Pendahuluan
|
HIDROPONIK merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah. Bukan hanya dengan
air sebagai media pertumbuhannya, seperti makna leksikal dari kata hidro yang
berarti air, tapi juga dapat menggunakan media-media tanam selain tanah seperti
kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata,
potongan kayu, dan busa.
Sejarah Hidroponik
Mungkin, bagi sebagian besar orang tidak akan percaya di antara ratusan
tomat yang dimakan tidak tumbuh di atas tanah melainkan di air. Seperti
percobaan yang yang dilakukan salah satu bapak hidroponik, Dr.W.F.Gericke dari
Universitas California pada tahun 1930-an. Latar belakang Gericke meneliti
sistem hidroponik ini, karena ia melihat luas tanah di sekelilingnya terasa
semakin menciut untuk ditumbuhi berbagai tanaman.
Hasil penelitiannya yang mudah dan praktis ini pun cepat diketahui se-antero Amerika. Bahkan tentara-tentara Amerika yang dinas di pulau-pulau gersang dan terisolasi pun ikut menumbuhkan tanaman sayuran di ruang tertentu dengan menggunakan sistem hidroponik. Begitu pula di Jepang, yang didirikan segera setelah Perang Dunia II berakhir untuk persediaan makanan bagi tentara pendudukan Amerika.
Sejak saat itu, banyak dibuat unit hidroponik yang berskala besar di Meksiko, Puerto Rico, Hawaii, Israel, Jepang, India, dan Eropa. Dan lebih kompleks lagi, hidroponik dijadikan sebagai bisnis besar dan diselenggarakan projek riset terhadapnya, juga banyak berdiri perusahaan-perusahaan yang menaruh perhatian pada bidang bercocok tanam paling logis di bumi dengan penduduk yang terus bertambah.
Menurut Nicholls (1986), semua ini dimungkinkan dengan adanya hubungan yang baik antara tanaman dengan tempat pertumbuhannya. Elemen dasar yang dibutuhkan tanaman sebenarnya bukanlah tanah, tapi cadangan makanan serta air yang terkandung dalam tanah yang terserap akar dan juga dukungan yang diberikan tanah dan pertumbuhan. Dengan mengetahui ini semua, di mana akar tanaman yang tumbuh di atas tanah menyerap air dan zat-zat vital dari dalam tanah, yang berarti tanpa tanah pun, suatu tanaman dapat tumbuh asalkan diberikan cukup air dan garam-garam zat makanan.
Manipulasi yang dapat dilakukan selain perlakuan di atas adalah pengontrolan. Dengan perawatan rutin (sehari hanya memakan waktu maksimal 20 menit), kita dapat menikmati bermacam buah-buahan, sayur-sayuran, dan rempah-rempah tanaman obat.
Metode hidroponik “mengizinkan” orang-orang yang tinggal di rumah dengan halaman yang sempit dan juga mahasiswa yang bertempat di tempat kos untuk menikmati buah dari tangan dingin di tempat sendiri. Karena, ya… itu tadi, tidak perlu tanah! Keuntungan yang diperoleh pun cukup berlimpah. Pada bidang tanah yang sempit dapat ditumbuhi lebih banyak tanaman dari yang seharusnya. Lantas hasil tanaman buah dapat menjadi lebih masak dengan cepat dan lebih besar. Air dan pupuk dapat lebih awet karena dapat dipakai ulang. Nicholls (1986) menambahkan pula, hidroponik memungkinkan kita untuk mengatur tanaman lebih teliti dan menjamin hasil yang baik dan seragam.
Hasil penelitiannya yang mudah dan praktis ini pun cepat diketahui se-antero Amerika. Bahkan tentara-tentara Amerika yang dinas di pulau-pulau gersang dan terisolasi pun ikut menumbuhkan tanaman sayuran di ruang tertentu dengan menggunakan sistem hidroponik. Begitu pula di Jepang, yang didirikan segera setelah Perang Dunia II berakhir untuk persediaan makanan bagi tentara pendudukan Amerika.
Sejak saat itu, banyak dibuat unit hidroponik yang berskala besar di Meksiko, Puerto Rico, Hawaii, Israel, Jepang, India, dan Eropa. Dan lebih kompleks lagi, hidroponik dijadikan sebagai bisnis besar dan diselenggarakan projek riset terhadapnya, juga banyak berdiri perusahaan-perusahaan yang menaruh perhatian pada bidang bercocok tanam paling logis di bumi dengan penduduk yang terus bertambah.
Menurut Nicholls (1986), semua ini dimungkinkan dengan adanya hubungan yang baik antara tanaman dengan tempat pertumbuhannya. Elemen dasar yang dibutuhkan tanaman sebenarnya bukanlah tanah, tapi cadangan makanan serta air yang terkandung dalam tanah yang terserap akar dan juga dukungan yang diberikan tanah dan pertumbuhan. Dengan mengetahui ini semua, di mana akar tanaman yang tumbuh di atas tanah menyerap air dan zat-zat vital dari dalam tanah, yang berarti tanpa tanah pun, suatu tanaman dapat tumbuh asalkan diberikan cukup air dan garam-garam zat makanan.
Manipulasi yang dapat dilakukan selain perlakuan di atas adalah pengontrolan. Dengan perawatan rutin (sehari hanya memakan waktu maksimal 20 menit), kita dapat menikmati bermacam buah-buahan, sayur-sayuran, dan rempah-rempah tanaman obat.
Metode hidroponik “mengizinkan” orang-orang yang tinggal di rumah dengan halaman yang sempit dan juga mahasiswa yang bertempat di tempat kos untuk menikmati buah dari tangan dingin di tempat sendiri. Karena, ya… itu tadi, tidak perlu tanah! Keuntungan yang diperoleh pun cukup berlimpah. Pada bidang tanah yang sempit dapat ditumbuhi lebih banyak tanaman dari yang seharusnya. Lantas hasil tanaman buah dapat menjadi lebih masak dengan cepat dan lebih besar. Air dan pupuk dapat lebih awet karena dapat dipakai ulang. Nicholls (1986) menambahkan pula, hidroponik memungkinkan kita untuk mengatur tanaman lebih teliti dan menjamin hasil yang baik dan seragam.
Perkembangan Hidroponik
SETELAH ribuan tahun manusia menetap di muka bumi, dan seiring waktu yang terus berjalan, dunia makin kecil dengan bertambahnya populasi bumi yang melaju cepat. Tidak dapat dibayangkan jika Tuhan tidak memberi kita otak atau akal… apa yang akan terjadi dengan dunia? Tanah makin sedikit, banyak yang dirombak untuk dibangun rumah-rumah masyarakat. Populasi tumbuhan pun semakin berkurang.
Di sisi lain, sekarang sedang maraknya bioteknologi di berbagai bidang, salah satunya bidang pertanian. Setelah melakukan berbagai penelitian, bioteknologi merupakan satu jalan menuju kesejahteraan manusia mengingat lahan pertanian Asia yang semakin kecil. Adapun tanaman-tanaman yang berhasil dimutasikan gennya (transgenik) adalah kapas, jagung, buah-buahan yang memang menjadikan kualitasnya lebih baik, tahan hama penyakit, dan hasilnya pun lebih banyak. Namun bioteknologi tidak semulus kelihatannya, banyak pihak, terutama dari perkumpulan lingkungan hidup semacam Greenpeace, percaya tanaman transgenik justru akan mengembangkan virus penyakit yang lebih kebal.
Adanya bahaya hipotetik pada tanaman kapas, dan seperti yang dikatakan Setyarini (2000), jagung transgenik akan dimakan hewan unggas. Dalam rantai makanan, unggas tersebut akan dimakan manusia. Yang sangat dikhawatirkan adalah dalam unggas tersebut terdapat genetically modified organism (GMO) yang efeknya cukup riskan dalam tubuh manusia.
Masalah lainnya adalah potensinya dalam mengganggu keseimbangan lingkungan antara lain serbuk sari jagung di alam dapat mengawini gulma-gulma liar, sehingga menghasilkan gulma unggul yang sulit dibasmi.
Meskipun tanaman transgenik memiliki kehebatan yang menakjubkan, berkualitas tinggi, kebal terhadap serangan hama hingga petani tidak perlu menyemprot pestisida, serta meningkatkan swasembada pangan tanaman, dan sebagainya, namun kita tetap harus mempertimbangkan kemungkinan besar lain, yang tidak kalah penting hingga berpengaruh terhadap keseimbangan alam dan kesehatan kita. Karena hal ini pun, sepertinya metode hidroponik merupakan alternatif paling aman. Dan mungkin hidroponik ini tidak akan menarik jika sistem tanah memiliki kualitas yang baik, konsisten, dan semua penanaman cukup berinteraksi dengan tanah.
Tinggal dalam apartemen yang paling kecil sekalipun tidak menutup kemungkinan kita dapat menanam bunga, buah, dan sayur-sayuran. Untuk mencapainya dapat dilakukan dengan sistem hidroponik dalam pot yang kecil-kecil. Intinya, saat ini bercocok tanam dengan hidroponik menjadi alternatif paling realistis jika hidup di kota.
Jika kita sudah menaruh perhatian untuk menumbuhkan tanaman dengan hidroponik, pengontrolan adalah hal yang penting dilakukan. Komposisi pupuk, pemberian insektisida yang cukup (meskipun tak perlu yang manjur, karena hama penyakit tanaman dari tanah tidak ada atau sedikit saja di media bukan tanah), kesterilan media dan pengairan secara teratur harus disorot. Namun pada hidroponik juga memiliki kelemahan, apalagi jika mengabaikan sistem pengontrolan. Menanam di udara terbuka mendatangkan persoalan baru yaitu kondisi cuaca yang selalu berubah.
sumber : Sri Nurilla Fazari, Mahasiswa Departemen Biologi ITB.
Berbagai Teknik Hidroponik
Berkebun Hidroponik Mudah
dan Menyenangkan
INGIN berkebun, tapi
lahannya terbatas? Silakan mencoba sistem hidroponik. Selain tidak perlu
berkotor-kotor dengan tanah, produksi tanaman pun bisa lebih tinggi.
Sistem bercocok tanam ala
hidroponik kini makin banyak dipilih karena merupakan budi daya tanaman tanpa
media tanah. Sistem bercocok tanam yang lebih banyak menggunakan air sebagai
sumber nutrisi utama ini biasanya dilakukan di dalam green house. Pasalnya,
faktor-faktor ekosistem bisa lebih mudah dikendalikan sehingga risiko terhadap
pengaruh cuaca pun bisa diperkecil. Ide awal kebun hidroponik muncul dalam
menyiasati keterbatasan
lahan, waktu, dan cara pemeliharaan.
Selain air, medium lain
yang bisa digunakan dalam sistem bertanam hidroponik ini ialah air, kerikil,
pasir, spon, atau gel. Sedangkan tanaman yang bisa tumbuh dengan sistem
hidroponik pun juga bermacam-macam. "Yang biasa ditanam dengan menggunakan
sistem hidroponik umumnya adalah tanaman apotek hidup, sayuran, dan tanaman
hias.
Banyak manfaat yang bisa
diperoleh dengan sistem berkebun hidroponik. Di antaranya, produksi tanaman
lebih tinggi, lebih terjamin dari hama dan penyakit, tanaman tumbuh lebih cepat
dan pemakaian pupuk lebih hemat, bila ada tanaman yang mati, bisa dengan mudah
diganti dengan tanaman baru, dan tanaman memberikan hasil
yang kontinu. Kualitas
daun, bunga, atau buah pun lebih sempurna dan tidak kotor. Di samping itu,
pengerjaannya juga lebih mudah, tidak memerlukan banyak biaya dan waktu.
Karena manfaat dan
perawatannya yang mudah, sistem ini telah diterapkan di gedung-gedung
bertingkat, tempat-tempat perbelanjaan modern, dan di apartemen. Selain itu,
penempatan tanaman di gedung yang tidak ada sirkulasi udaranya juga bertujuan mencegah
sick building syndrome.
"Karena udara di
gedung bertingkat yang menggunakan AC tidak pernah berganti bertahun-tahun,
maka banyak mengandung bakteri dan polutan. Dengan sistem bertanam hidroponik,
tentunya lingkungan kantor menjadi sehat,"
Untuk melakukan sistem
berkebun hidroponik, ada baiknya memperhatikan media yang ingin dipakai,
tanaman yang ingin ditanam, pot yang digunakan, serta penempatan tanaman.
Jika ingin mengikuti
konsep seperti di Jepang, medium pasir dan kerikil cocok digunakan untuk tanaman
bonsai seperti kaktus dan kamboja. Sedangkan medium spon dan air lebih cocok
untuk tanaman apotek hidup dan bunga hias. Untuk tanaman apotek hidup di
antaranya, lengkuas, kunyit, dan serai, sedangkan tanaman sayuran yaitu tanaman
basah, seperti pandan sayur, kangkung, sawi, timun, dan terong dll.
Sementara itu, tanaman
hiasnya adalah tanaman yang berbunga indah dan berdaun indah. "Yang
berbunga indah harus kena sinar matahari, sedangkan yang daunnya indah harus
diletakkan di tempat yang lebih teduh,"
Namun saat ini yang
paling dipilih adalah tanaman sayuran. Sebab, selain memiliki daun yang indah
juga memberi manfaat karena lebih produktif. "Secara visual cantik dan
berguna, yang bisa diletakkan di depan rumah, teras, maupun dapur," .
Mengenai penataan kebun
hidroponik, harus disesuaikan dengan ruangan agar terlihat indah. Untuk di
dapur atau ruang keluarga, bisa menerapkan konsep kebun sayuran. Sementara jika
di teras dan ruang tamu, konsep yang lebih cocok adalah apotek hidup atau
tanaman hias.
Untuk pemilihan potnya
pun harus disesuaikan dengan ruangan. "Jika ruangannya kecil, sebaiknya
pot yang digunakan pun yang berukuran kecil. Pasalnya, jika pot besar digunakan
di ruang sempit akan menimbulkan kesan sempit," sarannya.
Selain disesuaikan dengan
ruangan, bahan pot juga sebaiknya disesuaikan dengan model rumah dan selera.
Jadi jika model rumahnya etnik tradisional atau tropis tradisional, gunakan pot
yang terbuat dari tanah liat atau tembikar. Sementara, untuk rumah modern, pot
yang dipilih adalah yang terbuat dari plastik, fiber, logam,
ataupun seng.
"Kemudian,
tampilannya perlu dimodifikasi, bisa dengan lukisan atau cat agar terlihat
lebih indah," Jenis tanaman yang biasa diletakkan di tempat-tempat seperti
itu adalah lidah mertua dengan nama latin Sansevieria trifasciata atau
Sansevieria zebri, yang berfungsi menjilati polutan sehingga udara di sekitar
cukup bersih untuk dihirup.
Bagi Anda yang hidup di
kota, bercocok tanam dengan hidroponik menjadi alternatif menyalurkan hobi
berkebun di tengah terbatasnya lahan hijau. Jadi, ada yang ingin mencoba?
Nutrient
film technique (NFT)
Nutrient film technique
(NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan
pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse Crops Research Institute, Littlehampton,
Inggris pada akhir tahun 1960-an dan berkembang pada awal 1970-an secara
komersial. Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan
akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga
tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen. Tanaman tumbuh dalam
lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi larutan
nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa. Daerah perakaran
dalam larutan nutrisi dapat berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang
dangkal sehingga bagian atas akar tanaman berada di permukaan antara larutan
nutrisi dan styrofoam, adanya bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen
masih bisa terpenuhi dan mencukupi untuk pertumbuhan secara normal. Beberapa
keuntungan pemakaian NFT antara lain : dapat memudahkan pengendalian daerah
perakaran tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah,
keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan
oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat
diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk
pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan variabel yang dapat terkontrol dan
memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dengan high planting
density. Namun NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya
perawatan yang mahal, sangat tergantung terhadap energi listrik dan penyakit
yang menjangkiti tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain.
Pada sistem NFT,
kebutuhan dasar yang harus terpenuhi adalah : Bed (talang), tangki penampung
dan pompa. Bed NFT di beberapa negara maju sudah diproduksi secara massal dan
disediakan oleh beberapa perusahaan supplier greenhouse dan pertanian, di Jepang
terbuat dari styrofoam, namun di Indonesia belum diproduksi sehingga banyak
petani Indonesia memakai talang rumah tangga (lebar 13-17 cm dan panjang 4
meter). Tangki penampung dapat memanfaatkan tempat atau tandon air. Pompa
berfungsi untuk mengalirkan larutan nutrisi dari tangki penampung ke bed NFT
dengan bantuan jaringan atau selang distribusi. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam NFT adalah : kemiringan talang (1-5%) untuk pengaliran
larutan nutrisi, kecepatan aliran masuk tidak boleh terlalu cepat (dapat diatur
oleh pembukaan kran berkisar 0.3-0.75 L/menit) dan lebar talang yang memadai
untuk menghindari terbendungnya larutan nutrisi
NFT merupakan alat
hidroponik sederhana yang bekerja mengalirkan air, oksigen dan nutrisi secara
terus-menerus dengan ketebalan arus sekitar 2-3 mm. Tanaman disangga dengan
sedemikian rupa sehingga akar tanaman menyentuh nutrisi yang diberikan. Alat
dibuat miring dengan salah satu sisi lebih tinggi dari sisi lainnya yaitu
sebesar 5% dari panjang alat agar arus dapat mengalir dengan lancar.
Air dan nutrisi yang
diberikan tidak akan terbuang percuma karena aliran airnya akan masuk ke bak
penampung yang ada dibawahnya setelah itu dipompa kembali ke atas dan dialirkan
lagi ke akar tanaman.
Alat-alat yang
dibutuhkan:
1. Talang air 4.
Sterofoam
2. Pompa akuarium 5. Busa
3. Pipa PVC 6. Ember atau
wadah air
Kelebihan
alat:
1. Tanaman mendapat
suplai air, oksigen, dan nutrisi secara terus-menerus.
2. Lebih menghemat air
dan nutrisi.
3. Mempermudah perawatan
karena kita tidak perlu melakukan penyiraman.
4. Biaya yang dperlukan
relatif murah.
Kekurangan alat:
1. Jika salah satu
tanaman terserang penyakit maka satu talang tanaman akan terserang juga, bahkan
bisa dalam 1 alat semua menjadi tertular.
2. Alat ini sangat
bergantung pada listrik, jika tidak ada aliran listrik maka alat ini tidak bisa
bekerja
Wick System
Wick System merupakan
alat yang sangat sederhana karena pada prinsipnya hanya membutuhkan sumbu yang
menghubungkan antara nutrisi dan media tanam. Air dan nutrisi akan dapat sampai
ke akar tanaman dengan memanfaatkan prinsip daya kapilaritas air melalui
perantara sumbu.
Media tanam akan
terus-menerus basah oleh air dan nutrisi yang diberikan disekitar akar tanaman.
Alat-alat yang
dibutuhkan:
1. Media tanam
2. Sumbu
3. Ember atau wadah air
Kelebihan alat:
1. Tanaman mendapat
suplai air dan nutrisi secara terus-menerus.
2. Biaya alat yang murah.
3. Mempermudah perawatan
karena kita tidak perlu melakukan penyiraman.
4. Tidak tergantung
aliran listrik.
Kekurangan alat:
1. Air dan nutrisi yang
diberikan tidak akan dapat kembali lagi sehingga lebih boros.
2. Banyaknya jumlah air
yang diberikan akan sedikit susah diatur.
Floating
/ Rakit Apung
Floating hidroponic
system (FHS) merupakan suatu budidaya tanaman (khususnya sayuran) dengan cara
menanamkan /menancapkan tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung diatas
permukaaan larutan nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar
tanaman terapung atau terendam dalam larutan nutrisi. Metode ini dikembangkan
pertama kali oleh Jensen (1980) di Arizona dan Massantini (1976) di Italia.
Pada sistem ini larutan
nutrisi tidak disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak penampung dan dapat
digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu
tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena dalam jangka yang cukup lama akan
terjadi pengkristalan dan pengendapan nutrisi dalam dasar kolam yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman. Sistem ini mempunyai beberapa karakteristik
seperti terisolasinya lingkungan perakaran yang mengakibatkan fluktuasi suhu
larutan nutrisi lebih rendah, dapat digunakan untuk daerah yang sumber energi
listriknya terbatas karena energi yang dibutuhkan tidak terlalu tergantung pada
energi listrik (mungkin hanya untuk mengalirkan larutan nutrisi dan pengadukan
larutan nutrisi saja).
Tanaman ditancapkan pada
lubang dalam styrofoam dengan bantuan busa (agar tanaman tetap tegak) serta
ditambahkan penyangga tanaman dengan tali. Lapisan styrofom digunakan sebagai
penjepit, isolator panas dan untuk mempertahankan tanaman agar tetap terapung
dalam larutan nutrisi. Agar pemakaian lapisan styrofoam tahan lama biasanya
dilapisi oleh plastik mulsa. Dalam gambar juga ditunjukkan adanya bak larutan
nutrisi dengan penyangganya, biasanya bak penampung ini mempunyai kedalaman
antara 10-20 cm dengan kedalaman larutan nutrisi antara 6-10 cm. Hal ini
ditujukan agar oksigen dalam udara masih terdapat di bawah permukaan styrofoam.
Untuk otomatisasi dalam FHS tidak berbeda jauh dengan cara untuk pot culture
system.
Floating system merupakan
alat yang paling sederhana karena hanya menggunakan prinsip penggenangan. Akar
tanaman diberi genangan air dan nutrisi secara terus-menerus. Untuk kebutuhan
oksigen tanaman mendapatkannya melalui airstone yang diletakkan didalam
air.Atau bisa juga dengan memberikan pompa Aquarium sehingga air dan larutan
nutrisi bisa terus bersirkulasi.
Air dan nutrisi yang
diberikan akan langsung mengenai akar tanaman secara terus-menerus sehingga
tanaman dapat menyerapnya setiap saat.
Alat-alat yang dibutuhkan:
1. Sterofoam
2. Busa
3. Ember atau wadah air
Kelebihan alat:
1. Tanaman mendapat
suplai air dan nutrisi secara terus-menerus.
2. Lebih menghemat air
dan nutrisi.
3. Mempermudah perawatan
karena kita tidak perlu melakukan penyiraman.
4. Membutuhkan biaya yang
cukup murah.
Kekurangan alat:
1. Oksigen akan susah
didapatkan tanaman tanpa bantuan alat (airstone).
2. Akar tanaman akan
lebih rentan terjadi pembusukan.
Ebb
and Flow
Ebb and flow atau yang
biasa dikenal dengan sistem pasang surut ini merupakan salah satu alat
hidroponik yang unik karena prinsip kerjanya yaitu tanaman mendapatkan air,
oksigen dan nutrisi melalui pompaan dari bak penampung yang dipompa melewati
media kemudian membasahi akar tanaman (pasang), kemudian selang beberapa waktu
air bersama nutrisi akan turun (surut) kembali melewati media menuju bak
penampungan.
Waktu pasang dan surut
dapat diatur menggunakan timer sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut, jadi
tanaman tidak akan tergenang atau kekurangan air.
Alat-alat yang
dibutuhkan:
1. Media tanam 4. Po t/
Wadah tanaman
2. Pompa akuarium 5.
Timer
3. Pipa PVC 6. Ember atau
wadah air
Kelebihan alat:
1. Tanaman mendapat
suplai air, oksigen, dan nutrisi secara terus-menerus.
2. Pertukaran oksigen
lebih baik karena terbawa air pasang dan surut.
3. Mempermudah perawatan
karena kita tidak perlu melakukan penyiraman.
Kekurangan alat:
1. Biaya alat yang agak
mahal.
2. Tergantung kepada
aliran listrik.
3. Kualitas nutrisi yang
sudah dipompakan berkali-kali tidak akan sebagus awalnya.
Drip
Irigation
Drip irigation merupakan
salah satu jenis alat hidroponik yang sederhana karena pada prinsipnya hanya
memberikan air dan nutrisi dalam bentuk tetesan yang menetes secara
terus-menerus sepanjang waktu. Tetesan diarahkan tepat pada daerah perakaran
tanaman agar tanaman dapat langsung menyerap air dan nutrisi yang diberikan.
Tanaman mendapatkan
nutrisi setiap saat sesuai kebutuhannya karena tetesan nutrisi dapat diatur
sehingga tidak akan menggenangi tanaman. Alat ini pada prinsipnya sama saja
dengan menyiram tanaman namun dilakukan secara otomatis, terus-menerus dan
sesuai dosis.
Alat-alat yang
dibutuhkan:
1. Selang air 4. Pot /
polybag
2. Pompa akuarium 5.
Media tanam
3. Jarum suntik 6. Ember
atau wadah air
Kelebihan alat:
1. Tanaman mendapat
suplai airdan nutrisi secara terus-menerus.
2. Lebih menghemat air
dan nutrisi karena diberikan sedikit demi sedikit.
4. Biaya yang dperlukan
relatif murah.
Kekurangan alat:
1. Oksigen akan susah
didapat tanaman jika media terlalu padat.
2. Penggunaan bak
penampung tidak akan terlalu menghemat air dan nutrisi karena lebih banyak
hilang terserap tanaman, tertahan media atau penguapan.
Aeroponik
Aeroponik termasuk jenis
alat yang cukup mahal karena membutuhkan bahan-bahan yang mahal, namun prinsip
kerjanya sederhana yaitu air dan nutrisi yang akan diserap tanaman diberikan
dalam bentuk butiran kecil atau kabut. Pengkabutan ini berasal dari pompa dari
bak penampungan yang disemprotkan menggunakan nozzel sehingga nutrisi yang
diberikan akan lebih cepat terserap akar tanaman.
Penyemprotan dilakukan
berdasarkan durasi waktu yang diatur menggunakan timer. Penyemprotan dilakukan
ke bagian akar tanaman yang sengaja digantung. Air dan nutrisi yang telah
disemprot akan masuk menuju bak penampungan untuk disemprotkan kembali.
Alat-alat yang
dibutuhkan:
1. Plastik 4. Sterofoam
2. Pompa akuarium 5.
Nozzel
3. Pipa PVC 6. Ember atau
wadah air
Kelebihan alat:
1. Tanaman mendapat
suplai air, oksigen, dan nutrisi secara terus-menerus.
2. Lebih menghemat air
dan nutrisi.
3. Mempermudah perawatan
karena kita tidak perlu melakukan penyiraman.
4. Nutrisi lebih mudah
diserap tanaman karena diberikan dalam ukuran kecil.
Kekurangan alat:
1. Membutuhkan biaya yang
cukup mahal.
2. Alat ini sangat
bergantung pada listrik, jika tidak ada aliran listrik maka alat ini tidak bisa
bekerja.
Hidroponik Vs Organik
Pasti banyak dari para
pembudidaya yang berfikir jika kedua cara budidaya tersebut dibandingkan akan
lebih baik yang mana. untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut maka kita perlu
sedikit mengulas kedua cara budidaya tersebut.
Hidroponik merupakan cara
pembudidayaan tanaman pada media yang tidak menyediakan unsur hara. Penyediaan
unsur hara sepenuhnya dilakukan oleh manusia melalui pupuk. Pupuk yang
diberikan mengandung unsur-unsur hara essensial yang dibutuhkan tanaman.
Sedangkan Organik merupakan cara pembudidayaan tanaman tanpa menggunakan bahan
kimia atau cara budidaya yang menggunakan bahan-bahan alami.
Pembanding Hidroponik
1 Kesehatan Sehat, karena
tanaman mendapatkan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang pas
2 Pencemaran Tidak,
karena tidak ada bahan kimia yang terbuang
3 Pupuk Kimia, walaupun
dari bahan kimia tetapi tetap sehat karena unsur hara yang diserap tanaman
dalam bentuk ion dan dirubah menjadi karbohidrat oleh tanaman
4 Kandungan pupuk Tinggi
dan lengkap, jumlahnya pas
5 Lokasi Tidak terbatas,
bisa dimana saja
6 Produktivitas Tinggi
dari sejak awal tanam
Pembanding Organik
1 Kesehatan Sehat, karena
menggunakan bahan-bahan alami
2 Pencemaran Tidak,
karena bahan yang digunakan ramah lingkungan
3 Pupuk Alami, sehat
karena dari bahan alam. Walaupun dari bahan alam namun unsur hara yang diserap
tanaman dalam bentuk ion sama seperti pupuk kimia
4 Kandungan pupuk Rendah
dan belum tentu lengkap, karena sifat dari bahan alam
5 Lokasi Terbatas pada
faktor tanah
6 Produktivitas Pada awal
tanam rendah namun akan terus meningkat
Diatas adalah beberapa
perbandingan budidaya Hidroponik dengan budidaya Organik. Namun kedua cara
budidaya tersebut pada hakikatnya adalah berbeda karena Organik merupakan
budidaya pada tanah dan Hidroponik tanpa menggunakan tanah. Jadi tergantung
kebutuhan dan tujuan budidaya anda untuk memilih cara budidaya yang ingin anda
lakukan.
Hidroponik
dan Global Warming
Global warming adalah
naiknya suhu bumi secara keseluruhan. Beberapa penyebabnya yaitu karena
menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbondioksida, dan
metana yang menjadi perangkap sinar matahari. Dengan semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di
bawahnya.
Salah satu cara
mengurangi dampak Global warming adalah dengan mengurangi kadar karbondioksida
di udara. Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara
adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon,
terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbondioksida yang
sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam
kayunya.
Penanaman pohon dalam
jumlah banyak pada saat ini tentu mengalami banyak hambatan salah satunya pada
keterbatasan lahan terutama daerah perkotaan dan perindustrian yang malah
merupakan daerah terbesar penghasil karbondioksida. Di sinilah salah satu
keunggulan Hidroponik yang mampu menjawab hambatan tersebut. Hidroponik
merupakan budidaya terbaik yang dapat dilakukan pada daerah perkotaan dengan
lahan terbatas. Hidroponik mampu menawarkan solusi dengan dilakukan di atap
rumah, apartemen, kantor dll.
Sebagai contoh negara Jepang yang
mampu menanam padi di dalam sebuah gedung bertingkat. Keunggulan inilah yang
membuat Hidroponik dijuluki Pertanian Modern Perkotaan. Hidroponik perkotaan
merupakan salah satu usaha yang paling baik dalam mengurangi dampak Global
Warming. Mari kita bersama-sama mengurangi dampak Global warming karena nanti
kita juga yang akan merasakan manfaatnya.
Hidroponik Wick Sistem
Wick System
Wick system adalah metode hidroponik yang menggunakan
perantara sumbu antara nutrisi dan media tanam. Cara ini mirip dengan mekanisme
kompor, dimana sumbu berfungsi adalah untuk menyerap air. Sumbu yang dipilih
adalah yang mempunyai daya kapilaritas tinggi dan tidak cepat lapuk. Sejauh ini
yang sudah saya coba, kain flanel adalah sumbu terbaik untuk wick sistem. Boleh
dibilang, sistem ini adalah yang paling sederhana. Bisa menggunakan botol
plastik bekas, kaleng cat bekas, atau styrofoam box bekas.
Bagi anda yang tinggal di kota besar, bisa jalan-jalan
ke swalayan atau toko buah yang menjual anggur. Styrofoam box anggur ini
biasanya tidak dijual lagi oleh pemiliknya. Box tersebut bisa dimanfaatkan
untuk menanam sayuran seperti sawi, pakchoy, kangkung atau bayam. Dengan satu
box, anda bisa membuat sekitar 9-12 lobang tanam. Enak lho, bisa memanen
sayuran sendiri dari hasil tanam sendiri. Apalagi jika menggunakan sistem
hidroponik. Sayuran segar, bebas pestisida, bebas hama cacing dan bersih dari
tanah.
Selanjutnya, bolongi styrofoam box bagian atas anda
9-12 lobang dengan menggunakan solder listrik, atau bisa juga dengan kawat yang
sudah dibulatkan lalu dipanaskan dengan api. Kemudian potong kain flanel
sekitar 15 cm untuk sumbu. Lobangi cup es krim atau bekas air mineral gelas,
lalu masukkan sumbu sekitar 15 cm ke dalam cup, sisanya biarkan menggantung
untuk penyerapan air dari box penampung nutrisi. Box bagian bawah dilapisi
dengan plastik berwarna hitam agar dapat menampung air, bisa juga dengan
plastik berwarna putih, hanya saja rentan terkena lumut
Dilapisi Plastik
Media semai untuk wick system bisa mengunakan
rockwool, sekam bakar, cocopeat, pakis dan sebagainya. Menurut saya, rockwool
adalah media semai sayuran yang paling baik. Selain menyimpan air yang
dibutuhkan untuk mempercepat proses perkecambahan, kita juga dapat mengamati
langsung proses kecambah benih yang kita semai. Ada baiknya penyemaian
dilakukan di ruangan gelap untuk mempercepat proses kecambah. Ketika sudah
berkecambah sedikit, langsung taruh di tempat yang kena cahaya matahari agar
bibit tidak etiolasi.
Kain Flanel
Semaian pada Sekam Bakar + Pakis
Rockwool
Semaian pada Rockwool
Untuk sayuran seperti sawi dan pakchoy, dapat dipanen
sekitar 25-30 hari semenjak pindah dari semaian. 1 box styrofoam dapat
menghasilkan tanaman untuk 2 kali panen. Selain segar, terjamin sehatnya
sayuran tersebut, karena biasanya sistem hidroponik tidak menggunakan pestisida
kimia, melainkan pestisida nabati untuk menghindari hama.
Akar Pakchoy
Wick System pada Cabe
Prosedur untuk Teknik Budidaya Sayuran secara Hidroponik
A. Media
Media hidroponik yang baik memiliki pH yang netral atau antara 5.5 -6.5.
Selain itu media harus porous dan dapat mempertahankan kelembaban.
Media Tanaman Hidroponik - Jenis dan Macamnya
Media tanaman hidroponik merupakan bagian yang penting untuk menunjang
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan tanaman hidroponik. Media tanaman
hidroponik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu media untuk persemaian,
pembibitan dan media untuk tanaman dewasa. Tetapi biasanya, jenis media yang
digunakan disamping dapat untuk persemaian juga dapat pula untuk pemebibitan
dan tanaman dewasa.
Syarat Media Tanaman Hidroponik
Media tanaman hidroponik yang ideal untuk tanaman hidroponik harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Bersifat poros atau mudah
membuang air yang berlebihan;
2. Berstruktur gembur, subur
dan dapat menyimpan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman;
3. Tidak mengandung garam laut
atau kadar salinitas rendah;
4. Keasaman tanah netral
hingga alkalis, yakni pada pH 6 – 7;
5. Tidak mengandung organisme
penyebab hama dan penyakit;
6. Mengandung bahan kapur atau
kaya unsur kalsium.
Media Tanaman Hidroponik Arang Sekam Bakar
Media tanaman
hidroponikbermacam-macam. Beberapa yang dapat digunakan antara lain arang sekam, pasir, zeolit,
rockwoll, gambut (peat moss), dan serbuk sabut kelapa. Persyaratan terpenting
untuk mediatanaman hidroponik harus ringan dan porus sehingga mampu melarutkan
nutrisi hidroponikdengan baik. Tiap media
mempunyai bobot dan porositas yang berbeda.
Oleh karena itu, dalam memilih media tanaman hidroponik sebaiknya dicari
yang paling ringan dan yang mempunyai porositas baik.
Media Tanaman Hidroponik Pasir
Media Tanaman Hidroponik Rockwool
Media yang digunakan dapat dibedakan
menjadi dua berdasarkan tahap pertumbuhan tanaman :
Media untuk persemaian atau pembibitan
Untuk persemaian dapat digunkan media berupa pasir halus, arang sekam atau
rockwool. Pasir halus sering digunakan karena mudah diperoleh dan harganya
murah, namun kurang dapat menahan air dan tidak terdapat nutrisi di dalamnya.
Media yang biasa digunakan adalah campuran arang sekam dan serbuk gergaji atau
serbuk sabut kelapa.
Media untuk tanaman dewasa
Media untuk tanaman dewasa hampir sama dengan media semai, yaitu pasir agak
kasar, arang sekam, rockwool dan lain-lain. Media yang ideal adalah arang
sekam. Keuntungannya adalah kebersihan dan sterilitas media lebih terjamin
bebas dari kotoran maupun organisme yang dapat mengganggu seperti cacing, kutu
dan sebagainya yang dapt hidup dalam pasir. Media arang sekam bersifat lebih
ringan namun lebih mudah hancur, penggunaannya hanya dapat untuk dua kali
pemakaian. Arang sekam dapat dibeli di toko-toko pertanian atau membuat
sendiri.
B. Benih
Pemilihan benih sangat penting karena produktivitas tanaman teranganutng
dari keunggulan benih yang dipilih. Periksa label kemasan benih, yaitu tanggal
kadaluarsa, persentase tumbuh dan kemurnian benih. Pemilihan komoditas yang
akan ditanam diperhitungkan masak-masak mengenai harga dan pemasarannya. Contoh
sayuran eksklusif yang mempunyai nilai jual di atas rat-rata adalah tomat
Recento, ketimun Jepang, Melon, parika, selada, kailan, melon dan lain-lain.
C. Peralatan Budidaya Hidroponik
Peralatan yang diperlukan adalah :
Wadah semai, bisa menggunakan pot plastik, polybag kecil, bak plastik,
nampan semai, atau kotak kayu.
Wadah tanaman dewasa, umumnya digunakan polybag berukuran 30-40 cm dengan
lobang secukupnya untuk mengalirkan kelebihan air saat penyiraman.
Kertas tissu/koran basah untuk menjaga kelembaban
Ayakan pasir untuk mengayak media semai
Handsprayer untuk penyiraman
Centong pengaduk media
Pinset untuk mengambil bibit dari wadah semai
Polybag ukuran 5 kg untuk penanaman transplant
Benang rami (seperti yang sering digunakan tukang bangunan) untuk mengikat
tanaman
Ember penyiram
D. Pelaksanaan
Persiapan media semai
Sebelum melakukan persemaian, sempuran media semai diaduk dahulu secara
merata.
Persemaian tanaman
Persemaian benih besar
Untuk benih yang berukuran besar seperti benih melon dan ketimun, sebaiknya
dilakukan perendaman di dala air hangat kuku selama 2-3 jam dan langsung
ditanamkan dalam wadah semai yang berisi media dan telah disiram dengan air.
Benih diletakkan dengan pinset secara horisontal 4-5 mm dibawah permukaan
media.
Transplanting bibit dari wadah semai ke wadah yang lebih besar dapat
dilakukan ketika tinggi bibit sekitar 12-15 cm (28-30 hari setelah semai).
Persemaian benih kecil
Untuk benih berukuran kecil seperti tomat, cabai, terong dan sebagainya
cara persemaiannya berbeda dengan benih besar. Pertama siapkan wadah semai
dengan media setebal 5-7 cm. Di tempat terpisah tuangkan benih yang dicampurkan
dengan pasir kering steril secukupnya dan diaduk merata. Benih yang telah
tercampur dengan pasir ditebarkan di atas permukaan media semai secara merata,
kemudian ditutup dengan media semai tipis-tipis (3-5 mm). Setelah itu permukaan
wadah semai ditutup dengan kertas tisu yang telah dibasahi dengan handsprayer
kemudian simpan di tempat gelap dan aman.Wadah semai sebaiknya dikenakan sinar
matahari tip pagi selama 1-2 jam agar perkecambahan tumbuh dengan baik dan
sehat. Setelah benih mulai berkecambah, kertas tisu dibuang.
Setelah bibit mencapai tinggi 2-3 cm dipindahkan ke dalam pot/polybag
pembibitan.
Perlakuan semai
Bibit kecil yang telah berkecambah di dalam wadah semai perlu disirami
dengan air biasa. Penyiraman jangan berlebih, karena dapat menyebabkan serangan
penyakit busuk.
Pembibitan
Setalah bibit berumur 15-17 hari (bibit yang berasal dari benih kecil) perlu
dipindahkan dari wadah semai ke pot/polybag pembibitan agar dapat tumbuh dengan
baik. Caranya adalah dengan mencabut kecambah di wadah semai (umur 3-4 minggu
setelah semai) secara hati-hati dengan tangan agar akar tidak rusak kemudian
tanam pada lubang tanam yang telah dibuat pada pot/polybag pembibitan.
Transplanting/pindah tanam
Sebelum dilakukan pindah tanam, perlu dilakukan persiapan media tanam,
yaitu dengan mengisikan media tanam ke polybag. Sebaiknya pengisian dilakukan
di dekat lokasi penanaman di dalam green house agar sterilitas media tetap
terjaga.
Setelah wadah tanam siap dan dibuatkan lubang tanam, maka transplanting
siap dilakukan. Transplanting dilakukan dengan membalikkan pot pembibitan
secara perlahan-lahan dan menahan permukaannya dengan jemari tangan (bibit
dijepit diantara jari telunjuk dan jari tengah). Jika pada pembibitan digunakan
polybag, maka cara transplanting bisa dilakukan dengan memotong/menggunting
dasar polybag secara horisontal.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara kontinu, dengan indikator apabila media tumbuh
dipegang dengan tangan terasa kering. Meida tanam hidroponik bersifat kering
sehingga penyiraman tanaman jangan sampai terlambat. Jenis dan cara penyiraman
adalah sebagai berikut:
Penyiraman manual
Penyiraman dilakukan dengan handsprayer, gembor/emprat atau gayung. Cara
penyiramannya adalah sebagai berikut :
Pada masa persemaian
Cara penyiraman untuk benih berukuran kecil cukup dengan handsprayer 4-5
kali sehari untuk menjaga kelembaban media. Untuk benih berukuran besar
digunakan gembor/emprat berlubang halus atau tree sprayer.
Pada masa pembibitan
Penyiraman dilakukan dengan gembor dilakukan sebanyak 5-6 kali sehari dan
ditambahkan larutan encer hara.
Pada masa pertumbuhan dan produksi
Penyiraman dilakukan dengan memeberikan 1.5-2.5 l larutan encer hara setiap
harinya.
Penyiraman otomatis
Penyiraman dapat dilakukan dengan Sprinkle Irrigation System dan Drip
Irrigation System, yaitu sistem penyiraman semprot dan tetes . Sumber tenaga
berasal dari pompa.
Perawatan Tanaman. Perawatan tanaman yang perlu dilakukan antara lain
adalah :
Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan untuk membuang cabang yang tidak dikehendaki, tunas
air, atau cabang yang terkena serangan penyakit. Pemangkasan dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Misal pada tomat recento hanya
dipelihara satu batang utama untuk produksi.
Pengikatan
Tanaman yang telah berada di wadah tanam selama 7 hari memerlukan penopang
agar dapat berdiri tegak sehingga tanaman dapat tumbuh rapi dan teratur. Penopang
tersebut diberikan dengan cara mengikat tanaman dengan tali (benang rami).
Penjarangan bunga (pada sayuran buah)
Penjarangan bunga perlu dilakukan agar pertumbuhan buah sama besar. Namun
hasil penelitian penjarangan bunga pada ketimun Gherkin tidak menunjukkan hasil
yang berbeda dengan perlakuan tanpa penjarangan bunga.
Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan pestisida.
PESTISIDA ALAMI
Pestisida adalah zat pengendali hama (seperti: ulat, wereng dan kepik).
Pestisida Organik: adalah pengendali hama yang dibuat dengan memanfaatkan zat
racun dari gadung dan tembakau. Karena bahan-bahan ini mudah didapat oleh
petani, maka pestisida organik dapat dibuat sendiri oleh petani sehingga
menekan biaya produksi dan akrab denga lingkungan.
Bahan dan Alat:
2 kg gadung.
1 kg tembakau.
2 ons terasi.
¼ kg jaringao (dringo).
4 liter air.
1 sendok makan minyak kelapa.
Parutan kelapa.
Saringan kelapa (kain tipis).
Ember plastik.
Nampan plastik.
Cara Pembuatan:
Minyak kelapa dioleskan pada kulit tangan dan kaki (sebagai perisai dari
getah gadung).
Gadung dikupas kulitnya dan diparut.
Tembakau digodok atau dapat juga direndam dengan 3 liter air panas
Jaringao ditumbuk kemudian direndam dengan ½ liter air panas
Tembakau, jaringao, dan terasi direndam sendiri-sendiri selama 24 jam.
Kemudian dilakukan penyaringan satu per satu dan dijadikan satu wadah sehingga
hasil perasan ramuan tersebut menjadi 5 liter larutan.
Dosis:
1 gelas larutan dicampur 5-10 liter air.
2 gelas larutan dicampur 10-14 liter air.
Kegunaan:
Dapat menekan populasi serangan hama dan penyakit.
Dapat menolak hama dan penyakit.
Dapat mengundang makanan tambahan musuh alami.
Sasaran:
Wereng batang coklat, Lembing batu, Ulat grayak, ulat hama putih palsu.
Catatan: Meskipun ramuan ini lebih akrab lingkungan, penggunaannya harus
memperhatikan batas ambang populasi hama. Ramuan ini hanya digunakan setelah
polulasi hama berada atau di atas ambang kendali. Penggunaan di bawah batas
ambang dan berlebihan dikhawatirkan akan mematikan musuh alami hama yang
bersangkutan
Panen dan Pasca panen
Pemanenan
Dalam pemanenan perlu diperhatikan cara pengambilan buah/ hasil panen agar
diperoleh mutu yang baik, misalnya dengan menggunakan alat bantu pisau atau
gunting panen. Cara panen yang benar dan hati-hati akan mencegah kerusakan
tanaman yang dapat mengganggu produksi berikutnya.
Kriteria panen masing-masing jenis sayuran berlainan satu sama lainnya dan
tergantung dari pasar. Makin besar buah belum tentu makin mahal/laku, malah
termasuk kriteria buah afkir sehingga waktu panen yang tepat dan pengawasan
pada proses produksi perlu diperhatikan.
Penanganan pasca panen
Pemasaran produk hasil budidaya hidroponik sangat dipengaruhi oleh
perlakuan pasca panen. Standar harga penjualan produksi tergantung dari menarik
atau tidaknya produk yang dihasilkan, terutama dilihat dari penampilan produk
(bentuk, warna, dan ukuran). Perlakuan pasca panen sangat penting karena
kualitas produk tidak semata-mata dari hasil produksi saja, melainkan sangat
tegantung dan ditentukan oleh penanganan pasca panen,
Contoh2:
0 komentar " ", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment