Drs. Tatang S.Erawan
 Pengelolaan habitat terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi tingkat keberhasilannya
 Prinsip pokok pengelolan habitat: pertimbangan
ekologis, keterpaduan dan efektivitas kegiatan, secara
teknis dapat dikerjakan dan secara ekonomis dapat
dilaksanakan
Drs. Tatang S.Erawan
Drs. Tatang S.Erawan
Pegelolaan Sumber Makanan
 Makanan satwa liar terdiri dari:
1. Buah, biji dan nektar
2. Rumput dan pucuk daun, semak belukar
3. Daging
 Pendekatan pengelolaan habitat adalah pendekatan
ekosistem dan diarahkan kepada keanekaan sumber
makanan (Shumon dkk., 1966)
Drs. Tatang S.Erawan
 Jenis-jenis tumbuhan penghasil buah dan biji dapat
ditanam dengan teknik-teknik agronomi
 Secara alam hutan hujan tropis memiliki
keanekaragaman tumbuhan dari berbagai stratum
yang dapat memenuhi kebutuhan satwa liar . Berbagai
macam burung, tupai, kalong dan juga Primata
makanannya banyak yang bergantung pada buah-buahan. Selama kelestarian hutan dapat
dipertahankan, kelestarian species pemakan buah, biji
dan nektar pun akan terjamin
Drs. Tatang S.Erawan
 Permasalahnya adalah gangguan produksi buah dan
biji seringkali disebabkan karena tekanan masyarakat
sekitar hutan sehingga beberapa daerah tertentu perlu
dilindungi secara mutlak dengan aturan yang ketat.
Drs. Tatang S.Erawan
 Di daerah penangkaran satwa terutama untuk burung
dan Primata diperlukan penanaman jenis-jenis pohon
penghasil buah dan biji antara lain Ficus sp ., Sterculia
foetida, Tamarindus indica, Manilkara kauki,
Barringtonia asiatica, Sonneratia sp ., Terminalia
catapa dan Bruguiera sp . Pada daerah-daerah
terbukanya dapat ditanami rumput-rumput penghasil
biji, tumbuhan merambat/ semak yang berbuah, atau
jika diperlukan dapat ditanami gandum, pisang,
pepaya, murbei dan jagung .
Drs. Tatang S.Erawan
 Suksesi di hutan hujan tropis relatif lebih cepat. Jika
terbuka akan segera ditutupi tumbuhan yang rapat
yang seringkali tidak berguna bagi kehidupan
herbivora besar sehingga diperlukan penjarangan.
Penjarangan dimaksudkan untuk memenuhi
keperluan hijauan makanan dan memperluas ruang
gerak serta jarak pandang.
Drs. Tatang S.Erawan
 Ruminansia juga menyukai pohon-pohon yang
rindang dan bebas dari semak belukar untuk istirahat
dan memelihara anaknya dalam kaitannya dengan
hubungan sosial serta memperoleh jarak pandang
yang cukup untuk mengamati berbagai keadaan
sekitarnya. Oleh karena itu, tempat-tempat semacam
ini perlu mendapat perhatian pengelola lapangan
untuk mempertahankannya agar tetap bersih dari
semak belukar
Drs. Tatang S.Erawan
 Dalam kaitan dengan atraksi satwa liar di taman nasional
dan suaka margasatwa diperlukan pembuatan dan
pemeliharaan padang rumput, tempat-tempat kubangan,
pemberian makanan tambahan (umpan) bagi karnivora.
Adanya padang rumput mempermudah pemantauan
populasi herbivora
 Padang rumput dapat ditempatkan di beberapa lokasi yang
merupakan daerah jelajah herbivora yang luasnya masing-masing berkisar 10-20 ha bergantung pada kepadatan
satwa, topografi, kesuburan tanah dan luas kawasan.
Drs. Tatang S.Erawan
 Daya dukung untuk banteng dengan pemeliharaan
yang sangat sederhana diperlukan 2-3 ekor/ha. Satu
ekor banteng dewasa setar adengan 2 ekor rusa dewasa
 Berkaitan dengan status kawasan: penanaman rumput
gajah untuk mencukupi kebutuhan makanan
herbivora, peremajaan jenis pohon Ficus yang
disenangi burung pemakan buah dan kera ekor
panjang, reboisasi hutan mangrove memberikan
habitat yang layak bagi burung-burung air,
penanaman pohon buah-buahan di pekarangan
menarik burung pemakan serangga dan nektar .
Drs. Tatang S.Erawan
 Pengelolaan hutan produksi dapat juga digabungkan
dengan upaya peletarian satwa liar . Lokasi tebangan
diatur disesuaikan dengan penyebaran dan ruang
gerak satwa. Penanaman rumput gajah di antara
tegakan pohon yang telah dipangkas dan setelah
rumputnya tumbuh dengan baik kemudian dilepaskan
beberapa ekor rusa
Drs. Tatang S.Erawan
 Rumput dan semak belukar di rawa-rawa secara
bertahap juga dapat dilakukan peremajaan sehingga
produktivitasnya dapat dipertahankan. Itik liar
memerlukan daerah-daerah rawa yang terbuka untuk
bermain sambil mengasuh anaknya. Jika faktor
keamanannya baik daerah terbuka ini dapat
dikembangkan menjadi obyek penelitian, pendidikan
atau rekrasi.
Drs. Tatang S.Erawan
 Untuk meningkatkan produktivitas makanan satwa
liar di padang rumput dan savana dapat dilakukan
berbagai teknik pengelolaan seperti penggunaan api,
pupuk, pengelolaan vegetasi dan penggemburan top
soil
 Api sudah digunakan sejak berabad-abad silam untuk
membakar hutan dan menjadikannya sebagai ladang
atau untuk berburu satwa liar . Manfaat penggunaan
satwa sangat ditentukan oleh waktu pembakaran, cara
pembakaran, jenis rumput dan jenis serta populasi
satwa.
Drs. Tatang S.Erawan
 Manfaat penggunaan api:
1. Dapat merangsang pertumbuhan dan
meningkatkan kandungan gizi rumput dan
terubusan semak
2. Dapat mengurangi bahan-bahan yang tidak berguna
bagi satwa liar
3. Dapat mempertahankan keanekaan satwa liar
4. Dapat mencegah penyebaran penyakit pada tanaman
dan satwa liar dan mengurangi parasit
Drs. Tatang S.Erawan
 Sistem pembakaran dapat dibagi menjadi dua yaitu pembakaran
awal (early burning) dan pembakaran lambat (late
burning)(Wiersum, 1973). Pembakaran awal dilaksanakan pada
awal musim kemarau dengan karakteristi:
1. Untuk beberapa species tumbuhan berkayu api yang
digunakan secara periodik akan menyebabkannya menjadi
tahan terhadap kebakaran
2. Api yang dihasilkan relatif kecil karena bahan kering relatif
masih sedikit jumlahnya sehingga api mudah dikontrol
3. Secara umum sistem pembakaran ini pengaruhnya tidak
baik untuk satwa liar muda yang dilahirkan pada musim
penghujan karena makanannya akan mejadi berkurang
Drs. Tatang S.Erawan
 Pembakaran lambat dilakukan pada akhir musim
kemarau dengan karakteristik:
1. Karena banyak serasah maka dapat terjadi suatu
kebakaran besar sehingga sukar untuk dikontrol
2. Dapata merangsang pertumbuhan rumput dan
menekan pertumbuhan belukar
3. Pembakaran yang besar bila diikuti dengan hujan
yang besar akan menyebabkan erosi
Drs. Tatang S.Erawan
 Di padang rumput yang populasi satwa liarnya berlebih
dilakukan pengurangan kepadatan satwa terlebih dahulu
sebelum dilakukan pembakaran
 Untuk mencegah terjadinya kebakaran yang lebih luas,
dibuat blok-blok pembakaran luas 2-5 ha dan diantaranya
dibuat fire break (dapat digunakan jalan patroli atau jalur
bebas vegetasi) lebar 15-25 m disesuaikan dengan luas
areal, kecepatan angin dan tinggi rumput. Arah
pembakaran berlawanan dengan arah angin
 Pelaksanaan pembakaran harus memperhatikan perilaku
dan pola pergerakan harian satwa liar
Drs. Tatang S.Erawan
 Pemupukan dimaksudkan untuk meningkatkan
produktivitas (dalam bentuk berat basah dan berat
kering per satuan luas) dan mengatur komposisi flora
agar jenis yang produktif dapat berkembang dengan
baik sedangkan tumbuhan pengganggu tertekan.
 Penggunaan pupuk N dan P cukup dilakukan 10 tahun
sekali
 Untuk meningkatkan kesuburan tanah dapat pula
dilakukan penanaman campuran dengan legum
seperti: Casia sp, Leucaena sp dan Macroptilium
atropurpureus.
Drs. Tatang S.Erawan
 Bila jumlah satwa liar terlalu banyak dibandingkan
dengan potensi makanannya dapat dipilih perlakuan
berikut (Robinson dan Bolen, 1984):
1. Mengurangi populasi satwa liar dengan cara
penembakan melalui sistem pemburuan yang
dikendalikan dengan ketat atau dengan
meningkatan jumlah satwa pemangsa. Perlakuan ke
dua kurang disukai para pemburu dan jika tidak
terkendali populasi pemangsa dapat mengganggu
ternak penduduk sekitarnya
Drs. Tatang S.Erawan
2. Menjerat dan memindahkan sejumlah sataw liar .
Biayanya mahal tetapi dapat dilakuakn kerjasama
dengan masyarakat jika satawa liar tersebut dapat
dimanfaatkan
3. Pembinaan/pembuatan makanan tambahan yang
dilakukan dengan penanaman sehingga dapat
memenuhi kekurangan makanan
4. Memodifikasi habitat sehingga dapat meningkatkan
produktivitas makanannya secara alami.
Drs. Tatang S.Erawan
Drs. Tatang S.Erawan
Pengelolaan Sumber Air
1. Air diperlukan satwa liar untuk minum dan
berkubang
2. Sumber air terdiri dari: danau, rawa, sungai, mata air
dsb.
3. Pada musim kemarau panjang di beberapa daerah
diperlukan pegelolaan sumber air untuk satwa liar
4. Sistem hidrologi suatu kawasan perlu dipelajari
untuk mengetahui terdapatnya sumber-sumber air
5. Mata air perlu dipertahankan kelestariannya dengan
jalan membiarkan berbagai tumbuhan tumbuh di
daerah sekitar mata air
Drs. Tatang S.Erawan
6. Cara sederhana untuk menyediakan air bagi satwa liar
adalah memanfaatkan aliran air permukaan dengan
membuat bendungan atau bak-bak penampungan
kemudian mengalirkannya ke daerah yang lebih rendah
sebagai tempat minum dan berkubang satwa liar
7. Bendungan sederhana selain sering digunakan untuk
satwa besar minum dan berkubang juga digunakan
sebagai habitat burung-burung air
8. Jika letak sumber air jauh di bawah tempat minum satwa,
pengambilan airnya dapat dibantu dengan pompa
listrik/diesel atau kincir angin
Drs. Tatang S.Erawan
Drs. Tatang S.Erawan
Pengelolaan Tempat Bersarang
 Tempat bersarang memerlukan perlindungan khusus
agar kelangsungan keturunannya dapat terjamin
 Sarang burung buatan dapat dikembangkan di hutan
tanaman, arboretum, kebun raya,, hutnan kota, taman
rekreasi dan di rawa-rawa atau jika perlu di taman
nasional dan suaka margasatwa
Drs. Tatang S.Erawan
Drs. Tatang S.Erawan
Pengelolaan
Padang Rumput dan Savana
1. Selain sebagai tempat mencari makan bagi satwa liar
padang rumput dan savana juga merupakan tempat
melakukan komunikasi sosial, memelihara/
mengasuh dan membesarkan anaknya
2. Tujuan pengelolaan padang rumbput dan savana
adalah: mempertahankan kesuburan tanah,
menncegah kerusakan tanah baik karena erosi
maupun karena injakan kaki satwa, mengendalikan
tumbuhan pengganggu dan memelihara hijauan
makanan satwa.
Drs. Tatang S.Erawan
3. Kegiatan pengelolaan padang rumput dan savana
terdiri dari : penggunaan api, penggunaan pupuk,
sistem tanaman campuran, pengendalian tumbuhan
pengganggu dan penggemburan lapisan atas tanah
4. Bila diperlukan pembuatan padang rumput hal yang
perlu diperhatikan adalah karakter satwa dan faktor
lingkungannya
5. Karakter satwa antara lain: pengelompokan populasi,
perkembangbiakan, dan kegiatan harian (makan,
minum, bermain dan istirahat/tidur)
Drs. Tatang S.Erawan
6. Faktor lingkungan: letak lokasi padang rumput yang
paling dekat dengan tempat istirahat/tidur,
bersembunyi, berkembangbiak dan mencari minum,
poteni dan prtumbuhan tumbuhan pakan, topografi
lapangan, iklim, luas kawasan, jenis-jenis satwa liar
dan tekanan manusia (Alikodra, 1983)
7. Padang rumput yang paling baik bagi satwa
herbivora seperti banteng dan rusa komponen
lingkungannya terdiri dari hutan alam, padang
rumput, sumber air, hutan pantai/mangrove dan air
laut
Drs. Tatang S.Erawan
1. Hutan alam yang berbatasan dengan padang rumput
digunakan sebagai tempat berlindung dari serangan
musuh (predator dan pemburu), tempat tidur/istirahat
dan tempat berkembangbiak
2. Padang rumput sebaiknya diselingi berbagai jenis pohon
untuk tempat berteduh seperti: Borassus flabelifer,
Tamarindus indica, Acasia nilotica, Albizia falcataria,
Lagerstroemia speciosa dan Corypha utan.
3. Padang rumput sebaiknya berdekatan dengan sumber
air yang tersedia sepanjang tahun. Bila tidak terdapat
sumber alami sebaiknya dibuat bak-bak persediaan air
yang cukup untuk minum dan berkubang
Drs. Tatang S.Erawan
4. Hutan pantai/mangrove berfungsi sebagai sebagai
penghalang angin kencang, mencegas terjadinya
intrusi air asin, tempat berlindung, beristirahat,
bersarang, mencari makan satwa dan mempersulit
pemburu untuk memasuki wilayah tersebut dari
arah laut
5. Air laut diperlukan herbivora besar seperti banteng
dan rusa.
Drs. Tatang S.Erawan
 Potensi jenis rumput meliputi penyebaran jenis yang
disukai, kualitas dan kecepatan pertumbuhannya
 Topografi padang rumput umumnya datar sampai
berbukit. Satwa menyukai daerah seperti ini karena pada
daerah yang datar satwa dapat melihat ke segala arah
untuk mengetahui kemungkinanan datangnya bahaya
 Iklim menentukan tipe vegetasi, pertumbuhan dan
ketersediaan rumput, ketersediaan sumber air dan
selanjutnya penyebaran satwa liar
 Luas padang rumput yang ideal 10-20 ha dan tersebar di
beberapa lokasi. Daya dukung padang rumput 2-3 ekor/ha
Drs. Tatang S.Erawan
 Secara umum pengelolaan padang rumput mencakup
semua usaha yang menciptakan dan atau membantu
merangsang peertumbuhan rumput makanan satwa
agar selalu sesuai dengan keperluan
 Kegiatannya meliputi: penentuan lokasi, penentuan
luas, penentuan jenis rumput, penentuan organisasi
pengelola, pemeliharaan, evaluasi, pembuatan laporan
termasuk pula kegiatan: mengatur pertumbuhan
rumput, mempertahankan kesuburan tanah,
mencegah kerusakan tanah, dan mencegah terjadinya
overgrazing
Drs. Tatang S.Erawan
 Kunci utama keberhasilan pengelolaan padang rumput:
kemampuan mengatur tanah, air, vegetasi dan satwa liar
 Faktor-faktor yang perlu diketahui:
1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas
padang rumput. Peran pengelola sangat penting dalam
melestarika padang rumput. Ia harus mentukan apakan
kerusakan padang rumput terjadi karena proses suksesi,
persaingan antara jenis rumput, pengaruh musim atau
karena overgrazing dan menentukan tindakan
pencegahan atau rehabilitasi
2. Pengaruh pengembalaan terhadap vegetasi dan tanah
yaitu penggundulan, pengaruh kotoran dan urine dan
pengaruh injakan kaki satwa
Drs. Tatang S.Erawan
Drs. Tatang S.Erawan
Pengelolaan Habitat Satwa Liar di
Hutan Produksi
 Pengusahaan hutan mempunyai tiga pilihan:
1. Pengelolaan species yang terbatas
2. Pengelolaan campuranberbagai species
3. Gabungan no. 1 & 2
 Tujuan pengelolaan habitat satwa liar di hutan
produksi :
1. Pengandalian gangguan satwa liar
2. Pengelolaan satwa liar untuk diambil hasilnya
3. Meningkatkan populasi satwa liar yang langka
Drs. Tatang S.Erawan
 Perencanaan dan pengelolaan hutan mencakup
pengelolaan hutan dan pengelolaan satwa liar
 Pengelolaan hutan sangat bergantung pada tipe tapak
dan kondisi tegakan sedangkan pengelolaan satwa liar
sangat bergantung pada masyarakat tumbuhan dan
tingkat suksesi
 Tipe tapak dan kondisi tegakan dengan masyarakat
tumbuhan dan tingkat suksesi menhasilkan relung
yang diharapkan dapat mendukung komunitas satwa
liar
Drs. Tatang S.Erawan
 Zona riparian sangat penting bagi satwa liar karena:
1. Adanya air sebagai komponen habitat penting yang
diperlukan satwa liar
2. Cukup banyak air yang tersedia bagi tumbuhan, jika
dikombinasikan dengan kondisi kedalaman tanah
dan pertumbuhan biomas akan menghasilkan
tempat tumbuh yang dapat meningkatkan stryktur
dan keanekaan baik tumbuhan maupun satwa liar
3. Membentuk berbagai berbagai daerah pertemuan
antara beberapa tipe habitat yang sangat disukai
satwa liar
Drs. Tatang S.Erawan
4. Dapat menghasilkan iklim mikro yang lebih luas dari
daerah di sekitarnya
5. Dapat berperan sebagai koridor yang diperlukan
stwa liar sebagai jalur migrasi
6. Berfungsi sebagai habitat yang dapat
menghubungkan berbagai kondisi habitat
Drs. Tatang S.Erawan
Pengelolaan Habitat Rawa
 Rawa dikenal sebagai habitat yang produktif, disenangi
satwa liar terutama burung-burung air dan buaya
 Saat ini banyak mengalami kerusakan terutama karena
dibuka oleh manusia menjadi daerah pemukiman,
pertanian dan kawasan industri dan karena adanya
pencemaran
 Untuk mempertahankan kelestarian ekosistem rawa tahun
1971 di Ramsar (Iran) diadakan penjanjian dalam rangka
menetapkan, melindungi dan melestarikan daerah-daerah
basah (termasuk rawa) yang mempunyai kepentingan
perlindungan dan pelestraian secara internasional
Drs. Tatang S.Erawan
 Prinsip pengelolaan rawa adalah mempertahankan
keanekaan hayati dan pembagian ruang (zonasi) yang
tepat
 Secara umum daerah rawa dapat dibagi menjadi tiga
zona yaitu : zona bervegetasi pohon, zona bervegetasi
semak/rumput dan zona perairan terbuka
 Di samping upaya-upaya melindungi daerah rawa dari
berbagai gangguan manusia dan pencemaran juga
dilakukan pengelolaan intensif untuk memper-tahankan/meningkatkan produktivitasnya
Drs. Tatang S.Erawan
Contoh pengelolan rawa untuk melestarikan
burung-burung air:
1. Memelihara zona perairan terbuka dari bahan
pencemar dan rumput/semak. Zona ini tempat
burung-burung air, khususnya itik liar, mencari
makan, bermain dan mengasuh anaknya
2. Pengelolaan zona bervegetasi rumput dan/atau
semak agar produktivitasnya tinggi dibuat petak-petak berukuran 0,1-0,25 ha kemudian secara bergilir
dilakukan pemangkasan dengan harapan akan
tumbuh terubusan yang lebih baik. Zona ini
biasanay digunakan burung-burung air untuk
tempat bersembunyi dan meletakkan telurnya
Drs. Tatang S.Erawan
3. Menjaga zona bervegetasi pohon dari upaya
penebangan dan dari kebakaran. Zona ini berguna
sebagai tempat bersembunyi, istirahat/tidur dan
bersarang
Drs. Tatang S.Erawan
Drs. Tatang S.Erawan

0 komentar " ", Baca atau Masukkan Komentar

Post a Comment

Bantu dengan klik

Please Click Here!!