RESUME BUKU EKOLOGI
PEDESAAN
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Julianty Nur C. 140410100071
Beami Mbani Wibawa 140410100074
M. Pahla Pujianto 140410100075
Fachmi Azhar Aji
140410100089
Gita Geofani 140410100095
Ilyas Nursamsi 140410100104
Saugi 140410100105
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Ekologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Hubungan ini sangat erat dan kompleks sehingga Odum (1971)
menyatakan bahwa ekologi adalah biologi lingkungan (environmental biology). Menurut Soemarwoto (1975) wilayah pedesaan
pada umumnya terdiri dari empat sub-sistem yaitu hutan, sawah ladang/ pertanian
dan pemukiman. Dimana setiap sub sistemnya saling mempengaruhi sehingga
membentuk ekosistem yang stabil dan bila terjadi gangguan maka sub sistem
lainnya akan merasakan gangguan tersebut. Ekosistem itu sendiri menurut Odum
(1971) ialah suatu sistem di dalam alam
yang mengandung makhluk hidup (organisme) dan lingkungannya yang terdiri
zat-zat tidak hidup yang saling mempengaruhi, dan diantara keduanya terjadi
pertukaran zat yang perlu untuk mempertahankan kehidupan. Jadi ekologi pedesaan
adalah cabang ilmu ekologi yang khusus mempelajari masyarakat atau ekostem
pedesaan, dimana yang dikajinya ialah berbagai budidaya dan, tataguna lahan
lain yang berada di sekitarnya.
Desa
dengan masyarakat di dalamnya dipengaruhi oleh informasi, materi dan energi.
Soemarwoto (1994) mengatakan Informasi ialah segala sesuatu yang memberikan
pengetahuan. Informasi dapat berupa warna, suhu, bentuk, gerak, suara, zat
kimia dan lain-lain. Energi dan materi dan bahan organik itu mengalir dari
tumbuhan ke organisme yang lainya melalui rantai makanan. Melalui rantai makana
itulah materi mengalami daur, yaitu materi masuk dari alam nir-hayati ke dalam
alam hayati dan kembali lagi kea lam nir-hayati. Banyak sedikitnya arus
informasi, energi, dan materi serta pemanfaatannya oleh masyarakat desa bisa
berbeda beda karena dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, budaya dan
teknologi.
Pembangunan
adalah kegiatan berencana untuk merubah lingkungan biogeofisik maupun
lingkungan sosial-ekonomi dan budaya, dari kualitas rendah ke kualitas yang
lebih tinggi. Pembangunan yang manfaatnya positif dan dapat dirasakan secara optimal adalah
pembangunan yang sifatnya berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan harus
memperhatikan, tidak hanya aspek ekonomi tetapi juga aspek ekologi,
sosial-budaya masyarakat.
Berikut
beberapa konsep yang berasal dari beberapa pakar dan pemikiran dari Prof.
Karyono sendiri :
·
Ekologi Manusia
·
Agro-ecosystem Analysis
·
Cropping System and Farming
·
System Research (FSR)
·
Rural Ecosystem Studies (RES)
Premis (RES)
Ø Suatu
sistem dapat dipelajari dengan mengidentifikasi komponen kuncinya dengan
menghubungkan komponen lainnya.
Ø Dapat
dimulai dengan/ dari suatu komponen dan dengan menelusuri aliran materi, energi
dan informasi dengan komponen lain, akan diperoleh gambaran ekosistem yang
lebih luas.
Agro Ekosistem
·
Ekosistem alami yang dimodifikasi dan
dimanfaatkan secara langsung/ tidak langsung oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan pangan atau serat-seratan
·
Ekosistem yang terbentuk oleh kegiatan
manusia dalam/ untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
·
Batas dan tujuan pemanfaatan ekosistem
ditetapkan manusia
·
Termasuk juga interaksi di dalam dan
diantara agro-ekosistem
·
Manusia (petani) merupakan bagian
integral dari agro-ekosistem
EMPAT
ASPEK AGRO-EKOSISTEM ANALIS
1.
Pola ruang
·
Diagram, peta, transek
·
Apa, Dimana (?)
2.
Pola waktu
·
Kalender musim
·
Kecenderungan waktu tanam
·
Kapan (?)
3.
Pola Aliran
·
Aliran umpan-balik
·
Aliran input-output
·
Bagaimana(?)
4.
Keputusan
·
Mengapa, Siapa (?)
·
Konsep pendekatan yang ada sebagai
berikut:ilmu sosial dan ilmu pertanian saling berkaitan.Ekologi Manusia
berkaitan Analisis Ekosistem Agro dan Analisis Ekosistem Agro berkaitan dengan
FSR.Dimana Ekologi Manusia sifatnya lebih ke arah teoritis dan kualitatif
sedangkan FSR bersifat terapan dan kuantitatif. Ilmu sosial bersifat holistik
berkaitan dengan ilmu pertanian berorientasi
pada komponen
·
Ekosistem alami dengan adanya
kepentingan manusia membentuk Ekosistem Agro yang memiliki ciri: batas sistem
yang lebih jelas,kurang permeabel, kaitan dengan sistem lain lebih
terbatas,komponen sistem lebih sederhana karena menghilangkan flora dan fauna
alami,Proses-proses baru diintroduksi seperti
pupuk,pestisida,irigasi,benih,sistem bru yang lebih kompleks.
·
Memilliki sifat sistem yang menjadi ciri
utama.Indikator penampilan:produktivitas
,stabilitas,sustainibilitas,ekuitabilitas.
·
Dari petani tradisional dapat dipelajari
:
·
Etno-ekologi yang terdiri dari taksonomi
rakyat yang memiliki kegunaan pangan,obat-obatan dan mistik ;agro-ekologi yang
terdiri dari adaptasi spesies,pengetahuan pertanian, sistem pemanenan yang
berguna untuk pengawetan budaya dan etnosains yang akan menghasilkan konservasi
agro ekologi tradisional,
·
Penelitian Ekosistem Agro meliputi bagaimana memulai analisis
,bagaimana menetapkan batas, karakter apa yang diukur dan bagaimana
mengukurnya,Bagaimana mempelajari interaksi aspek sosial dan bio fisik
(komponen) alami.Kebijakan dan teknologi apa/bagaimana yang digunakan.
·
Contoh Diagram Alir Input-Output Rumah Tangga
: Hutan sebagai sumber pakan untuk
ternak sapi yang diperlukan oleh rumah tangga memiliki hubungan saling
membutuhkan,rumah tangga membutuhkan pasokan daging,susu dan kulit sedangkan
ternak sapi memerlukan juga rumah tangga untuk merawat dan memelihara
mereka,Hutan juga memberikan suplai kayu bakar untuk kebutuhan rumah
tangga.Ternak Sapi,kotorannya bisa menjadi pupuk untuk berbagai macam ekosistem
seperti tegalan, pekarangan, kebun/talun,sawah ,rumah tangga memerlukan input
dari berbagai ekosistem itu untuk memenuhi kebutuhan,yang bisa
dikonsumsi sendiri ataupun dijual ke pasar,selain itu rumah tangga mendapatkan
keuntungan dan dapat memenuhi kebutuhan dengan membeli di pasar.
·
Komponen-komponen desa terdiri dari
hutan,sungai,lahan pertanian yang memiliki hubungan saling membutuhkan.
BAB II
ISI
Pedesaan
memiliki kekhasan khusus dalam tata guna lahan yang dikelola oleh warga desa,
seperti pekarangan, talun, kebun, talun-kebun, kebun campuran, sawah dan
perladangan berpindah yang merupakan vegetasi budidaya manusia. Struktur,
fungsi tanaman/tumbuhan dan kondisi lingkungan pada tipe-tipe tata guna lahan
tersebut diatur dan dikelola oleh manusia. Pengelolaan tataguna lahan tersebut
tentunya akan dipengaruhi oleh latar belakang dari kondisi sosial dan budaya
manusia itu sendiri.
Paul
H. Landis (1948:17) mencoba memberikan pengertian pedesaan, sebagai berikut :
a.
Berdasarkan maksud statistik, pedesaan adalah tempat-tempat dengan jumlah
penduduk kurang dari 2500 orang.
b.
Berdasarkan kajian psikologi sosial, pedesaan adalah daerah-daerah dimana
pergaulannya ditandai oleh derajat intimitas yang tinggi, sedangkan kota adalah
tempat-tempat dimana hubungan antar individu sangat impersonal
(Longgar/bersikap acuh)
c.
Berdasarkan kajian ekonomi, pedesaan itu merupakan daerah dimana pusat
perhatian atau kepentingan adalah pertanian dalam arti yang luas.
Terdapat
kerancuan dalam penggunaan kata kota yang searti city dengan daerah perkotaan atau urban. Urban memiliki arti suatu
daerah yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan modern, yang mempunyai
ciri-ciri kota atau menuju kearah kota. Istilah desa yang searti dengan village sering pula rancu dengan rural atau pedesaan, yakni daerah yang berada di
seputar atau di sekeliling kota atau hinterland.
Dengan demikian gambaran tentang kota atau desa dengan masing-masing
masyarakatnya sebenarnya adalah batas si ilmuan atau cendikiawan peneliti
sendiri, bukan gambaran semua golongan masyarakat kota atau desa dalam realita
atau kenyataannya.
KARAKTERISTIK
KEHIDUPAN MASYARAKAT PEDESAAN
Secara
umumn kehidupan masyarakat di pedesaan dapat dilihat dari karakteristik yang
mereka miliki, sebagaimana yang dikemukakan oleh Roucek & Warren (1962 :
78). Karakteristik tersebut adalah :
a.
Mempunyai sifar yang homogen dalam hal (mata pencaharian, nilai-nilai dalam
kebudayaan, serta dalam sikap dan tingkah laku).
b.
Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi.
Artinya semua anggota keluarga turut bersama-sama terlibat dalam kegiatan
pertanian ataupun mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga,
dan juga sangat ditentukan oleh kelompok primer. Dalam memecahkan suatu
masalah, keluarga cukup memainkan peranan dalam pengambilan keputusan final.
c.
Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada (misalnya
keterikatan anggota masyarakat dengan tanah atau desa kelahirannya).
d.
Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet daripada kota, serta
jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar/banyak.
Landis
(1948: 123) mengungkapkan hal yang dirasakan amat penting pula mengenai
karakteristik masyarakat pedesaan yang oleh Landis dinamakan “Pscychological Traits of Farm People”
atau kecendurungan – kecenderungan psikologis atau kepribadian dari orang desa.
Kecenderungan – kecenderungan psikologis tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Memiliki sifat menentang terhadap orang luar, yang selanjutnya memiliki sifat
rendah diri sebagai akibat adanya kemiskinan yang dialami atau dengan kata lain
mempunyai derajat kemakmuran yang rendah.
b.
Orang tua memiliki kendali penuh atas orang yang lebih muda sehingga kebebasan
dalam mengemukakan pendapat kurang bagi orang yang lebih muda.
c.
Ada kecenderungan lebih mementingkan dirinya atau lingkungannya sendiri (tidak
mau tau dengan orang lain – atau orang luar).
d.
Memiliki sifat konservatisme karena memiliki pemahaman yang tinggi bahwa
kehidupannya sangat bergantung kepada alam.
e.
Sangat toleran terhadap nilai – nilai yang dimilikinya tetapi kurang toleran
dengan nilai-nilai yang dimiliki kelompok lain.
f.
Memiliki sifat pasrah yang tinggi kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
g.
Memiliki sifat udik akibat kurangnya kontak dengan dunia luar.
Beberapa
kecenderungan psikologis umum yang diutarakan oleh beberapa pakar diatas tidak
serta merta menyajikan gambaran aktual dari sifat psikologis dari seluruh
masyarakat pedesaan yang ada di Indonesia. Sebab ada faktor – faktor yang akan
mempengaruhi kondisi psikologis tersebut, diantaranya sebarapa jauh tingkat
perubahan (kemajuan) yang telah dicapai oleh masyarakat desa tersebut. jadi
dapat disebutkan bahwa ada hubungan antara kecenderungan psikologis orang desa
dengan tingkat kemajuan masyarakat yang telah dicapai.
Pengetahuan
mengenai karakteristik maupun kecenderungan – kecenderungan psikologis
masyarakat desa, dapat kita manfaatkan sebagai sarana dalam melakukan upaya
pendekatan terhadap masyarakat desa dalam rangka memperkenalkan berbagai
program-program pemerintah maupun instansi resmi yang terkait dengan masalah –
masalah yang oleh masyarakat desa dirasakan sebagai kebutuhan mendasar penting
bagi kesejahteraan masyarakat.
Dapat
diketahui dari penjelasan diatas bahwa desa dicirikan dengan hal-hal yang
berlawanan atau berbeda dengan ciri kota dari aspek morfologi, bentuk bangunan
rumah penduduk desa serta letaknya yang cenderung jarang dan terpencar,
organisasi desa yang relatif sederhana, dan hubungan antar masyarakat yang
intim, dengan ciri kekerabatan, persaudaraan dan gotong royong yang cukup kuat.
Ekologi atau lingkungan desa sangat berbeda dengan ekologi kota, desa – desa
juga bervariasi sesuai dengan letak alamiahnya, ada desa – desa sepanjang
pantai laut, ada di padang ilalang bahkan di padang pasir atau hutan belantara.
Menurut
Sapari Imam Asy’ari (1993) dari letak alaminya, desa – desa di Indonesia,
secara garis besar dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Desa
– desa pantai, atau desa laut memiliki ketergantungan dengan pantai atau
pesisir. Ada desa yang berada di pantai yang landai dan ada pula di pantai yang
berbukitan.
b. Desa
– desa di dataran rendah (ngare).
Bervariasi sesuai sejarah terbentuknya dan perkembangannya masing – masing.
Relative dapat leluasa mengatur pola ruang desa atau teritorialnya dari desa
desa pegunungan atau pantai.
c. Desa
pegunungan. Sangat bergantung kepada keadaan alam. Rumah penduduk bersaf – saf
secara hirarkis, di celah – celah perbukitan atau lembah pegunungan, atau di
kanan – kiri sungai.
d. Desa
– desa perkotaan atau di sekitar kota,termasuk wilayah kota atau perkotaan dan
desa yang sudah memenuhi persyaratan untuk disebut kota.
e. Desa
pedalaman. Desa yang berada jauh dari kota dan relatif terisolir. Di wilayah
pegunungan atau pedalaman atau jauh dari kota.
TIPOLOGI MASYARAKAT PEDESAAN
Tipologi
masyarakat desa dapat diketahui secara mudah jika dihubungkan dengan kegiatan
pokok utama yang ditekuni untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari. Kita
mengenal desa pertanian yang mana kegiatan anggota masyarakatnya terlibat pada
bidang pertanian. Kemudaian terdapat pula desa industry dimana pendapatan
masyarakat bergantung pada kegiatan industri. Selanjutnya ada desa nelayan yang
mana pusat dari kegiatan masyarakat bersumber pada usaha-usaha perikanan. Namun
dalam kenyataannya tipologi desa ini dapat berkombinasi satu sama lain.
Masyarakat memiliki satu mata pencaharian pokok yang dominan, namun ada
beberapa anggota masyarakat yang memiliki mata pencaharian pokok diluar mata
pencaharian dominan tersebut yang mana bagi mereka adalah sumber mata
pencaharian utama.
Hal
yang perlu kita perhatikan kemudian adalah sejauh mana keterlibatan anggota
masyarakat dalam kegiatan pekerjaan berdasarkan jenis kelamin (gender). Desa yang memiliki tanah subur
dan sistem irigasi yang baik akan lebih banyak melibatkan tenaga kerja wanita
dibanding dengan desa yang lahanya kering (tadah hujan) yang kegiatan
pekerjaannya didominasi oleh pria. Jadi dengan kata lain, ada keterkaitan
antara faktor lingkungan fisik dengan pembagian kerja secara gender. Namun yang
patut diingat bahwa hal tersebut pula sangat bergantung dari tradisi yang
dimiliki oleh masyarakat desa tersebut.
Saat
ini kaum perempuan di pedesaan sudah lebih diperhatikan pula mengingat
potensinya sebagai sumber daya manusia yang belum tergarap dengan meningkatkan
wawasan pemikiran serta keterampilan dalam berbagai aspek kehidupan agar supaya
lebih berperan dalam pembangunan desa pada masa yang akan datang.
Analisis
agroekosistem merupakan suatu analisis mengenai lingkungan agrikultur dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan,sosial, ekonomi dan politik dengan porsi yang
sama. Analisis ini tidak hanya terbatas pada aspek yang sebelumnya telah
disebutkan, namun lebih dari itu , analisis agroekosistem melibatkan banyak
aspek yang saling berkaitan satu sama lain secara kompleks dan sistematis.
Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan suatu sistem pertanian dimana aspek
ruang dan waktu sangat diperhatikan didalam membuat panduan dalam menentukan
suatu keputusan. Segala sumber daya yang ada didalam sistem tersebut dilihat
dari aspek ruang dan waktu harus dapat memprediksi dan memberikan hipotesis
mengenai tujuan suatu agroekosistem, dan kemudian hipotesis tersbut akan diuji
dengan berbagai cara baik dengan eksperimen laboratorium, survey lapangan,
pengembangan percobaan dll.
Dengan
sumber daya yang dimiliki suatu lahan, maka diharapkan hasil dari sistem
pertanian tersebut akan memenuhi kebutuhan dan memberikan keuntungan. Maka
upaya dalam mencapai tujuan tersebut harus ada kajian mengenai manajemen
penggunaan lahan pertanian per satuan luas kemudian dihubungkan dengan kondisi
lingkungan seperti iklim , suhu, curah hujan dll. Sedangkan manajemen
pengelolaan suatu lahan pertanian dapat meliputi jarak penanaman, waktu, serta
sistem penanaman yang akan digunakan. Rencana manajemen tersebut disusun
berdasarkan kondisi lingkungan yang ada.
Didalam
menentukan manajemen pengolahan lahan yang tepat , dapat digunakan beberapa
pertanyaan berupa bagan alir yang membentuk pola sedemikian rupa sehingga akan
cocok mulai dari sumber daya yang kita miliki dengan jenis manajemen seperti
apa yang dapat dilakukan.
Setelah
analisis dilakukan maka kita harus mengetahui performa dari sistem agrikultur
yang telah disusun. Terdapat beberapa indikator yang menunjukan tingkat
produktifitas, stabilitas, keberlanjutan, serta kemerataan, tingkat indikator
tersebut ditunjukan didalam grafik yang dihubungkan antara produksi pertanian
dan waktu.
HUBUNGAN
SISTEM SOSIAL DAN EKOSISTEM
Sistem
sosial didalam kehidupan manusia sangat berperan dimana terbentuk suatu
interaksi antar individu manusia , jenis dan kualitas hubungan yang terjadi
sangat dipengaruhi oleh lingkunganya, baik sebagai sumber daya dalam kehidupan
sosial atau mempengaruhi tidak secara langsung terhadap kualitas dan kuantitas
hubungan dalam sistem sosial. Kedua sistem tersebut saling mempegaruhi karena
terjadi aliran materi dan informasi didalamnya baik antara sistem sosial dan
ekosistem secara langsung maupun dari/dan menuju sistem lainnya
Berdasarkan
topologi desa yang dilihat dari pola pemukiman, yaitu menurut Landis (1918) ada
empat tipe desa pertanian sedangkan bila menurut Rogers, Everett M, dan Burdge,
Rabel J (1972) terdapat dua tipe pengelompokan tipologi desa.
1.
Menurut
Landis (1918)
a. Farm
village type
Suatu
desa dimana orang berdiam dalam suatu tempat dengan sawah ladang berada di
sekitar tempat itu dan juga dekat dengan daerah perkotaan. Terdapat gangguan
seperti alih fungsi lahan produktif (pertanian) menjadi fungsi lain untuk areal
perumahan, perkantoran, industri. Sehingga cepat atau lambat, tipologi tersebut
diatas berubah berbarengan dengan tradisi yang dipegang kuat oleh masyarakat
desa yang bersangkutan. Tipologi desa ini banyak terdapat di daerah Asia Tenggara,
contoh Indonesia khususnya pedesaan di Pulau Jawa. Masyarakat disini memegang
tradisi sangat kuat , gotong royong cukup kuat. Namun dalam proses produksi
usaha tani bersifat komersial karena
masuknya teknologi pertanian modern yaitu revolusi hijau.
b. Neboulus
farm village type
Suatu
desa dimana sejumlah orang berdiam dalam suatu tempat, sebagian lainnya
menyebar diluar tempat tersebut bersama sawah ladang mereka. Pola bertani tidak
tetap atau perladangan berpindah. Tradisi, gotong royong dan kolektifitas
sangat kuat di kalangan anggota masyarakat ini.
Contohnya banyak terdapat di Asia Tenggara seperti di Indonesia yaitu di
daerah Sulawesi, Maluku, Irian Jaya/Papua dan sebagian terdapat di Pulau Jawa.
c. Arranged
isolated farm type
Suatu
desa dimana orang berdiam di sekitar jalan yang berhubungan dengan trade center
dan selebihnya sawah ladang mereka. Tradisi kurang kuat, individualistis lebih
menonjol, lebih berorientasi pada produksi di bidang perdagangan atau
komersial. Tipologi ini kebanyakan di negara-negara barat.
d. Pure
isolated farm type
Suatu
desa dimana orang berdiam tersebar bersama saah ladang mereka masing-masing.
Tradisi kurang kuat, dinamika pertumbuhan , orientasi produksi perdagangan di
bidang perdangangan , dan individualistis lebih menonjol. Topologi ini
kebanyakan terdapat di negara barat.
2.
Menurut
Rogers, Everett M, dan Burdge, Rabel J (1972)
a. The
scattered farmstead community
Sebagian
orang berdiam pada pusat pelayanan yang ada, sedangkan yang lain terpencar
bersama sawah ladang mereka.
b. The
cluster village
Penduduk
berdiam terpusat pada suatu tempat, dan selebih dari itu adalah sawah ladang
mereka.
Tipologi
desa yang dilihat dari perkembangan masyarakat yang pengelompokannya
diperkenalkan oleh Ditjen PMD Departemen Dalam Negeri, tipe-tipe tersebut
adalah :
1. Desa
tradisionil (pra desa)
Kebanyakan
dijumpai pada masyarakat suku – suku terasing. Kehidupan masyarakatnya seperti
teknologi bercocok tanam, cara pemeliharaan kesehatan, cara memasak, dsb masih
bergantung pada pemberian alam sekeliling mereka. Pembagian kerja anggota
masyarakat masih berdasarkan jenis kelamin.
2. Desa
swadaya
Kondisi
relatif statis tradisional, masyarakatnya masih sangat bergantung pada
keterampilan dan kemampuan pemimpinnya. Kehidupan masyarakat tergantung pada
faktor alam yang belum diolah dan dimanfaatkan secara baik. Kedudukan seseorang
dinilai dari keturunan dan luasnya kepemilikan tanah.
3. Desa
swakarya (desa peralihan)
Tidak
lagi semata-mata bergantung pada pimpinan saja, karena adanya pengaruh dari
luar berupa adanya pembaharuan yang sudah mulai dirasakan oelh anggota
masyarakat. Kedudukan seseorang tidak lagi dilihat dari dari faktor keturunan
dan luas kepemilikan tanah.
4. Desa
swasembada
Masyarakat
telah maju, sudah ada mekanisme pertanian dan teknologi ilmiah telah digunakan,
selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan.
5. Desa
pancasila
Tipe
desa ideal yang dicita-citakan dengan masyarakat adil dan makmur.
Perkembangan setiap desa diatas
untuk sampai pada klasifikasi tertentu ada indikatornya yaitu imbang daya unsur-unsur
dari dalam desa itu sendiri serta intensitas pengaruh unsur luar, yang
ditentukan oleh posisi desa terhadap pusat-pusat unit wilayah yang lebih besar
dan pusat fasilitas, dan dilihat dari komposisi jenis dan karakteristik
kegiatan ekonomi yaitu primer, sekunder, tersier.
KETERGANTUNGAN
DESA DENGAN KOTA ATAU SEBALIKNYA
Interaksi
ini dapat dilihat sebagai suatu proses sosial, proses ekonomi, budaya dan
sebagainya yang cepat atau lambat dapat menimbulkan suatu kenyataan. Interaksi
dapat terjadi karena ada unsur-unsur dari dalam desa itu sendiri maupun dalam
kota. Interaksi terjadi atas dasar potensi yang ada baik pada masyarakat desa
maupun kota yang dapat dilihat dalam hal seperti kota yang merupakan tempat
pemasaran hasil pertanian, kerajinan, perikanan, peternakan, dan tempat mereka
mendapatkan benda-benda pemuas kebutuhan hidup yang mereka perlukan.
Ketergantungan
antara kota terhadap peran desa sumber produksi, desa sebagai supplier
bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, kerajinan, ataupun peternakan sebagai
kebutuhan masyarakat kota, dengan
saling ketergantungan semacam ini ada
satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa : sampai berapa jauh ketergantungan
desa terhadap kota tergantung dari besarnya kota itu sendiri. Semakin terisolir
atau murni suatu desa semakin kecil ketergantungan terhadap kota. Keadaan tersebut terjadi karena letak
geografis desa tersebut terisolir. Belakangan ini masyarakat desa terisolir
sudah mulai jarang dijumpai, desa yang terisolir akan sulit untuk
mempertahankan isolasinya karena kemajuan-kemajuan teknologi modern (revolusi
di bidang transportasi, komunikasi, Televisi, Radio, dll.) menyebabkan jaringan
komunikasi ini dapat menerobos ke daerah-daerah yang bagaimanapu sulitnya. Hal
ini dapat berdampak kepada masyarakat pedesaan dengan datangnya alat-alat yang
modern menjadikan kehidupan dan perilaku sosial yang berubah. Lembaga-lembaga
tradisional tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan masyarakat desa hal ini
diakibatkan oleh semakin intensifnya lembaga-lembaga pendidikan formal seperti
sekarang ini hal ini mengakibatkan fungsi keluarga dalam bidang pendidikan
formal semakin tergeser secara perlahan-lahan atau yang akhirnya akan mengalami
perubahan.
Apabila
kita akan menggolongkan seseorang atau sekelompok orang ke dalam lapisan atau
golongan tertentu dalam masyarakat khususnya di pedesaan ada beberapa kriteria
atau ukuran yang biasanya dipakai yaitu diantaranya;
a. Ukuran
kekayaan
b. Ukuran
kekuasaan
c. Ukuran
kehormatan
d. Ukuran
ilmu pengetahuan
Sedangkan
menurut Leibo (1995) ada tiga cara untuk mengukur atau menggolong-golongkan
pelapisan sosial yang ada yaitu ;
a. Approach
Objective, yaitu membagi masyarakat atau populasi menurut ukuran objective
seperti pendapatan, pendidikan, mata pencaharian dan sebagainya.
b. Cara
subjective, yaitu dengan menggolongkan masyarakat atas lapisan sosial
berdasarkan ukuran subyektif dari anggota masyarakat. Yaitu dengan menanyakan
kepada seseorang pada golongan yang mana ia merasa terlibat atau termasuk
golongan yang dimaksud
c. Cara
“Reputational Approach” yaitu orang yg menggolongkan masyarakat ke dalam
sejumlah lapisan sosial berdasarksan penilaian orang lain, misalnya hakim,
kepala daerah camat, lurah, tokoh masyarakat, dll. Atau dengan kata lain
peneliti mengajak sejumlah orang untuk menilai dalam penentuan atau
penggolongan masyarakat termasuk pada
golongan yang mana.
Stratifikasi dalam sosial dalam
masyarakat memiliki unsur penting, karena mencirikan status atau kedudukan, hal
itu yang menentukan tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok.
Dewasa ini telah banyak terjadi
berbagai perubahan sosial sejalan dengan perkembangan sistem politik di negara
kita, dari hal tersebut Rogers (1969) mengelompokan perubahan sosial menjadi tiga perubahan
sosial, yaitu :
1. Immanent Change
Yang merupakan suatu bentuk perubahan
sosial yang berasal dari system itu
sendiri dengan sedikit atau tanpa inisiatif dari luar.
2. Selective Contact Change
Yaitu outsider secara tidak sadar spontan membawa ide-ide baru kepada
anggota dari suatau system sosial.
3. Directed Contact Change
Yaitu apabila ide-ide baru atau
cara-cara baru tersebut dibawa dengan sengaja oleh outsider.
Dari ketiga
kategori ini nampak bahwa apabila kategori ketiga lah yang kebanyakan terjadi,
Rogers juga melihat bahwa proses perubahan ini sendiri memiliki tahap-tahap
tertentu, yang dalam hal ini meliputi tiga tahapan yaitu ;
1. Invention,
yang merupakan proses perubahan
2. Diffution,
yang merupakan suatu proses
3. Consequence,
yang merupakan proses perubahan yang terjadi dalam suatu system masyarakat.
Perubahan-perubahan
tersebut di kalangan masyarakat tentu saja ada yang dapat menerima atau
menolaknya. Schoorl (1980) melihat ada empat kelompok masyarakat yang menyikapi
setiap perubahan, diantaranya ;
a. Mereka
yang tidak menyetujui keadaan
b.
Mereka yang acuh tak acuh
c.
Mereka yang tidak puas
d. Mereka
yang mngandung rasa dendam/kecewa
Dalam
menerima inovasi, sifat-sifat inovasi sangat mempengaruhi kecepatan penerimaan
oleh masyarakat. Beberapa ciri inovasi menurut Rogers and Burdge (1972 :
353-354) :
a.
Inovasi harus memiliki suatu keuntungan
relative.
Adakalanya
keuntungan tak mudah diketahui orang, dan harus menunggu suatu keadaan krisis
untuk membuktikan keunggulan inovasi tadi dibandingkan dengan barang-barang
yang sudah ada sebelumnya. Misalnya dibutuhkan lebih dari 10 tahun dalam suatu
inovasi di bidang pendidikan.
b. Compatibility
Sejauhmana
gagasan baru itu sesuai dengan nilai-nilai dan pola-pola tngkah laku yang
sekarang dianut oleh masyarakat setempat.
c.
Complexity
(Kekomplekan dari inovasi)
Jika
inovasi itu terlalu rumit dan orang perlu mempelajari prosedur tersebut terlalu
banyak, maka kemungkinan besar inovasi tersebut akan ditolak.
d.
Divisibility
(Trialabiity)
Dapatkah
inovasi dicoba secara terbatas? Ada material yang bias dibagi menjadi unit-unit
kecil dan orang harus memakai secara keseluruhan.
e.
Communicability
(Observability)
Ada
benda atau hal-hal yang dengan mudah dapat dilihat dan diceritakan dari orang
yang satu kepada orang lain, tetapi ada beberapa orang tidak.
Bilamana
suatu inovasi yang telah diterima dan kemudian, orang menolaknya, maka kondisi
yang demikian disebut discontinuance.
Jadi ada inovasi yang diterima dan dipakai terus dan ada pula yang tidak.
Masalah
urbanisasi perlu disampaikan karena mempunyai pertalian yang sangat erat dengan
kondisi kehidupan di pedesaan. Terutama yang menyangkut semakin langkanya
sumber daya atau daya dukung alam atas manusia itu sendiri, yaitu masyarakat
pedesaan.
Pengertian
urbanisasi yang dikemukakan oleh Schoorl (1980 : 263) yaitu sebagai berikut :
-
Arus pindah ke kota
-
Bertambah besarnya jumlah tenaga kerja
non agraria di sektor industri dan sektor tersier.
-
Tumbuhnya pemukiman menjadi kota
-
Meluasnya pengaruh kota di daerah
pedesaan mengenai segi ekonomi, sosial, kebudayaan, dan psikologi.
Faktor-faktor
pendorong bagi penduduk desa meninggalkan tempat kediamannya adalah sebagi
berikut :
-
Lapangan kerja yang relative sangat
langka
-
Tidak adanya kesempatan menambah
pengaetahuan
-
Kaum muda di desa merasa tertekan oleh
adat istiadat yang ketat
-
Menginginkan pasaran yang lebih luas di
dalam bidang pengembangan keahlian seperti pertanian
-
Rekreasi sebagai salah satu factor
penting di bidang spiritual sangat kurang.
Sedangkan
factor-faktor penarik dari kota yang menjadikan penduduk desa datang ke kota
adalah :
-
Anggapan bahwa tersedia banyak lapangan
pekerjaan, serta banyak penghasilan
-
Kota merupakan pusat fasilitas
-
Kota dianggap mempunyai tingkat
kebudayaan yang lebih tinggi
-
Kota merupakan tempat untuk
mengembangkan skill atau semi skill yang sebaik-baiknya dan seluas-luasnya.
Urbanisasi
belakangan ini tidak terbatas dari perpindahan penduduk dari desa ke kota,
tetapi banyak diantaranya yang pergi ke luar negeri. Keputusan untuk bermigrasi
biasanya diambil kalau mereka memperhitungkan bahwa kehidupan mereka di tempat
yang baru akan menjadi lebih baik dari tempat asalnya. Namun kadangkala apa
yang diidamkan lain dengan kenyataan yang mereka alami.
Pengaruh
urbanisai, tidak saja membawa hal negative bagi masyarakat tempat mereka
bermukim, akan tetapi hal yang sama berlaku juga bagi tempat yang mereka
tinggalkan. Biasaya desa yang merka tinggalkan akan mengalami : hilangnya
tenaga mudasebagai sebagai tenaga potensial bagi pembangunan di desanya,
terjadi perubahan hubungan dalam keluarga , terjadi krisis moral di kalangan
masyarakat yang bersangkutan. Meskipun terjadi berbagai efek negative baik di
tempat baru maupun daerah asalnya, akan tetapi dapat pula berakibat positif
dari segi peningkatan kesejahteraan daerah asalnya seperti pendapatan daerah
asalnya yang besar akibat dari pengiriman uang yang besar dari masyarakat
daerah sana yang bekerja sebagai TKI.
Mobilitas atau perpindahan penduduk yang sudah
dikemukakan di atas, berupa migrasi ke kota. Mobilitas penduduk itu sendiri
memiliki beberapa bentuk, sebagaimana yang dikemukakan oleh Matra (1980 :
20-22) sebagai berikut :
a.
Commuting
(ngalaju)
Bentuk
mobilitas penduduk dari desa ke kota atau daerah lain, dan kembali ke tempat
asal pada hari yang sama. Suatu syarat yang paling penting untuk terjadinya
mobilitas semacam ini adalah tersedianya prasarana perhubungan yang baik, yang
diikuti pula dengan sarana transportasi yang memadai dan murah.
b.
Circulation
(sirkulasi)
Bentuk
mobilitas penduduk dari desa ke kota atau ke daerah lain, dalam jangka waktu
lebih dari sehari, tetapi tidak ada niat untuk menetap di daerah tujuan.
c.
Migrasi
Ini
merupakan bentuk perpindahan penduduk dari desa ke kota atau ke daerah
lain,dengan maksud untuk bertempat tinggal menetap di daerah tersebut.
Pertanyaan :
1.
Apa pengertian ekologi pedesaan ?
2.
apa yang menjadi ciri topologi umum
masyarakat pedesaan di Indonesia ?
3.
Apa saja dan jelaskan mengenai tingkat
klasifikasi suatu desa dalam pembangunan dan kemampuan mengembangkan potensi
yang dimilikinya ?
4.
Dari pengelompokkan-pengelompokkan
masyarakat berdasarkan golongannya apakah hal tersebut merupakan alasan utama
yang mengakibatkan desa-desa terisolasi? Sedangkan kita tau banyak dari
masyarakat desa yang berurbanisasi untuk mendapatkan pendidikan dan kehidupan
yang lebih layak untuk memperbaiki kondisi desanya.
5.
Bagaimana pengaruh urbanisasi terhadap
kondisi hidup masyarakat pedesaan?
0 komentar " ", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment