LABORATORIUM
PRODUKSI TANAMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA : MOHAMMAD NUR KHOZIN
NIM :
091510501082
GOLONGAN /KELOMPOK : KAMIS / 5
ANGGOTA : 1.
YUSUF PRASETYO (091-1187)
2. MOH.
SULTON (091-1089)
3. DANNI AFANDI (091-1091)
4. CHOIRUL BARIYAH (091-1097)
ACARA :
KASTRASI DAN HIBRIDISASI
TANGGAL PRAKTIKUM :
28 OKTOBER 2010
TANGGAL PENYERAHAN : 05 NOVEMBER 2010
ASISTEN : 1. ANDRI SETYO N.
2. DWI MAY A I
3. ANJAR RAMADHANI
4. NUR LAILI IKA
5. FITRI TRISIANAWATI
6. ARIFIN ZAID
LABORATORIUM
PRODUKSI TANAMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA : MOHAMMAD NUR KHOZIN
NIM :
091510501082
GOLONGAN /KELOMPOK : KAMIS / 1
ANGGOTA : 1. HALLA PRIMA (091-1081)
2. ANGGA
F (091-1084)
3. ROFIQ ANWAR (091-1085)
4. M. ARIF (091-1086)
ACARA :
PENGUJIAN KETAHANAN TANAMAN TERHADAP CEKAMAN LINGKUNGAN
TANGGAL PRAKTIKUM :
05 NOVEMBER 2010
TANGGAL PENYERAHAN : 12 NOVEMBER 2010
ASISTEN : 1. ANDRI SETYO N.
2. DWI MAY A I
3. ANJAR RAMADHANI
4. NUR LAILI IKA
5. FITRI TRISIANAWATI
6. ARIFIN ZAID
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Studi tentang genetika dalam biologi
bermula dari penemuan-penemuan seseorang biarawan asal Austria, Gregor Mendel,
mengenai penurunan sifat pada pertengahan abad ke-19, pada tahun 1857 tepatnya.
Mendel memulai perjalanan saintisnya dengan menanam kacang ercis (Pisum
sativum, ada pula yang menyebutnya kacang kapri) di halaman biara tempatnya
menuntut ilmu. Mendel kemudian tertarik mempelajari penurunan sifat dari
tanaman kacang ercis tersebut. Teori pertama mengenai sistem pewarisan yang
diakui kebenarannya adalah teori yang dikemukakan oleh Mendel pada tahun 1865.
Pernyataan mengenai hereditas yang sudah berumur panjang pun terjawab seketika.
Sejak saat itu, Mendel semakin interns melakukan penelitian sehingga muncullah
teori-teori baru darinya yang kemudian menjadi landasan penting di bidang
genetika. Teori pewarisan sifat, persilangan, segregasi (pemisahan), serta
hukum pemilahan independen yang dinyatakan oleh Mendel secara keseluruhan
dikenal dengan istilah “Mendelian”.
Sifat
organisme dikendalikan oleh gen yang dapat diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Setiap sifat dikendalikan oleh sepasang alel yang terdapat
pada satu lokus dari suatu kromosom. Antara dua alel pada satu lokus mungkin
mempunyai hubungan dominan-resesif atau kodominan. Pada persilangan antara dua
tetua homozigot yang berbeda akan diperoleh F1 yang bersifat heterozigot. Dalam
kasus alel dominan-resesif, fenotipe F1 akan sama dengan fenotipe tetua
dominan, tetapi dalam kasus alel kodominan genotipe F1 yang berbeda dari kedua
genotipe tetuanya akan menghasilkan fenotipe yang berbeda pula. Persilangan
sendiri antar F1 akan menghasilkan generasi F2. Pada percobaan monohibrid atau
persilangan dengan pembeda satu sifat atau satu lokus, akan diperoleh nisbah
genotipe AA : Aa : aa sama dengan 1:2:1, bila F1nya bergenotipe Aa atau
tetua-tetua awalnya AA dan aa. Dalam kasus alel dominan-resesif dari nisbah
genotipe tersebut akan dihasilkan nisbah fenotipe 3:1 untuk dominan (A-) :
resesif (aa), sedangkan dalam kasus alel kodominan akan diperoleh tiga fenotipe
yang mewakili fenotipe tetua-1 (homozigot), F1 (heterozigot), tetua-2
(homozigot) dengan nisbah sama dengan nisbah genotipe.
Dari
data F2 monohibrid, Mendel menyusun Hukum Segregasi yang bermakna bahwa
pasangan alel yang bergabung melalui perkawinan akan bersegregasi dengan bebas
dalam proses pembentukan gamet. Kebebasan ini ditunjukkan oleh nisbah yang sama
antara gamet F1 beralel A dengan yang beralel a atau 1/2 A dan 1/2 a sehingga
melalui proses penggabungan gamet secara acak dalam pembentukan populasi F2
akan diperoleh genotipe AA, Aa, dan aa dengan perbandingan AA, 1/2Aa, dan 1/4
aa.
1.2 Tujuan
1. Untuk
membuktikan bahwa gen itu akan mengalami segregasi pada waktu diturunkan pada
keturunannya.
2. Dalam
fertilisasi alel-alel yang semula dipisahkan dalam pembelahan reduksi akan
bergabung kembali pada pembentukan zigot secara kebetulan sehingga terbentuk
bermacam-macam genotipe dengan perbandingan tertentu sesuai dengan hkum mendel.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Teori
pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima kebenarannya
dikemukakan oleh
Gregor Mendel pada tahun 1865 atau disebut hokum segregasi. Teori ini diajukan
berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum
sativum). Dalam percobaannya Mendel memilih tanaman yang memiliki sifat biologi
yang mudah diamati. Berbagai alasan dan keuntungan menggunakan tanaman kapri
yaitu, (a) Tanaman kapri tidak hanya memiliki bunga yang menarik, tetapi juga
memiliki mahkota yang tersusun sehingga melindungi bunga kapri terhadap
fertilisasi oleh serbuk sari dari bunga yang lain. Hasilnya, tiap bunga
menyerbuk sendiri secara alami; (b) Penyerbukan silang dapat dilakukan secara
akurat dan bebas, dapat dipilih mana tetua jantan dan betina yang diinginkan;
(c) Mendel dapat mengumpulkan benih dari tanaman yang disilangkan, kemudian
menumbuhkannya dan mengamati karakteristik (sifat) keturunannya.
Hukum
mendel Ipertama adalah perkawinan dua tetua yang mempunyai satu sifat beda
(monohibrid). Setiap individu yang berkembang biak secaraseksual terbentuk dari
peleburan dua gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis mendel
setiap sifat/karakter di tentukan oleh gen (sepasang alel). Hokum mendel
pertama berlaku waktu gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif heterozigot.
Dalam peristiwa meiosis gen sealel akan terpisah, masing-masing membentuk
gamet. Baik pada bunga jantan maupun bunga betina terjadi dua macam gamet.
Waktu terjadi penyerbukan sendiri (F1×F1) dan pada proses fertilisasi
gamet-gamet yang mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat 4 macam
peleburan atau perkawinan.
Untuk
contoh mendel mengambil dari tanaman kapri. Masing-masing sifat yang dipelajari
adalah: tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji, dan lain-lain yang bersifat
dominan dan resesif. Mula-mula Mendel mengamati dan menganalisis data untuk
setiap sifat, dikenal dengan istilah monohibrid. Selain itu Mendel juga
mengamati data kombinasi antar sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat
(trihibrid) dan banyak sifat (polihibrid). Hasil percobaannya ditulis dalam makalah
yang berjudul Experiment in Plant Hybridization.
Varietas-varietas
yang disilangkan disebut tetua atau parental (P). Biji-biji
hasil
persilangan antar parental disebut biji filial-1 (F1). Ciri-ciri F1 dicatat dan
bijinya ditanam kembali. Tanaman yang tumbuh dari bij F1 dibiarkan menyerbuk semdiri
untuk menghasilkan biji generasi berikutnya (F2). Dalam percobaannya Mendel
mngamati sampai generasi F7, dan juga melakukan persilangan antara F1 dengtan
salah satu tetuanya (test cross).Hasil percobaan monohibrid menunjukkan bahwa
pada seluruh tanaman F1 hanya ciri (sifat) dari alah satu tetua yang muncul.
Pada generasi F2, semua ciri yang dipunyai oleh tetua (P) yang disilangkan
muncul kembali. Ciri sifat tetua yang hilang pada F1 terjadi karena tertutup,
kemudian disebut ciri resesif, dan yang menutupi disebut dominan. Dari seluruh
percobaab monohibrid untuk 7 sifat yang diamati, pada F2 terdapat perbandingan
yang mendekati 3:1 antara jumlah individu dengan ciri dominan:resesif.
Sebagai
salah satu kesimpulan dari percobaan monohibridnya, Mendel menyatakan bahwa
setiap sifat iorganisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian disebut gen.
Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing masing sifat,
yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor berasal dari tetua
jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Dalam penggabungan tersebut setiap
faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan identitasnya. Pada saat pembentukkan
gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali secara bebas. Peristiwa ini kemudian
dikenal sebagai Hukum Mendel I, yaitu hukum segregasi. Perbandingan pada F2
untuk ciri dominan : resesif = 3 : 1, terjadi karena adanya proses penggabungan
secara acak gamet-gamet betina dan jantan dari tanaman F1.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan waktu
Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 14
oktober 2010 di laboratorium teknologi benih dan laboratorium genetika tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat :
-Kantong
3.2.2 Bahan :
- Kedelai Kuning
-
Kacang hijau
3.3
Cara
Kerja
1. Mengambil dua buah kantong kain, masing-masing
diisi dengan 200 biji kedelai kuning dan 200 biji kedelai hitam.
2. Mengocok
kedua kantong tersebut sampai tercampur merata.
3. Mengambil dari masing-masing kantong satu biji
kedelai secara bersamaan (kedelai kuning sebagai alel R sedang kedelai hitam
sebagai alel r).
4. mengembalikan biji kedelai setiap kali
pengambilan.
5. melakukan pengambilan sebanyak 64 kali, 100 kali,
dan 200 kali yang masing-masing diulang 3 kali.
6. mencatat hasil tiap-tiap pengamatan dalam suatu
label.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Kegiatan
Tabel
percobaan pengambilan pada 64 kali.
64
kali
|
E
|
O
|
o-e
|
|
|
AA
|
16
|
24
|
8
|
64
|
4
|
Aa
|
32
|
33
|
1
|
1
|
0,031
|
Aa
|
16
|
7
|
-9
|
81
|
5,062
|
|
64
|
64
|
0
|
146
|
9,093
|
Tabel percobaan
pengambilan pada 100 kali.
100
kali
|
E
|
O
|
o-e
|
|
|
AA
|
25
|
42
|
17
|
289
|
11,52
|
Aa
|
50
|
49
|
-1
|
1
|
0,02
|
Aa
|
25
|
9
|
-16
|
256
|
10,24
|
|
100
|
100
|
0
|
546
|
21,82
|
Tabel percobaan
pengambilan pada 200 kali.
200
kali
|
E
|
O
|
o-e
|
|
|
AA
|
50
|
76
|
29
|
841
|
16,82
|
Aa
|
100
|
88
|
-12
|
144
|
1,44
|
Aa
|
50
|
33
|
-17
|
289
|
5,78
|
|
200
|
200
|
0
|
1274
|
24,04
|
Tabel
db
|
0.05
|
0,01
|
0,001
|
1
|
3,84
|
6,64
|
19,83
|
2
|
5,99
|
9,21
|
13,82
|
3
|
7,82
|
11,35
|
16,27
|
4.2 Pembahasan
Praktikum membandingkan genetik tiruan dengan random sampling
ini merupakan simulasi untuk memmbuktikan teori mendel, simulasi ini di lakukan
dengan menggunakan biji kedelai dengan 2 warna, warna kuning di beri symbol R ,
menandakan sifat dominan, dan menutupi sifat resesif pada biji kedelai warna hijau
yang di lambangkan dengan r. Percobaan ini di lakukan dengan pengambilan biji
kedelai kuning dan kacang hijau secara bersamaan dari 2 kantong yang mana kedua
kantong tersebut berisi campuran biji kedelai kuning dan kacang hijau sebanyak
masing-masing 100 biji (dalam satu kantong berisi 200 biji kedelai)
Dari data hasil praktikum diperoleh bahwa
pada ketiga percobaan antara percobaan yang dilakukan 64 kali, 100 kali,
ataupun yang 200 kali pada jumlah x2 sama-sama tidak kesesuaian
dengan table x2 hukum mendel. Pada percobaan yang dilakukan 64 kali
menghasilkan jumlah x2
sejumlah 9,093. Dan percobaan 100 kali menghasilkan jumlah x2
sejumlah 21,82 , dan percobaan 200 kali menghasilkan x2
jumlah 24,04. Jadi diantara ketiga
jumlah tersebut mempunyai angka yang lebih besar dari ketetapan table x2 =
5,99.
TABEL X2
db
|
0,05
|
0,01
|
0,001
|
1
|
3,84
|
6,64
|
10,83
|
2
|
5,99
|
9,21
|
13,82
|
3
|
7,82
|
11,35
|
16,27
|
Ada beberapa istilah yang perlu diketahui untuk menjelaskan
prinsip-prinsip pewarisan sifat. Seperti
telah disebutkan di atas, P adalah individu tetua, F1 adalah
keturunan generasi pertama, dan F2 adalah keturunan generasi ke dua. Selanjutnya, gen A dikatakan sebagai gen atau alel dominan, sedang gen a merupakan gen
atau alel resesif. Alel adalah bentuk alternatif suatu gen yang terdapat
pada lokus (tempat) tertentu. Gen A dikatakan dominan terhadap gen a, karena ekpresi gen A akan menutupi ekspresi gen a jika keduanya terdapat bersama-sama dalam
satu individu (Aa). Dengan
demikian, gen dominan adalah gen yang ekspresinya menutupi ekspresi alelnya.
Sebaliknya, gen resesif adalah gen yang ekspresinya ditutupi oleh ekspresi
alelnya.
Individu Aa dinamakan individu heterozigot, sedang individu AA dan aa masing-masing disebut
sebagai individu homozigot dominan dan homozigot resesif. Sifat-sifat yang dapat langsung diamati pada
individu-individu tersebut, yakni tinggi atau pendek, dinamakan fenotipe. Jadi, fenotipe adalah ekspresi gen yang
langsung dapat diamati sebagai suatu sifat pada suatu individu. Sementara itu,
susunan genetik yang mendasari pemunculan suatu sifat dinamakan genotipe. Pada contoh tersebut di atas, fenotipe tinggi
(A) dapat dihasilkan dari genotipe AA atau Aa, sedang fenotipe pendek (aa)
hanya dihasilkan dari genotipe aa.
Nampak bahwa pada individu homozigot resesif, lambang untuk fenotipe
sama dengan lambang untuk genotipe.
Hukum pewarisan Mendel
adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan
mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
- Hukum pemisahan (segregation)
dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan
- Hukum berpasangan secara
bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum
Kedua Mendel.
Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet
(sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel
akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya.
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
- Gen
memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter
turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak
dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di
sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf
besar, misalnya R).
- Setiap individu membawa
sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww
dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di
sebelah).
- Jika sepasang gen ini
merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar 2), alel dominan (S
atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel
resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan
pada gamet yang dibentuk pada turunannya.
Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat,
maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan
sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen
sifat yang berbeda tidak saling mempengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen
yang menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak
saling mempengaruhi.
Teori segregasi Mendel: pasangan gen berpisah
(bersegregasi) selama gametogenesis dan kemudian pada waktu fertilisasi
pasangan gen berpasangan kembali. Prinsip Mendel merefleksikan aturan
probabilitas atau teori kemungkinan Prinsip-prinsip
Mendel diterapkan untuk sifat penurunan pada manusia, contoh sifat yang diatur
oleh gen dominan-resesif tunggal yaitu pada jari-jari, garis rambut (lurus dan
lancip di depan), bercak pigmen di muka dan bentuk telinga (bebas atau melekat).
BAB 5. KESIMPULAN
1.
Dari hasil praktikum
dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pembandingan
genetika tiruan menggunakan kedelai kuning dan kacang hijau dapat diterima
sebagai genetika tiruan karena pada pengujian dengan pengambilan 64x, 100x,
200x menunjukan bahwa, hasil perhitungan terbukti/diterima, dimana hasil perhitungan
x2 lebih besar di bandingkan Chi Square tabel atau tabel x2
hukum mendel jadi tidak sesuai dengan hukum mendel.
2.
Pada
waktu berlangsung pembentukan gamet, tiap pasang gen akan disegregasi ke dalam
masing-masing gamet yang terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Chahal, G.S., S.S.
Gosal. 2003. Principles and Procedures of Plant Breeding. Biotechnological and
Conventional Approaches. Narosa Publishing House. New Delhi. 803 p.
Fehr, W.R. 1987.
Principles of Cultivar Development. Theory and Technique. Vol. 1. MacMillan
Pub. Co. New York. 536 p.
Grami, B., R.J. Baker,
B.R. Stefansson. 1977. Genetics of protein and oil content in summer rape: Heritability,
number of effective factors, and correlations. Can. J. Plant Sci. 57:937-943.
Handayani, T. 2003.
Pola pewarisan sifat toleran terhadap intensitas cahaya rendah pada kedelai (Glycine
max L. Merr) dengan penciri spesifik karakter anatomi, morfologi dan
molekuler. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 175 hal.
Khumaida, N. 2002.
Studies on adaptability of soybean and upland rice to shade stresS. The University
of Tokyo. Tokyo. 98 p.
Kisman, N. Khumaida,
Trikoesoemaningtyas, Sobir, D. Sopandie. 2007. Karakter morfo-fisiologi daun, penciri
adaptasi kedelai terhadap intensitas cahaya rendah. Bul. Agron. 35:96-102.
Roy, D. 2000. Plant
Breeding. Analysis and Exploitation of Variation. Narosa Publishing House. New
Delhi. 701 p.
Sopandie, D.,
Trikoesoemaningtyas, E. Sulistyono, N. Heryani. 2002. Pengembangan kedelai
sebagai tanaman sela: Fisiologi dan pemuliaan untuk toleransi terhadap naungan.
Laporan Penelitian Hibah Bersaing, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Trikoesoemaningtyas,
D. Sopandie, T. Takano. 2003. Genetic and breeding of soybean for adaptation to
shade stress. In: Proceeding of the 2nd Seminar Toward Harmonization
between Development and Environmental Conservation in Biological Production.
Tokyo University, Tokyo, February 15-16, 2003.
0 komentar " ", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment