KOMPARATIF   RADIOGRAFI    PERIAPIKAL   DENGAN   CONE         BEAM   COMPUTERIZE   TOMOGRAFI   3-D   DALAM   MENUNJANG   DIAGNOSA       DAN   RENCANA   PEMBUATAN    MAHKOTA   PASAK
                       Oleh   : Deddy  Firman   ( Bagian Prostodonti  Fkg - Unpad )
                                    Ria   N.Firman    ( Bagian Radiologi  Fkg – Unpad )
ABSTRAK
     Pada saat akan melakukan suatu perawatan penyakit gigi dan mulut, para doktergigi dibantu dengan pemeriksaan radiografi sebagai penunjang diagnosa. Setelah melakukan perawatan pengisian saluran akar, dan  akan dilakukan pembuatan pasak, maka pemeriksaan radiografi sangat dibutuhkan.
     Pemeriksaan radiografi dapat mengungkapkan keadaan gigi dan jaringan sekitarnya, termasuk periapikal. Macam-macam teknik radiografi, sesuai dengan indikasi masing-masing dapat melihat kelainan gigi dan sekitarnya, sehingga dapat menunjang rencana pembuatan mahkota pasak.
Pemeriksaan dengan Intra dan Extra Oral Foto, bahkan dengan sistem digital sampai Cone Beam Computed Tomography akan sangat  membantu dalam mendiagnosa pembuatan mahkota pasak. Penulis tertarik membandingkan radiograf periapikal dgn CBCT, sehingga diharapkan para doktergigi  dan pasien mendapatkan hasil perawatan secara akurat dan memuaskan pada saat pemasangan mahkota pasak.
Kata  kunci  : Radiografi periapikal, CBCT-3D, mahkota pasak.

ABSTRACT
            In dental treatment, the dentist was helped by Radiographic examination for   supporting the diagnosis. After the root canal treatment and followed by a dowel treatment, radiographic examination is needed.  Many   Radiographic   examination   that is used as indication show the condition of   the periapical area, to support the making of dowel crown.
The examination used intra and extra oral radiographic, even with the digital system and CBCT-3D will help in diagnosing the dowel crown. The   Writer   interested   to compare about   the   periapical   radiographic  with  CBCT-3D. So the dentists   and   patiens    will have accurate and satisfying results for the treatment.
Key   Words    : Periapical  radiograph, CBCT-3D, dowel crown

            KOMPARATIF   RADIOGRAFI    PERIAPIKAL   DENGAN   CONE              BEAM COMPUTERIZE TOMOGRAFI 3-D DALAM              MENUNJANG  DIAGNOSA   DAN   RENCANA PEMBUATAN                                                          MAHKOTA               PASAK

             Oleh :  Deddy Firman, Bagian Prostodonti  – FKG UNPAD
             Ria N. Firman,  Bagian Radiologi   –  FKG UNPAD

Pendahuluan
      Untuk melakukan interpretasi suatu gambaran radiografi,  seorang dokter gigi         harus  memahami dengan baik  bentuk struktur  anatomi normal  dan geometri berkas  sinar, karena hal ini dapat    mempengaruhi hasil pemotretan berupa gambaran struktur anatomi pada radiografi dengan tepat. Gambaran radioanatomi normal dan variasinya harus dapat dibedakan dengan baik pada  lesi patologis  suatu jaringan gigi.
     Gambaran Anatomi Normal Jaringan Gigi; Komposisi utama gigi adalah dentin dan enamel  pada mahkota, lapisan sementum tipis pada  permukaan akar. Radiografi  enamel, tampak radiopak lebih padat    daripada jaringan sekitarnya, sedangkan  gambaran dentin lebih radiolusen daripada enamel. Gambaran lapisan sementum sering tidak tampak jelas, sedangkan pulpa dan saluran  akar tampak radiolusen. Lamina dura / alveolus, tampak radiopak  tipis mengelilingi  soket gigi. Gambaran ketebalan dan kepadatan  tersebut dapat dipengaruhi oleh beban kunyah. Saat beban kunyah lebih besar pada satu sisi, maka pada gambaran radiopak lamina dura  tampak lebih             lebar dan tebal. Sedangkan         saat      beban kunyah lebih kecil, maka gambaran radiopak tampak lebih tipis. 
     Puncak tulang alveolar  memberikan  gambaran radiopak  tipis sebesar 1,5 cm dari  cementoenamel junction. 1,2  Ligamen periodontal yang  terletak antara akar dan lamina dura, memberikan  gambaran radiolusen. Sedangkan trabekula tampak memberikan gambaran  radiopak tipis dan dikelilingi  gambaran radiolusen yang merupakan gambaran  sumsum tulang kortikal. 3
     Gambaran Anatomi Patologis  Jaringan Gigi; pada radiografi, dapat  terlihat  radioanatomi normal, gambaran berupa  lesi patologis pada gigi dan jaringan sekitarnya.  Gambaran tersebut dapat berupa : lesi radiolusen, lesi radiopak, dan lesi campuran ( radiointermediate ), atau berupa lesi tunggal dan lesi multiple. Kadang- kadang  memberikan gambaran dengan batas jelas, tegas, atau   tidak berbatas jelas, dan tidak tegas (difuse) ataupun gambaran jelas dan tidak tegas.  Selain itu dapat juga memberikan gambaran berupa           unilokular, multilokular, disertai gambaran  menyebar /diffuse, dan atau dapat juga memberikan gambaran gangguan struktur jaringan normal disekitarnya, yaitu memberikan gambaran erosi, atau perubahan bentuk.4,5  Selanjutnya, pada kasus-kasus tertentu sering memerlukan   perawatan khusus agar pengunyahan dapat kembali berfungsi seperti semula, sehingga  pasien dapat merasa nyaman, baik saat pengunyahan, maupun saat memerlukan penampilan penuh percaya diri. Salah satu perawatan khusus untuk dapat           mengembalikan fungsi semula yaitu mempertahankan gigi tersebut, yaitu dengan  melakukan  perawatan endodontik, kemudian dapat  dilanjutkan dengan pembuatan mahkota  pasak. 

     Pada pembuatan mahkota pasak gigi yang telah mengalami perawatan saluran akar / endodontik harus memiliki prognosa baik, sehingga dapat mengembalikan fungsi seperti semula dan dapat berperan baik  sebagai gigi sandaran untuk gigi tiruan cekat  atau lepasan. Maka dengan rencana perawatan yang baik, diharapkan resiko mengalami patah pada mahkota gigi tersebut  dalam proses pengunyahan setelah pemasangan mahkota pasak tidak terjadi. Saat memutuskan gigi akan dilakukan perawatan endodontik, harus  dipertimbangkan mengenai  restorasi  berikutnya.  Sebelum melakukan restorasi gigi yang telah dirawat endodontik, perlu diperhatikan diagnosa tepat, sehingga menghasilkan mahkota pasak yang baik dan tepat untuk pasien. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :  apical seal harus  baik,  tidak ada  sensitifitas pada bagian apikal  yang diakibatkan  penekanan,  tidak ada eksudat,  fistel atau  inflamasi aktif, serta jaringan periapikal tidak ada rarefaction/ kelainan periapikal.4  Pengisian saluran akar harus hermetis, dan bila pengisian saluran akar  tidak sempurna, sebaiknya dilakukan perawatan ulang dan gigi harus diobservasi  kembali .
     Suatu kasus gigi dengan sedikit karies, dengan  struktur koronal masih utuh, dapat langsung dilakukan penambalan secara sederhana. Sedangkan bila kehilangan struktur koronalnya  cukup banyak, maka kehilangan tersebut  dapat digantikan dengan pasak  dan inti. Misalnya pada gigi anterior dengan bagian koronal masih utuh, hanya sedikit berlubang, maka cukup dilakukan penambalan, dan untuk gigi molar dapat direstorasi  dengan amalgam / komposit, atau  kombinasi dari mahkota pasak  terpisah yang  disementing  pada  amalgam  atau  resin komposit. 4,5
     Selanjutnya saat akan dilakukan perawatan sebaiknya dilakukan radiografi periapikal, baik dengan teknik bisektris maupun dengan teknik paralel. Jenis pemotretan dapat dilakukan dengan  Radiografi Intra Oral konvensional atau dengan   menggunakan Cone Beam Computerize Tomografi-3D (CBCT-3D), agar mendapatkan gambaran detail yang lebih akurat.6,7 Dengan menggunakan CBCT-3D diharapkan diagnosa dan rencana perawatan selanjutnya dapat berhasil dengan baik, serta tidak memerlukan perawatan ulang karena kegagalan saat pemasangan pasak atau gigi harus diobservasi  kembali untuk  menentukan keberhasilan suatu perawatan.
Laporan Kasus: 
     Seorang  pria, usia  16 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut ( RSGM) untuk dilakukan  kontrol post perawatan endodontik pada gigi anterior rahang atas. Saat datang ingin dibuatkan mahkota pasak dibagian Prostodonti. Setelah berkonsultasi dan dilakukan pemeriksaan pada gigi tersebut, maka doktergigi  berkesimpulan, bahwa pada gigi anterior tersebut indikasi untuk dibuatkan pasak dan dapat dilanjutkan pembuatan mahkota. Pada saat dilakukan periapikal foto, ditemukan adanya kelainan pada periapikal( rarefaction) pada gigi insisif kanan atasnya, walaupun telah dilakukan  perawatan endodontik. Menurut dokter gigi yang merawat, bahwa  rarefaction tersebut telah berkurang / menipis, dari saat pasien pertama datang, dan saat itu tidak ada keluhan, sehingga dapat dilanjutkan dengan pembuatan pasak.
     Kemudian dengan  persetujuan pasien, setelah dilakukan radiografi  periapikal, akan dilanjutkan dengan radiografi  menggunakan pesawat CBCT-3D, dengan maksud adanya keinginan pasien untuk melihat kemungkinan adanya kelainan pada gigi- gigi lainnya secara tepat dan jelas. Kegunaan pesawat CBCT-3D ini , dapat menghitung dengan tepat / akurat di layar monitor, yaitu ukuran panjang pasak, jarak antara ujung pasak sampai apikal, jarak  guttaperca yang ditinggal dalam apikal akar gigi tersebut dan jarak dengan sebelah distal dan mesial dari pasak tersebut,  serta melihat kehermetisan pengisian saluran akar.
Pembahasan : 
     Saat pemeriksaan pada kasus pasien tersebut diatas, dapat dihitung sebagai berikut : Pengukuran dengan Radiografi Periapikal teknik bisektris, pada gigi Incisif Satu Kanan : Pengukuran panjang pasak logam dan inti nya = 23 mm, kemudian jarak dari ujung pasak ke apikal = 11 mm, ruangan antara ujung pasak dengan ujung guttap = 2 mm, serta pengukuran dari ujung guttap sampai ke apikal = 9 mm, dan ukuran dari servikal sampai apikal = 29 mm.  Pada gigi Insisif Satu Kiri : Pengukuran panjang pasak logam dan inti  = 25 mm, dan pengukuran jarak dari ujung pasak ke apikal = 7 mm, sedang ruangan antara ujung pasak dengan ujung guttap = 1 mm, serta  pengukuran dari ujung guttap sampai ke apikal  = 6 mm, dan ukuran dari servikal sampai apikal = 24 mm.
 
Gambar  1 . Foto Periapikal Pasien

     Pengukuran dengan radiografi Pesawat CBCT -3D; Pada gigi Incisif Satu Kanan, hasil pengukuran panjang pasak logam dan inti = 15,9 mm, dan pengukuran jarak dari ujung pasak  ke apikal = 9 mm, sedangkan ruangan antara ujung pasak (bawah) dengan ujung guttap (atas) = 3 mm, serta  pengukuran  dari ujung guttap ( atas ) sampai ke apikal = 6 mm, dan ukuran dari servikal ke apikal = 21,3 mm.
     Kemudian pada gigi Insisif Satu Kiri ; Pengukuran panjang pasak logam dan inti  = 22,1 mm, dan pengukuran jarak dari ujung pasak ( bagian bawah ke arah apikal) ke ujung guttap ( atas ) di apikal = 5 mm, sedangkan ruangan antara ujung pasak (bawah) dengan ujung guttap(atas) = 1 mm, serta pengukuran dari ujung guttap    ( atas) sampai ke apikal  = 4 mm, dan ukuran dari servikal ke apikal = 23,3 mm.


Hasil pengukuran dengan pesawat CBCT-3D  sebagai berikut :

             
Gambar 2.Ukuran ujung pasak ke apikal       Gambar 3.Ukuran servikal ke apikal    
      
       
                      (4)                                                      (5)                                                                                      ( 5 )
Keterangan : Gambar 4. Ukuran pasak-inti, dan ukuran ujung pasak ke apikal.                   Gambar 5. Ukuran servikal-apikal dan ukuran pasak – apikal



           
                       (6)                                                             (7)
Keterangan : Gambar 6. Ukuran Panjang Pasak dan jarak gutap-apikal                              Gambar 7. Ruangan antara pasak-gutap         


                   
                           Gambar 8 . Gambaran dengan Radiografi panoramik

                       Gambar 9. Radiografi dengan pesawat CBCT Tiga Dimensi

     Pemeriksaan radiografik dengan menggunakan Cone Beam Computerize Tomographic 3-Dimension  dapat mengukur secara akurat          detail panjang pasak logam dan intinya, ukuran jarak dari ujung       pasak   terhadap ujung guttap yang disisakan di apikal, dan ruang yang terjadi antara ujung pasak dengan ujung gutap serta ujung gutap sampai ke apikal, karena ukuran tersebut dapat langsung tertera dalam layar  monitor.          Dengan pemeriksaan periapikal radiografi, untuk gigi insisif satu kanan, ukuran panjang pasak dan inti tidak sesuai  ukurannya dengan syarat ideal ukuran panjang pasak. Ukuran ideal suatu pasak dan inti suatu kasus untuk pembuatan mahkota pasak adalah 5 mm.7  Kemudian  tampak  ruang kosong antara ujung apikal (bawah) dengan ujung atas guttap, ruangan tersebut berjarak 2 mm, dan jarak guttap di apikal sebesar 9 mm, hal inipun  tidak sesuai dengan syarat ideal suatu perawatan endodontik.
     Selanjutnya keadaan di periapikal tampak abses periapikal masih jelas, berupa gambaran radiolusen berbatas difuse, dan akar tampak dilaserasi ke distal, sehingga pengisian saluran akar terhalang pada kondisi tepat diarah kemiringan akar tersebut. Karena pengukuran dilakukan secara manual  dengan menggunakan peralatan penggaris (mm), dibantu kertas kalkir, dan juga menggunakan jangka sorong, sehingga kemungkinan dapat saja terjadi kesalahan.7 Kemungkinan lain yang dapat terjadi yaitu saat pengaturan penempatan sudut tabung, terutama sudut vertikal, kemudian penentuan titik penetrasi kurang tepat, serta  posisi pasien kemungkinan sedikit bergerak. Dapat juga terjadi kesalahan saat penempatan film, pasien merasa tidak nyaman, bahkan merasa sakit, tetapi tidak mengeluh pada operator, atau tidak ditanyakan oleh operator, dan kemudian pasien mencari sendiri posisi yang tepat, dan nyaman, sehingga akhirnya pasien menggerakkan posisi film, walau hanya bergeser sedikit, tapi dapat menjadikan hasil foto yang tidak ideal.
Simpulan :
     Secara umum, dengan menggunakan radiografi periapikal, dapat terjadi beberapa kesalahan / human error, terutama faktor teknik dan pengolahan yang menghasilkan gambaran kurang akurat, sehingga saat melakukan pengukuran kemungkinan besar dapat terjadi penyimpangan ukuran walaupun kecil. Sedangkan pengukuran dengan menggunakan radiografi CBCT-3D tampak lebih akurat, karena sedikit sekali  kemungkinan faktor yang dapat menghasilkan gambaran menjadi tidak akurat.

Daftar Pustaka
1.Goaz,W.P., White, S.C; Oral Radiology Principle and         Interpretation. 7th. Ed., St.Louis,         Missouri, Mosby Company, 2003,  page 119 – 212.
2. Langland, O.E. and R.P. Langlais.1997. Principles of Dental Imaging, Baltimore, The                               William & Wilkins Company, 1997, page 115 – 128.
3. Martanto P., Ilmu Mahkota dan Jembatan  ( Fixed Partial Prostodontic ),  Jilid 2,                                     PT.Alumni, Bandung, 1989, hal.,  59.- 71.
4. Michael O. Sullivan, Fixed Prosthodontic in Dental Practice, Quintecense                                     Bubliesh, Co.etc. , London,  2005, page 101 –105.
 5. Rossentiel., Lund, Fujimoto, Contemporary Fixed Prosthodontic .3rd., Mosby       Inc.,St.Louis, Missouri,             2005, page  272 – 295.
6. Taylor, Dental 3-D,  Cone Beam Computed Tomography (CBCT) systems, Disadur dari     www.terarecom.com. (Diakses  Juli  2008 ).
 7. Whaites, E.,  Essentials of Dental Radiogrphy and Radiology, Churchill                                              Livingstone. Disadur dari  www.fleshandbones.com. (Diakses  Juli  2008).




     







0 komentar " ", Baca atau Masukkan Komentar

Post a Comment

Bantu dengan klik

Please Click Here!!