
Zygnematales sebagai relatif terdekat terhadap tanaman hidup daratan telah
terungkap (Petersen J et all.2006).
Mutasi dan Rekombinasi
Genetik Merupakan Sumber Variasi
Di bumi ini tidak
mungkin ada dua organisme yang tepat sama, walaupun satu jenis (spesies).
Adanya variasi ini dimungkinkan karena adanya variasi ini dimungkinkan karena
adanya faktor faktor seperti faktor lingkungan baik biotik dan abiotik,
perbedaan gen atau gabungan keduanya. Hal itulah yang memungkinkan terjadinya
evolusi.
Setiap organisme,
misalnya tumbuhan dalam selnya mempunyai pola gen yang spesifik atau disebut
genotip yang spesifik. Dalam keadaan biasa pola gen akan tetap selama hidup dan
diwariskan turun – temurun dari generasi ke generasi secara baik.Genotip akan
berinteraksi dengan lingkungan menghasilkan jenis organisme tertentu yang
memiliki fungsi dengan cara tertentu. Penampakan atau sifat fisik suatu makhluk
hidup (fenotip) akan terus tumbuh karena faktor lingkungan. Oleh karena itu,
organisme dengan genotip yang sama tidak akan mempunyai fenotip yang sama.
Variasi dalam suatu keturunan terjadi karena dua sebab utama, yaitu rekombinasi
gen dan mutasi gen (Wily,2013). Rekombinasi,Variasi adalah penyebab evolusi
yang sangat penting.Evolusi terjadi apabila genotip dan fenotip sama-sama
berubah, yaitu kalau genotip berubah tercermin suatu fenotip yang berlainan.
Perubahan genotip terjadi karena kombinasi gen baru. Hal itu hanya mungkin
kalau terjadi reproduksi secara seksual. Kalau reproduksi seksual terjadi,
berarti gen-gen kedua induknya direkombinasi untuk membentuk genotip anak yang
baru (Wily,2013).. Mutasi, Variasi yang
ditimbulkan karena rekombinasi gen dapat menghasilkan genotip organisme yang
lebih kurang terbatas. Genotip yang dihasilkan hanya gabungan dari bermacam
macam gen kedua induknya, sehingga tidak menghasilkan gen baru yang tertentu
(Wily,2013).
Namun, Variasi karena
mutasi sifatnya lebih luas dan dapat menciptakan suatu genotip yang berbeda sama sekali.
Mutasi adalah suatu perubahan mendasar dalam gen yang dapat berupa perubahan
pola zat-zat kimia gen. Gen sel-sel apa pun dapat mengalami mutasi, tetapi yang
penting dalam evolusi hanya mutasi pada sel-sel reproduktif. Karena mutasi akan
mempengaruhi sel kelamin primer, gamet dan telur yang telah dibuahi maka
sel-sel yang berkembang menjadi jaringan pembentuk gamet dapat
diteruskan pada keturunannya.Mutasi juga terjadi pada sekelompok gen. Karena
gen mengendalikan perkembangan makhluk hidup maka mutasai dapat mengubah
struktur suatu organisme dan fungsinya. Mutasi yang hanya terjadi pada genotip
dan tidak muncul pada fenotip bagi organisme tidak menimbulkan akibat apapun.
Namun, jika perubahan sampai terjadi pada fenotip dimungkinkan berbahaya dan
menyebabkan kematian atau bermanfaat dan diturunkan dari generasi ke generasi
(Wily,2013)..
Daftar Pustaka
Adams ,Simon.2007.Just The Facts: Zaman Prasejarah..Erlangga,Jakarta
Alters, S., Alters, B.
(2006). Biology, Understanding Life. John Wiley & Sons, Inc. Hoboken.
Campbell, N.A.,
Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2003. Biology
Fifth Edition. Benjamin Cummings. New York.
Campbell, N.A.,
Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2003. Biology
Fifth Edition Jilid 2. Benjamin Cummings. New York Halaman 156.
Djunijanto,2010,Sejarah Pembentukan Bumi Berdasarkan Zaman.http://djunijanto
.wordpress.com/materi/ sejarah-pembentukan-bumi-berdasarkan-zaman/diakses
10 juni 2013 17.06
J,Wendel,2000. "Genome evolution in polyploids".
Plant Mol. Biol. 42 (1): 225–49. doi:10.1023/A:1006392424384. PMID 10688139
LE, Graham,1993: Origin of land plants. New York: John
Wiley & Sons, Inc
Lewis LA, McCourt RM,
2004, Green algae and the origin of land plants. Am J Bot
91(10):1535-1556.
Morwanto,Rosid.2003.Asal Mula Tumbuhan Kemungkinan Berevolusi
Dari Alga Hijau Yang Disebut Karofita.http://rosidmarwanto.blogspot.com/2013/05/asal-mula-tumbuhan-kemungkinan.html
diakses 10 juni 2013 17.00
Petersen J, Teich R,
Becker B, Cerff R, Brinkmann H,2006.The
GapA/B gene duplication marks the origin of streptophyta (Charophytes and land
plants).Mol Biol Evol, 23(6):1109-1118
SB, Carroll, Grenier
J, Weatherbee SD (2005). From DNA to Diversity: Molecular Genetics and the
Evolution of Animal Design. Second Edition. Oxford: Blackwell Publishing. ISBN
1-4051-1950-0.
Shukla, P., and
Misra, S.P. (1979). An Introduction to
Taxonomy of Angiosperms. Vikas Publishing House PVT Ltd. New Delhi
Widodo, Umie Lestari,
Mohammad Amin. 2003. Evolusi (Panduan Belajar, Bahan Ajar, dan Panduan
Asesmen). Malang: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Peningkatan Manajemen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Wily,ilham.2013.Hubungan Evolusi dan Mutasi. http://hallowwin.wordpress.com/2013/01
/29/hubungan-evolusi-dan-mutasi/ diakses 11 juni 2013 17.00
Wodniok, Sabina,
Henner Brinkmann, Gernot Glöckner, Andrew J Heidel, Hervé Philippe, Michael
Melkonian, Burkhard Becker.2011. Origin
of land plants: Do conjugating green algae hold the key? BMC Evolutionary
Biology, (in press) BMC Evolutionary Biology, 11:104
0 komentar " ", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment