RESUME MATERI EKOLOGI PEDESAAN

Disusun oleh:
NURHIDAYAH IMANDA             140410080011
EMA PURNAMASARI                   140410100007
RINI HAFZARI                                140410100008
M. FAJAR FAHMI S.                      140410100009
FITRIYANI                                      140410100007
RICKY RINALDY R.                     140410100018
PINANDITA MUFQI R.                 140410100022
MUTIA SEPTI SAPUTRI              140410100026


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

            Ekologiadalahilmu  yangmempelajarihubunganantaramahlukhidupdengan lingkungan.HubunganinisangatkompleksehinggaOdum (1971) menyatakanbahwaekologiadalahbiologilingkungan (environmental biology).Pedesaanadalahmasyarakat yang terdiriataskomponen sub-sistem yang salingberinteraksi.MenurutSoemarwoto (1975) padaumumnyaterdiriatasempat sub-sistemyaituhutan, sungai, sawah lading / lahanpertaniandandesa / pemukiman.Setiap sub-sistemmenurutnyasalingmempengaruhisehinggamembentuksuatuekosistempedesaan yang stabil.Namunjikasalahsatu sub-sistemmengalamigangguan,maka sub-sitem yang lainnyaakanmengalamigangguan pula.
            Ekologipedesaanadalahcabangekologi yang khususmempelajarimasyarakatatauekosistem di pedesaan. Yang dipelajaridalamekologipedesaanialah, berbagaibentuk / tipelahanbudidayasertatatagunalahan lain yang berada di sekitarnya. Perngertian yang dipelajarimeliputistrukturdanfungsidariberbagaibentuklahanbudidaya di berbagaidaerahpedesaan di Indonesia.
            Pembangunan adalahkegiatanberencanauntukmengubahlingkungan, baiklingkunganbiogeofisikmaupunlingkungan sosial-ekonomidanbudaya, darikualitasrendahkekualitas yang lebihtinggi.Olehkarenaitupembangunanadalahantroposentris, baikburuknyakualitaslingkunganditinjaudarikepentinganmanusia.Perubahanlingkungan yang tidakdirencanakandisebutdampaklingkungan, dampaklingkungandapatbersifatpositifataunegatif.Dampaklingkungan negative menurunkankualitaslingkungansehinggakesejahteraanmanusia yang menjadiobjekpembangunanmenurunjuga.Sedangkandampakpositifnyadapatdirasakansecara optimal, pembangunan yang bersifatnyaberkelanjutan.Pembangunan yang berkelanjutantidakhanyamemperhatikanaspekekonominyasaja, tetapijugamelihataspekekologi, sosialdanbudayamasyarakat.
            Kuliahekologipedesaaninimeliputibatasan, konsep-konsep, danpenjelasanumumlainnya. Didalambabpendahuluanjuga di sampaikanbeberapakonsep yang berkaitandenganmatakuliahekologipedesaan. Konsepiniberasaldaribeberapapakardanpemikirandari Prof. Karyono.

Pendekatan
Metode pendekatan pembangunan masyarakat desau ntuk menggali informasi mengenai kebutuhan masyarakat dan memahami cara pengelolaan sumberdaya dilakukan dengan Analisis Agro-ekosistem (Agro-ecosystem Analysis) :
·         Dimulai dengan mempelajari dan memahami konsep dan teori mengenai Ekologi Manusia
·         Konsep dan teori yang telah dipahami, dilanjutkan dengan metode pendekatan Analisis Agro-ekosistem sehingga masalah – masalah dapat teridentifikasi
·         Untuk menyelesaikan masalah - masalah yang teridentifikasi digunakan pendekatan Cropping System and Farming System Research (FSR)


Konsep pendekatan
Metode pendekatan Analisis Agro-ekosistem, dilanjutkan dengan Cropping System and Farming System Research (FSR)untuk menyelesaikan permasalahan. Dan konsep dari metode pendekatan Analisis Agro-ekosistem terdiri dari ilmusosialataupunagrikulltur, teoriataupunaplikasi di lapangan, kualitatifhinggakuantitatif, serta holistichinggacomponent oriented.
Ekosistem alami dimodifikasi dan dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia menjadi Agro-ekosistem. Agro-ekosistemtersebut :
·         Memiliki batas sistem yang jelas
·         Kurang permeabel
·         Kaitan dengan sistem lain menja dilebih terbatas
·         Memiliki komponen sistem yang lebih sederhana dengan menghilangkan flora dan fauna asli
·         Mengintroduksi proses-proses barusepertipupuk, pestisida, irigasi, danbenih

Sifat/ ciri utama (indicator penampilan) suatusistem :
·         Produktivitas, produksiataupendapatanbersih yang diperolehsetiapsatuansumberdaya.
·         Stabilitas,menggambarkansejauhmanakemantapanproduktivitasakibatgangguankecilsepertiiklimdanharga.
·         Sustainibilitas, kemampuan system mempertahankanproduktivitas
·         Ekuitabilitas, kemerataanhasildariagroekosistemdiantaramasyarakatdalamsuatusistem.

Konservasi agro-ekosistem tradisional
Konservasi agro-ekosistemsecaratradisionaldilakukanolehpetani – petanitradisionalmelaluietno-ekologiyangmenjembataniantarailmupengetahuanalamdanilmupengetahuankemasyarakatan.Denganmenambahkantaksonomirakyatdankegunaandaripangan, obat-obatan, danmistik di dalamnya.Petanitradisionaljugamemahamiagro-ekologi yang di dalamnyameliputiadaptasidenganspesies,pengetahuanmengenaipertanian, danjuga system pemanenan.Lambatlaun, hal-hal yang dilakukanpetanitradisionalmenjadikebiasaansertaterjadipengawetanbudayadanetno-sains.Padaakhirnya, terciptalahkonservasi agro-ekosistemsecaratradisional.

Penelitian agro-ekosistem
Hal yang harusdipertimbangkanadalah :
·         Bagaimanamemulaianalisis
·         Bagaimanamenetapkanbatas
·         Karakterapa yang akandiukur, danbagaimanamengukurnya
·         Bagaimanamempelajariinteraksiaspeksosialdanbiofisik (komponen) alami
·         Policydanteknologiapa/bagaimana yang digunakan

Input dan output rumah tangga
Makhlukhidupmempengaruhidandipengaruhiolehlingkungannya.Contohnya, rumahtangga yang berinteraksidengan system sekitarnya.Diantaranyaadalahhutan yang memberikansumber energy bagirumahtanggasepertikayubakardanternaksapi.Sebaliknya system tersebutjugadidukungkeseimbangannyaolehmanusiakarenamanusiamerupakanpenyeimbang di dalamrantaimakanan.Selainitu, desa, hutan, sungai, danlahanpertanian yang antarsistemnyasalingberinteraksisecarakompleks.

Sistem tanam
Produsi lahan pertanian per hektar didukung oleh 2 faktor yaitu pengelolaan dan lingkungan.Pengelolaan diantaranya jarak tanaman, waktu, variasi, pemupukan, irigasi (pengairan), perlindungan tanaman, dan panen.Sedangkan lingkungan berupa curah hujan, tanah, air tanah, topografi, cahaya matahari, panjang hari, dan faktor sosial ekonomi.

Pola keputusan pemanfaatan sumber daya lahan
Pemanfaatan sumber daya lahan dapat dilakukan dengan bijak, maka dari itu suatu lahan dapat digolongkan.Contoh jika di suatu tempat memiliki air yang tersedia cukup baik maka tempat tersebut dapat dijadikan lahan sawah.Sedangkan jika suatu tempat tersedia air tetapi jaraknya jauh, maka dapat dijadikan bera dan jika sebaliknya dapat dijadikan lahan pertanian sayuran.Lain halnya jika suatu tempat tidak tersedia air, lahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai tegalan dan bera.
Contoh dari teknologi agrikultural yang memiliki potensi tinggi berkelanjutan
1.      Agroforestri adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara tumpang sari dengan satu atau lebih tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris sehingga membentuk lorong/ pagar.
2.      Tumpang sari adalah penanaman dua tanaman atau lebih secara bersamaan atau dengan satu interval waktu yang singkat, pada sebidang tanah yang sama. Tumpang sari merupakan sistem penanaman tanaman secara barisan diantara tanaman semusim dengan tanaman tahunan.
3.      Rotasi tanaman adalah menanam tanaman secara bergulir di suatu lahan pertanian. Tanaman ditanam secara berselang-seling untuk memberikan keuntungan yang banyak bagi makhluk hidup terutama yang tinggal di permukaan tanah.

Ekosistem dan sistem komponen sosial
Ekosistem dan sistem sosial sangat berkaitan, hal tersebut disebabkan masing-masing mengalirkan energi, materi, dan informasi. Komponen ekosistem diantaranya mikroorganisme, ikan, tanah, air, udara, iklim, ternak, hama, rumput, dan lain-lain. Sistem sosial berupa ideologi, ekonomi, teknologi, kesehatan, organisasi sosial, pola pengambilan sumber daya, bahasa, populasi, dll.

BAB II
PEDESAAN
Beberapa pengertian pedesaan menurut Paul H. Landis (1984 : 17) adalah sebagai berikut:
1.      Untuk maksud statistic, pedesaan adalah tempat dengan jumlah penduduk kurang dari 2.500 orang, kecuali disebutkan lain.
2.      Untuk maksud kajian psikologi sosial, pedesaan itu adalah daerah dimana pergaulanya ditandai oleh derajat intimitas yang tinggi, sedangkan kota adalah tempat dimana hubungan sesame individu sangat impersonal (longgar/bersikap acuh).
3.      Untuk maksud kajian ekonomi, pedesaan itu merupakan daerah dimana pusat perhatian/ kepentingan adalah pertanian dalam arti luas.
Pengertian lain, seperti yang dikemukan oleh W.F. Wilcox (dalam Asy’ari, S.I.,1993) daerah dengan jumlah penduduk 100 jiwa disebut community; 100 hingga 1000 jiwa disebut village; dan 1000 jiwa keatas disebut city.
Urban adalah suatu daerah yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan modern, dan mempunyai ciri – ciri kota atau menuju arah kota. Untuk istilah desa yang searti dengan village adalah daerah yang berada di seputar atau disekeliling kotahinterland.



Karekteristik Kehidupan Masyarakat Pedesaan
Karekteristik masyarakat pedesaan menurut Roucek & Warren (1962:78) adalah sebagai berikut :
1.      Mempunyai sifat homogen dalam hal (mata pencaharian, nilai – nilai dalam kebudayaan, serta dalam sikap dan tingkah laku).
2.      Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi.
3.      Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada ( misalnya keterikatan anggota masyarakat dengan tanah atau desa kelahiranya).
4.      Hubungan sesame anggota masyarakat lebih intim dan awet daripada di kota, serta jumlah anak yang ada dalam keluarga inti besar/ banyak.
Selain Roucek dan Warren ada ulasan sederhana yang dirasakan amat penting untuk diungkapkan oleh Landis (1948 : 123-131) dinamakan “Psychological Traits of Farm People”, yakni kecendrungan psikologis atau kepribadian dari orang desa. Kecendrungan psikologis tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Mereka yang memiliki sifat menentanga terhadap orang luar, selanjutnya memiliki sifat rendah diri dimana sifat ini ada karena adanya akibat kemiskinan yang dialami, atau dengan kata lain mempunyai tingkat derajat kemakmuran yang rendah.
2.      Adanya sikap otoriter dari orang tua terhadap mereka yang lebih muda, akibatnya tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat.
3.      Ada kecendrungan bahwa yang dipikirkan adalah dirinya atau lingkunganya sendiri ( tidak mau tahu dengan orang – orang luar)
4.      Ada sifat konservatisme.
5.      Mereka sangat toleran dengan nilai – nilai yang dimilikinya, dan sebaliknya intoleran terhadap nilai yang dimiliki oleh kelompok lain.
6.      Ada sikap pasrah dimana sikap ini sangat berbeda dengan sifat manipulasi.
7.      Punya sifat udik atau pedalaman.
Menurut  Sapari Imam Asy’ari (1993) dari letak alaminya desa – desa di Indonesia, secara garis besar dapat dikategorikan sebagai berikut :
1.      Desa pantai, sangat bergantung pada pantai atau pesisir lautnya.
2.      Desa – desa dataran rendah (ngare), sesuai dengan sejarah terbentuk dan perkembangan masing – masing.
3.      Desa pegunungan, sangat tergantung pada keadaan alamnya.
4.      Desa – desa di perkotaan adalah desa yang sudah memenuhi persyaratan untuk disebut kota.
5.      Desa pedalaman, desa yang berada jauh dari kota dan relatif terisolir.

Tipologi Masyarakat Pedesaan
Tipologi pada masyarakat pedesaan dapat mudah diketahui apabila dihubungkan dengan kegiatan pokok apa yang ditekuni guna memenuhi kebutuhan sehari – hari. Yang perlu dicermati tipologi desa –desa bisa berkombinasi satu sama lainya. Maksudnya adalah bisa terjadi di satu desa, disamping anggota masyarakatnya memiliki satu mata pencaharian pokok yang dominan, ada juga beberapa masyarakat yang mata pencaharianya dibidang lain dan ini merupakan sumber mata pencaharian utama. Selain itu tipologi pada masyarakat pedesaan dapat juga dilihat dari sejauh mana keterlibatan anggota masyarak dalam bidang pekerjaan berdasarkan jenis kelamin (gender). Misalnya untuk desa yang memiliki daerah yang subur maka akan didapatkan pekerja wanita yang lebih banyak, namun apabila kondisi daerah kurang subur, maka akan lebih banyak didapatkan pekerja pria yang lebih banyak.
Tipologi desa dapat dilihat berdasarkan segi pemukiman maupun dari tingkat perkembangannya.

Tipologi desa dilihat dari pola pemukiman menurut landis (1948):
1.      Farm village type adalah suatu desa orang berdiam bersama dalam suatu tempat dengan ladang sawah sekitarnya. Tipe ini biasanya di kawasan asia tenggara. Dasar gotong royong sangat kuat. Tetapi karena sistem pertanian sekarang bersifat komersial karena adanya revolusi hijau. Tipologi jenis ini berdekatan dengan kota sehingga banyak alih fungsi produktif pertanian.
2.      Neboulus farm village type adalah suatu desa sejumlah orang berdiam dalam suatu tempat sebagian menyebar di luar tempat tersebut bersama sawah lahan mereka.  Terdapat di daerah sulawesi, maluku, dan irian jaya. Masih terdapat pola bertani yang tidak tetap atau perladangan yang berpindah-pindah. Faktor tradisi dan kolektifitas sangat kuat di kalangan masyarakat ini.
3.      Arranged isolated farm type adalah desa dimana orang berdiam di sekitar jalan-jalan yang berhubungan dengan trade center (TC) dan selebihnya sawah ladang. Tipologi ini terdapat pada negara barat. Tradisi disini kurang kuat, dan individualistis lebih menojol.
4.      Pure isolated farm type adalah suatu desa dimana orang berdiam tersebar bersama sawah ladang masing-masing. Tipologi ini terdapat di negara barat.
Tipologi desa Menurut Roger .et.al. (1972):
1.      The scattered farmstead community adalah sebagian orang berdiam pada pusat pelayanan yang ada, sedangkan yang lain terpisah bersama ladang mereka.
2.      The cluster village adalah dimana penduduk berdiam terpusat pada suatu tempat, dan selebih dari itu adalah sawah mereka.
3.      The line village adalah rumah penduduk berada pada sepanjang tepi sungai atau jalan raya. Jika 1 dan 2 kebanyakan terdapat pada pulau jawa. Sedangkan tipe yang ketiga paling jelas terlihat adalah desa-desa pulau jawa, yang terdapat banyak sungai dan umumnya sebagai sarana transportasi. Pemukiman penduduk desa berada di sisi kiri kanan jalan raya kebanyakan terdapat di daerah sulawesi(sulawesi selatan) dan sulawesi tenggara maupun di maluku.
Tipologi desa yang dilihat dari perkembangan masyarakat maka setiap desa memperlihatkan ciri-cirinya tersendiri pada setiap tipe.Tipe pengelompokan yang diperkenalkan oleh ditjen PMD departemen dalam negeri sangat populer pada saat pemerintahan presiden soeharto dahulu.
1.      Desa tradisionil (pra desa)
Tipe desa semacam ini kebanyakan dijumpai pada masyarakat suku terasing, dimana seluruh kehidupan masyarakatnya, termasuk teknologi bercocok tanam, cara-cara pemeliharaan kesehatan, cara-cara memasak makanan dan sebagainya masih sangat bergantung pada pemberian alam di sekeliling mereka.Pembagian kerja diantara sesama mereka (anggota masyarakat yang ada) yang lebih menonjol adalah pembagian kerja berlandaskan jenis kelamin.Pekerjaan tertentu yang hanya boleh dikerjakan oleh wanita sedangkan laki-laki tidak dan demikian sebaliknya.
2.      Desa swadaya
Desa ini memiliki kondisi yang relatif statis tradisionil, dalam arti masyarakatnya tergantung pada keterampilan dan kemampuan pimpinannya.Kehidupan masyarakat sangat tergantung pada faktor alam yang belum diolah dan dimanfaatkan secara baik.Susunan kelas masyarakat masih vertikal dan stati, kedudukan seseorang berdasarkan keturunan dan luas kepemilikan tanah.
3.      Desa swakarya (desa peralihan)
Keadaan desa ini sudah mulai disentuh oleh pengaruh-pengaruh dari luar berupa adanya pembaharuan yang sudah mulai dirasakan oleh anggota masyarakat.Benih-benih demokrasi dalam pembangunan sudah mulai tumbuh, artinya sudah tidak lagi semata-mata bergantung pimpinan.Karya dan jasa serta keterampilan mulai menjadi ukuran dalam penilaian oleh masyarakat.Mobilitas sosial baik dalam bentuk vertikal dan horizontal.
4.         Desa swasembada
Masyarakat telah maju, sudah mengenal mekanisasi pertanian dan teknologi ilmiah telah mulai digunakan, selalu berubah sesuai perkembangan. Partisipasi masyarakat sudah efektif, dan norma penilaian sosial dihubungkan dengan kemampuan dan keterampilan seseorang.
5.      Desa pancasila
Desa ini merupakan tipe ideal yang dicita-citakan bersama yaitu dengan tercapainya masyarakat adil dan makmur.
Perkembangan tiap desa diatas untuk sampai klasifikasi tingkat perkembangan desa tertentu, diukur atau dinilai berdasarkan indikator tertentu yang ada pada setiap desa tersebut.Indikator seperti imbang daya unsur dari dalam desa itu serta intensitas pengaruh unsur luas, yang ditentukan oleh posisi desa terhadap pusat unit wilayah lebih besar dan pusat fasilitas.Kegiatan ekonomi yaitu primer, sekunder, dan tersier.
Ketergantungan desa dengan kota atau sebaliknya
Terdapat semacam interaksi, yang telah melahirkan ketergantungan. Interaksi dilihat sebagai suatu proses sosial, proses ekonomi, budaya dan sebagainya, cepat atau lambat menimbulkan suatu kenyataan. Interaksi terjadi karena adanya unsur dari dalam desa., amupun di dalam kota itu. Menurut Yosef S. Roucek (1963) interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita atau surat kabar. 
Desa dan kota mempunyai saling ketergantungan satu sama lain, contohnya kota  merupakan tempat memperoleh lapangan kerja bagi orang desa dan kota membutuhkan orang desa untuk menjadi sumber tenaga kerja bagi industri-industri, pabrik dan lain-lain. Suatu hal yang harus diingat dengan adanya ketergantungan ini, yaitu: sampai berapa jauh ketergantungan desa terhadap kota tergantung dari besarnya kota, begitu pula dengan desa, semakin terisolir atau murni suatu desa maka semakin kecil ketergantungannya terhadap kota. Hal ini disebabkan karena kurangnya akses untuk berhubungan dengan masyarakat luar.
Pengaruh yang cukup dominan dari masyarakat kota atas masyarakat desa bila dilihat dari sudut dinamika hubungan desa-kota dapat dirasakan dengan timbulnya gejala-gejala yang ada di dalam masyarakat desa, antara lain: adanya ketidakseimbangan dalam beberapa aspek kehidupan di desa, adanya pertentangan antara tradisi dengan keadaan yang sedang berkembang dan lembaga-lembaga tradisional tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat desa.
Umumnya masyarakat pedesaan menggolongkan seseorang ke dalam suatu lapisan dengan beberapa ukuran yaitu: kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan ilmu pengetahuan. Menurut Leibo, J.S.U (1995), ada 3 cara untuk mengukur atau menggolongkan pelapisan sosial, yaitu:
1.      Approach objective, yaitu membagi masyarakat atau populasi menurut ukuran objective,
2.      Cara subyektif, yaitu dengan menggolongkan masyarakat atas lapisan sosial berdasarkan ukuran subyektif dari anggota masyarakat.
3.      Cara “Reputational Approach”, yaitu orang yang menggolongkan masyarakat ke dalam sejumlah lapisan sosial berdasarkan penilaian orang. Adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat ini memiliki unsur yang penting karena mencirikan status atau kedudukan.
Perubahan sosial desa yang terjadi seiring dengan perkembangan politik di negara kita dapat dibagi menjadi 3 perubahan sosial (Roger, 1969), yaitu: immanent change, selective contact change dan directed contact change. Adanya 3 kategori tersebut menunjukan bahwa terdapat suatu perkembangan yang berjalan sekarang ini. Adanya perubahan sosial ini juga memiliki tahap-tahap yaitu: invention, diffusion dan consequence. Tahapan ini menyangkut tanggapan atau sikap dari individu yang terlibat dalam perubahan sosial, bila dilihat adanya perubahan sosial ini individu ada yang menerima dan ada yang menolaknya. Menurut Schoorl (1980), ada 4 kelompok masyarakat yang menyikapi setiap perubahan, yaitu: mereka yang tidak menyetujui kondisi perubahan, mereka yang acuh tak acuh, mereka yang tidak puas dan mereka yang mengandung rasa dendam/kecewa. Dari mereka yang menerima perubahan berupa inovasi baru, ada perbedaan dalam tingkat penerimaan antar anggora masyarakat atau kelompok satu dengan lainnya, Rogert membaginya dalam 5 kategori, yaitu: Innovators, early adopters
Ciri inovasi menurut Rogers and Burdge (1972) :
·         Inovasi itu harus memiliki keuntungan relatif

·         Compability
Sejauh mana gagasan baru itu sesuai dengan nilai-nilai dan pola-pola tingkah laku yang sekarang dianut oleh masyarakat setempat
·         Complexity
Jika inovasi terlalu rumit dan orang perlu mempelajari prosedur terlalu banyak, maka kemungkinan besar inovasi akan ditolak oleh masyarakat
·         Divisibility (Trialability)
Material inovasi dapat dibagi menjadi unit-unit kecil dan orang harus memakainya secara keseluruhan
·         Communicability (Observability)
Ada hal-hal atau benda-benda yang mudah dapat dilihat dan diceritakan dari orang yang satu kepada yang lain. Tetapi ada beberapa orang tidak. Ada hal yang dapat ditunjukkan dengan demonstrasi sederhana tetapi sebagian harus menunggu beberapa tahun setelah hasilnya dapat disaksikan
Sebuah inovasi yang telah diterima, lalu orang menolaknya.Kondisi ini disebut discontinuance.Jadi sebuah inovasi dapat diterima dan dipakai terus bisa juga tidak.Inovasi yang dipakai terus menerus adalah pupuk kimia, pestisida, benih unggul dan lain-lain.Tetapi ada juga inovasi yang tadinya diterima kemudian ditolak atau tidak dipakai lagi misalnya jamban keluarga oedesaan di pinggir sungai.
Urbanisasi sangat erat hubungannya dengan pedesaan terutama menyangkut semakin langkanya simber daya dan daya dukung alam atas masyarakat desa.Misalnya tanah pertanian yang tersedia tidak mampu lagi menghidupi jumlah yang besar dari penduduk desa. Karena menurut sensus 1980 kenaikan penduduk rata-rata 2,34% per tahun.
Urbanisasi menurut Schoorl (1980) yaitu :
·         Arus pindah ke kota
·         Bertambahnya jumlah tenaga kerja non agraria di sektor industri dan sektor tersier
·         Tumbuhnya pemukiman jadi kota
·         Meluasnya pengaruh kota di daerah pedesaan mengenai segi ekonomi, sosial, kebudayaan, serta psikologi
Ahli demografi cenderung menggunakan faktor-faktor daya penarik dan daya pendorong (Push and Pull factors) mengenai urbanisasi
Faktor pendorong urbanisasi
·         Lapangan kerja berhubungan dengan Man Land Ratio yang simpang
·         Di desa tidak ada kesempatan untuk menambah pengetahuan
·         Kaum muda di desa jenuh dengan adat istiadat yang ketat yang menyebabkan cara hidup yang monoton
·         Di desa fasilitas penunjang pengembangan keahlian di luar pertanian tidak ada
·         Rekreasi sangat kurang, kalaupun ada perkembangannya sangat lama
Faktor penarik dari kota untuk urbanisasi
·         Kota dianggap sebagai memiliki banyak lapangan kerja dan penghasilan
·         Kota merupakan pusat fasilitas (pendidikan, rekreasi, dan lain-lain)
·         Kota dianggap memiliki kebudayaan yang tinggi dan tempat pergaulan yang luas
·         Kota merupakan tempat untuk dapat mengembangkan skill dan semi-skill uang sangat baik dan luas
Tahun 2000an urbanisasi tidak terbatas perpindahan dari desa ke kota, tetapi banyak dari mereka pergi ke luar negeri. Sebagai tenaga kerja. Namun, kebanyakan skillnya tidak mumpuni untuk pekerjaan lain kecuali pembantu rumah tangga dan buruh. Kebanyakan TKI datang dari daerah yang penduduknya padat seperti timur Jawa dan daya dukung alam yang relatif rendah seperti timur Nusa Tenggara. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Schoorl di atas.
Urbanisasi memiliki dampak negatif karena para urban yang memiliki skill level bawah sehingga impian yang mereka harapkan tidak menjadi kenyataan dan malah mengganggu lingkungan dimana mereka tinggal dan tempat asal mereka seperti Housing problem. Perumahan kumuh yang dibangun di atas tanah ilegal menyebabkan pengaruh buruk bagi penghuninya seperti penyakit, kenakalan anak dan remaja, kriminalitas tinggi, dan terkadang terjadi konflik dengan masyarakat sekitar.
Dampak negatif pun terjadi di daerah asal para urban.Hilangnya tenaga potensial untuk membangun daerah asalnya (desa).Terjadinya perubahan hubungan keluarga.Timbulnya pendidikan anak yang sepihak, hanya dari ibu (matrichat) dan hanya bapak (Patrichat).Juga terjadi krisis moral di kalangan masyarakat yang bersangkutan.Walaupun urbanisasi banyak berpengaruh negatif di temoat urban bermukim atau tempat asalnya.Urbanisasi berdampak baik bagi daerah asal para urban seperti peningkatan segi kesejahteraan. Misal daerah Wonogiri Jateng tahun 1993 mendapatkan bantuan dana dari TKI sebesar Rp 421,7 milyar per bulan dan Wonosari DIY mendapat sekitar Rp 200 juta per bulan (laporan kompas, 28 mei 1993).
Menurut Mantra (1980) mengemukakan mobilitas penduduk memiliki beberapa jenis.
·         Ngalaju
Bentuk mobilitas penduduk dari desa ke kota atau tempat lain dalam jangka waktu dibawah satu hari. Hal ini dilakukan berdasarkan alasan ekonomi dan non ekonomi, para penglaju takut menetap di kota karena biaya hidup yang tinggi serta memilih tinggal di rumah asalnya dengan alasan ketentraman dan kenyamanan.
·         Sirkulasi
Mobilitas yang hanya sementara tetapi dilakukan dalam jangak waktu diatas satu hari atau lebih. Memiliki dua jenis, mobiltas konsumsi, seperti liburan atau rekreasi dan mobiltas terdorong kehidupan ekonomi
·         Migrasi
Bentuk mobiltas penduduk dari desa ke kota atau tempat lain dengan maksud untuk bermukim di daerah tersbut dalam jangka waktu yang lama.










PERTANYAAN :
1.      Apa yang andaketahuitentangekologipedesaan ?
2.      Sebutkan ontoh dari teknologi agrikultural yang memiliki potensi tinggi berkelanjutan
3.      Sebutkan 4 macam karakteristik masyarakat pedesaan menurut Roucek & Warren
4.      Mengapa dalam kehidupan bermasyarakat tiap desa memiliki topologi yang berbeda? Apakah dampak yang akan ditimbulkan apabila pemerintah menerapkan topologi yang diseragamkan tiap daerah?
5.      Sebutkan beberapa faktor yang mendorong terjadinya urbanisasi






0 komentar " ", Baca atau Masukkan Komentar

Post a Comment

Bantu dengan klik

Please Click Here!!