Fuji Hardiani
1.1 Pengertian Ekologi Pedesaaan
Ekologi pedesaan
merupakan cabang ekologi yang khusus mempelajari masyarakat atau ekosistem di
pedesaan. Ekologi pedesaan mempelajari berbagai pengetahuan mengenai bentuk
atau tipe lahan budidaya serta tata guna lahan yang berada disekitarnya.
Pengetahuan yang dipelajari ini meliputi struktur dan fungsi dari berbagai
bentuk lahan budidaya di berbagai daerah pedesaan di Indonesia dan luar negeri,
khususnya pada bentuk pertanian yang telah berkembang lama (tradisional).
Manusia dan Ekosistemnya
Dari segi
ekologi, manusia adalah bagian integral ekosistem tempat hidupnya. Manusia
merupakan sebuah mata rantai dalam rantai makanan. Untuk hidupnya manusia
memakan tumbuhan dan hewan.
Desa dengan
masyarakat didalamnya dipengaruhi oleh materi, informasi dan energi. Semua
benda abiotik dan tubuh makhluk hidup terdiri dari materi. Materi yang tersusun
rapi dalam berbagai molekul mengandung informasi (contoh DNA). Soemarwoto,
(1994), mengatakan bahwa informasi ialah segala seuatu yang memberikan
pengetahuan. Sementara, energi merupakan hal yang diperlukan untuk melakukan
kerja. Banyak-sedikitnya atau tinggi-rendahnya arus informasi, materi dan
energi serta masing-masing pemanfaatannya oleh masyarakat desa bisa berbeda
antara satu tempat dengan tempat lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhinya
misalnya faktor sosial, ekonomi, budaya dan teknologi.
Pembangunan
merupakan salah satu kegiatan berencana untuk mengubah lingkungan baik
biogeofisik maupun lingkungan sosial-ekonomi dan budaya, dari kualitas rendah
ke kualitas yang tinggi. Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan
tidaklah selalu bersifat positif, namun dapat
juga bersifat negatif. Perubahan lingkungan yang bersifat negatif inilah
yang disebut dengan dampak lingkungan. Dampak lingkungan negatif akan
menurunkan kualitas lingkungan sehingga kesejahteraan manusia yang menjadi
obyek pembangunan menurun pula. Pembangunan yang manfaatnya positifnya dapat
dirasakan secara optimal adalah pembangunan yang sifatnya berkelanjutan.
Pembangunan yang berkelanjutan harus memperhatikan tidak hanya aspek ekonomi
saja tetapi juga aspek ekologi dan sosial budaya masyarakat.
1.2 Beberapa Konsep Yang Berkaitan Dengan
Ekologi Pedesaan
1. SUAN
Approach, yang merupakan pendekatan studi dan agro-ekologi. SUAN Approach
meliputi :
·
Ekologi manusia
·
Agro-ecosystem Analysis
·
Cropping System and Farming Systems Research
(FSR)
·
Rural Ecosystem Studies (RES)
2.
AGRO-ECOSYSTEM
Merupakan
ekosistem alam yang dimodifikasi dan dimanfaatkan secara langsung atau tidak
langsung oleh manusia untuk memenuhi pangan atau serat-seratan. Meliputi :
·
Ekosistem yang terbentuk oleh kegiatan manusia
dalam atau untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
·
Batas dan tujuan pemanfaatan ekosistem yang
didetapkan manusia
·
Interaksi di dalam dan diantara agro-ekosistem
·
Manusia merupakan bagian integral dari
agro-ekosistem
3.
Approaches Outputs
Human
ecology
Concepts theories
Agro-ecosystem
Analysis
Problem identification
FSR
Solution to problems
4.
Conceptual Approaches
Theoretical
Qualitative
Applied
Quantitative
Adnin
Agro-ekosistem
pada dasarnya merupakan ekosistem alami yang digunakan untuk kepentingan
manusia dan memiliki sifat sistem yang menjadi ciri utama. Dalam
perkembangannya, agro-ekosistem memiliki kelebihan serta kekurangan sebagai
berikut:
·
Batas sistem lebih jelas
·
Kurang permeabel
·
Kaitan dengan sistem lain lebih terbatas
·
Komponen sistem lebih sederhana, yaitu dengan
menghilangkan flora dan fauna alami
·
Proses-proses baru diintroduksi seperti pupuk,
pestisida, irigasi, dan benih sehingga memebentuk sistem baru yang lebih
kompleks
Konservasi
Agro-ekosistem Tradisional
Untuk
mencapai konservasi agro-ekosistem tradisional, para petani tradisional
terlebih dahulu harus mengetahui sistem etno-ekologi dan agro-ekologi. Sistem
etno-ekologi mencakup tentang taksonomi rakyat serta kegunaan dari pangan,
obat-obatan, bahkan kegunaan dari hal-hal mistik. Sistem agro-ekologi mencakup
tentang adaptasi spesies, pengetahuan pertanian, dan sistem pemanenan. Ketika
para petani tradisional telah memahami kedua sistem tersebut, maka budaya dan
etno sains tetap dapat dipertahankan hingga akhirnya mencapai suatu konservasi bagi
agro-ekosistem tradisional.
Menurut Soemarwoto (1975), wilayah
pedesaan pada umumnya terdiri atas empat sub-sistem, yaitu desa/pemukiman,
hutan, sungai, dan lahan pertanian. Berikut ini merupakan diagram yang
menggambarkan wilayah pedesaan.
GAMBAR Diagram
Wilayah Pedesaan
Setiap sub-sistem menurutnya saling mempengaruhi sehingga
membentuk suatu ekosistem pedesaan yang stabil. Tetapi jika salah satu
sub-sistem tersebut mengalami gangguan, maka sub-sistem lainnya akan terganggu
pula.
GAMBAR
Pola Keputusan Pemanfaatan Sumber Daya Lahan
Ekologi pedesaan pada dasarnya
terdiri dari 2 kata, yaitu ekologi dan pedesaan. Kata ekologi ini mencakup
seluruh ekosistem yang didalamnya membahas tentang pendekatan sistem, holistik,
dan homeostatik. Sedangkan kata pedesaan mencakup seluruh bahasan yang terdiri
atas komponen/sub-sistem yang saling berinteraksi.
Hana
Syahraz
Tipologi Masyarakat Pedesaan
Tipolgi dari masyarakat desa
akan secara mudah diketahui bila dihubungkan dengan kegiatan pokok yang telah ditekuni
untuk memenuhi kebutuhan hidup, bila terdapat desa pertanian maka akan terlihat
semua kegiatan anggota masyarakatnya terlibat di bidang pertanian . kemudian
desa industry, dimana pendapatan masyarakatnya lebih banyak berhudungan dengan
industry berskala kecil/besar di desa tersebut.Tipologi desa dalam kenyataannya
bisa berkombinasi satu sama lain. Didalam satu desa disamping anggota
masyarakatnya memiliki mata pencaharian pokok yang dominan, juga ada beberapa
anggota masyrakat yang memiliki mata pencharin di bidang lain yang dianggap
sumber mata pencaharian utama.
Desa Pertanian
Skema
Tipologi Dari Segi Mata Pencaharian( Leibo,J.,SU. (1995)
Selanjutnya dilihat sejauh
mana keterlibatan anggota masyarakat dalam bidang pekerjaan berdasarkan jenis
kelamin. Desa yang subur dan memiliki irigasi yang baik akan terlihat
keterlibatan tenaga kerja wanita jauh lebih banyak dari kaum pria, sebaliknya
bila desa memiliki kondisi lahan yang kering akan cenderung lebih banyak
keterlibatan kaum pria. Jadi dengan kata lain ada keterkaitan antara factor
lingkungan fisik, dengan pembagian kerja secara jenis kelamin, tapi perlu
diketahui bahwa hal tersebut berkaian dengan tradisi masyarakat desa dari
berbagai etnik di tanah air. Hal serupa bisa kita temukan di desa lain dengan
sumber mata pencaharian utama mereka masing-masing. Kaitan dengan kegiatan
wanita dalam proses produksi usaha tani menggambarkn bahwa mereka merupakan
sumber daya manusia yang berpotensi dan belum sepenuhnya termanfaatkan, bila
dilihat secara kuantitatif jumlahnya lebih besar dari kaum pria. Oleh sebab itu
saat ini menjadi perhatian penting, mengingat potensinya yang bisa berperan
dalam pembangunan desa saat ini atau masa yang akan datang.
Disamping tipologi desa
diatas, ada juga tipologi desa yang bisa dilihat dari segi pemukiman dan dari
tingkat perkembangan masyarakat desa itu sendiri.
A.
Tipologi Desa yang dilihat dari pola pemukiman Landis, 1948
mengemukakan ada empat tipe desa pertnian:
1.
Farm Village Type
Desa dengan masyarakat berdiam bersama dalam suatu tempat
dengan sawah ladang berada di sekitar tempat itu. Tipologi desa seperti ini
kebanyakan terdapat di daerah Asia Tenggara dimana Indonesia termasuk
kedalamnya, khususnya Pulau Jawa. Tradisi sangat dipegang erat, dasar-dasar
gotong royong yang cukup kuat. Masuknya teknologi pertanian modern (revolusi
hijau) membuat proses produksi usaha tani bersifat komersial. Tipologi ini
berdekatan dengan perkotaan dan mengalmi gangguan seperti alih fungsi lahan
produktif menjadi areal prumahan, perkantoran dan industry.
2.
Neboulus Farm Village Type
Desa dengan masyarakat sejumlah orang berdiam bersama dalam
suatu tempat, sebagian menyebar di luar tempat tersebut bersama sawah ladang
mereka. Tipologi ini kebanyakan di Asia Tenggara, di Indonesia khususnya di
daerah Sulawesi, Maluku, Irian jJaya dan sebagian di pulau jawa. Di daerah
Kalimantan masih ditemui pola bertani berpindah-pindah. Factor tradisi dan
gotong royong sangat kuat di kalangan anggota di bidang perdagangan.
3.
Arranged Isolated Farm Type
Desa dengan masyarakat berdiam di sekitar jalan-jalan yang
berhubungan denan Trade Center dan selebihnya sawah dan ladang mereka. Tipologi
ini biasa ditemukan di Negara-negara bart. Tradisi sangat kurang dan kedaan
individualistis lebih menonjol. Orientasi pada produksi di bidng perdagangan
atau komersil.
4.
Pure Isolated Farm Type
Desa dengan masyarakat berdiam tersebar bersama sawah ladang
mereka masing-masing. Tipologi ini ditemui di Negara barat dengan tradisi,
dinamika pertumbuhan, orientasi produksi perdagangan sama seperti tipologi ke
tiga.
B.
Pengelompokan Tipologi menurut Rogers, E.M & Burdge, R.J
(1972):
1.
The Scattered Farmstead Community
Desa dengan masyarakat terdiam pada pusat pelayanan yang ada,
sedangkan lainnya terpencar bersama sawah ladang mereka.
2.
The Cluster Village
Desa dengan masyarakat berdiam terpusat pada suatu tempt dan
yang lainnya sawah ladang mereka. Tipologi ini sama dengan tipe yang
dikemukakan oleh landis yaitu “Neboulus Farm Village Type”. Tipologi ini dengan
rumah penduduk berada pada sepanjang tepi sungai atau jalan raya.
Maulidyah Utami
Tipologi
desa dilihat dari perkembangan masyarakat dapat dikelompokkan menjadi lima tipe
(berdasarkan Ditjen PMD Departemen Dalam Negeri) antara lain: Desa tradisionil
(Pra Desa), Desa Swadaya, Desa Swakarya (Desa Peralihan), Desa Swasembada, dan
Desa Pancasila. Pertama, Desa Tradisionil yang merupakan tipe desa yang sering
dijumpai pada masyarakat suku-suku terasing dimana seluruh kehidupan
masyarakatnya masih tergantung pada pemberian alam sekeliling mereka. Selain
itu, tipe desa ini juga dicirikan dengan pembagian kerja yang berlandaskan
jenis kelamin. Kedua, Desa Swadaya yang merupakan tipe desa dengan kondisi
statis tradisional, dimana masyarakatnya sangat tergantung pada keterampilan
dan kemampuan pimpinannnya. Ketiga, Desa Swakarya yang merupakan tipe desa yang
keadaannya sudah mulai disentuh oleh pengaruh-pengaruh dari luar berupa adanya
pembaharuan dan telah dirasakan oleh masyarakat. Keempat, Desa Swasembada yang
merupakan tipe desa yang lebih maju karena masyarakatnya telah mengenal dan
menggunakan mekanisasi pertanian serta teknologi ilmiah sehingga mengikuti
perkembangan. Terakhir, Desa Pancasila yang merupakan tipe ideal yang
dicita-citakan bersama yaitu dengan tercapainya masyarakat adil dan makmur.
Untuk sampai pada klasifikasi tersebut maka sebuah desa dinilai berdasarkan
indikator-indikator seperti : imbang daya unsur dari desa itu sendiri,
intensitas pengaruh unsur luar, serta komposisi jenis dan karakteristik kegiatan
ekonomi di desa tersebut.
Irpan
Ketergantungan
Desa dengan Kota atau Sebaliknya
Desa dan kota
jika dilihat secara mendalam memiliki semacam interaksi, yang telah melahirkan
ketergantungan. Hal tersebut dapat dilihat sebagai proses ekonomi, sosial, budaya
dan sebagainya. Menurut Yosef S. Roucek (1963) interaksi dapat diartikan
sebagai berikut. “Interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik
dan mempunyai pengaruh terhadap prilaku dari pihak pihak yang bersangkutan
melalui kontak langsung, melalui berita yang didengar atau melalui surat
kabar/media”.
Sifat
ketergantungannya terhadap kota seperti:
1.
Kota
dipandang sebagai pusat tempat pemasaran. Disebut juga “trade center” dalam
artian sebagai pasaran hasil produksi desa. Lalu selanjutnya kota pula
dipandang sebagai “service center” yaitu sebagai pusat barang konsumsi (barang
jadi).
2.
Kota
terdapat sarana sarana pendidikan yang dibutuhkan orang desa, dalam melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi. “cultural centrum” (pusat kebudayaan) tapi dalam
pengertian non material.
3.
Kota
debagai tempat mendapatkan lapangan kerja. Dimana di desa desa tertentu, lahan
semakin menyempit, dan pertumbuhan masyarakat terus bertambah.
Adapun sifat
ketergantungan terhadap desa seperti :
1.Desa sebagai
suplier, dimana bahan-bahan atau
hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan, kerajinan didapat dari desa desa.
2. Desa sebagai
Suplier bahan mentah (pemenuhan kebutuhan industri). Seperti buah buahan untuk
industri, kapas untuk tekstil, dll.
3. Pemasaran
hasil industri
4.Sumber tenaga
kerja bagi industri.
Jadi ketergantungan
desa terhadap kota tergantung besarnya kota itu sendiri. Semakin terisolir atau
murni suatu desa, semakin kecil ketergantungannya.
Namun dinamika
yang terjadi sekarang dapat dikatakan bahwa, masyarakat kota cukup dominan
dalam mempengaruhi masyarakat desa.
Antara lain:
1.
Adanya
ketidak seimbangan dalam beberapa aspek kehidupan
Kepemilikan barang tertentu di gunakan sebagan status simbol saja. Penduduk
yang belum mendapatkan listrik, membeli lemari es untuk menyimpan pakaian
misalnya.
2.
Pertentangan
antara kondisi dengan keadaan yang berkembang.
Dulu masih terdapat masyaraka yang patuh terhadap adat. Sangat“ajeg” pada
aturan tersebut. Namaun pertumbuhan masyarakat yang pesat menyebabkan hal
tersebut telah jarang. Seperti contohnya salah satu masyarakat desa di Kab,
Bandung Selatan yang mempertahankan varietas tanaman di daerah tersebut kini
telah berubah menjdai tanaman sayur yang homogen. Guna kepentingan pasar.
3.
Lembaga
tradisional tidak mampou memenuhi kebutuhan masyarakat desa
Semakin
Intensiifnya lembaga lembaga
pendidikan formal sekarang ini. Maka fungsi keluarga dalam pendidikan formal
mulai tergeser secara perlahan
Tanda
Ada 3 cara menggolongkan dan mengukur pelapisan sosial, yaitu
1. Approach
Objective, yaitu pembagian masyarakat secara objektif,
2. Cara
subjektif, yaitu penggolongan masyarakat berdasarkan lapisan subjektifnya,
3. Reputional
aproach, yaitu penggolongan masyarakat ke berbagai lapisan berdasarkan
subjektif.
Di dalam kehidupan sosial, stratifikasi sosial sangat
dibutuhkan karena mencitikan status atau kedudukan, yang nantinya akan berguna
untuk menentukan posisi seseorang di dalam suatu kelompok. Sedangkan posisi ini
dapat diperoleh dari keturunan dll. Berdasarkan hal tersebut, penggolongan lapisan
sosial dikelompokkan menjadi : immanent change ( tanpa inisiatif dari luar ),
selective contact change ( secara seponta membawa perubahan ke anggota sosial)
dan directed contact save ( ide yang sengaja dibawa dari luar).
Secara garis besar, suatu kelompok sosial ada yang siap
menerima perubahan dan ada yang tidak siap menerima perubahan. Berdasarkan hal
tersebut, ada 4 kelompok yang dapat menyikapi perubahan hal tersebut yaitu :
1. Mereka
yang tidak menyetujui keadaan
2. Mereka
yang acuh tak acuh
3. Mereka
yang tidak puas
4. Mereka
yang mengandung dendam atau kecewa.
Dari mereka yang siap menerima innovasi baru, dapat
dibedakan 5 kelompok yang dapat menerima perubahan dari luar, yaitu :
1. Innovator,
yaitu kelompok yang berani menerima perubahan atau innovasi dari luar tanpa
takut menerima kerugian - kerugian yang akan diterima,
2. Early
adopter, yaitu kelompok yang masih mempertimbangkan untung rugi dari innovasi
yang dibuat,
3. Early
majority, yaitu kelompok yang lebih modern dalam menerima innovasi
4. Late
majority, yaitu kelompok penerima lambat
5. Laggard,
yaitu kelompok penerima yang paling lalambat
Dalam menerima innovasi tersebut, sifat - sifat innovasi
tersebut sangat mempengaruhi kecepatan di dalam kecapatan penerima innovasi
dalam masyarakat, beberapa ciri innovasi tersebut antara lain : suatu innovasi
tersebut dapat menerima keuntungan relatif, compability, kekompleksan dari
innovasi, triability dan communicability.
Dini
Bilamana inovasi yang telah diterima dan kemudia orang
menolaknya maka kondisi yang demikian disebut discorinsance. Jadi, dengan demikian ada inovasi yang diterima dan
dipakai terus ada yang tidak. ,asalah urbanisasi perlu disampaikan karena
mempunyai pertalian karena memiliki pertalian yang sangat erat dengan kondisi
kehidupan di pedesaan. Terutama yang menyangkut semakin langkanya sumber daya
atau daya dukung alam atas manusia itu sendiri yaitu masyarakat pedesaan. Atau
dengan kata lain, tanah pertanian yang tersedia tidak mampu untuk menghidupi
jumlah penduduk desa yang demikian besarnya.
Urbanisasi mengandung berbagai macam arti, salah satunya
menurut Schoort (1980) yaitu sebagai berikut :
1.
Arus pindah ke kota
2.
Bertambah besarnya jumlah tenaga kerja non
agraris di sector industry dan sector tersier.
3.
Tumbuhnya pemukiman kota
4.
Meluasnya pengaruh kota di daerah pedesaan
mengenai segi ekonomi, social, kebudayaan dan psikologi.
Factor-faktor pendorong penduduk desa meninggalkan tempat
kediamannya :
1.
Lapangan pekerjaan yang langka
2.
Sulitnya menimba ilmu pengetahuan di desa
3.
Adanya tekanan adat istiadat kepada kaum pemuda
4.
Sulitnya peengembangan keahlian dan perluasan
pasaran penjualan di pedesaan
5.
Minimnya sarana rekreasi
Faktor-faktor penarik dari kota :
1.
Banyaknya isu lapangan pekerjaan di kota
2.
Kota merupakan pusat fasilitas
3.
Kota memiliki tingkat kebudayaan yang tinggi
4.
Kota merupakan tempat pengembangan skill.
Urbanisasi saat ini tidak hanya sebatas perpindahan
masyarakat desa ke kota namun juga perpindahan masyarakat pedesaan ke luar
negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia. Akan tetapi kemampuan para tenaja kerja
yang dipekerjakan di luar negeri masih berada di level bawah. Para imigran yang
tidak mempunyai kemampuan tertentu yang nekat pergi bekerja keluar negeri tidak
mendapatkan pekerjaan yang diidamkan dan hanya mendapat upah yang sangat
rendah. Hal lain yang menjadi implikasi
negative urbanisasi adalah housing
problem problem yaitu perumahan yang kumuh (pembangunan di tanah illegal)
menyebabkan meningkat tingkat terjangkitnya penyakit, membawa pengaruh buruk
bagi kejiwaan khususnya remaja, meningkatnya tingkat kriminalitas.
Mobilitas penduduk pedesaan memiliki beberapa bentuk yaitu:
1 Commeting
Bentuk mobilisasi ini adalah penduduk pindah dari desa ke
kota dan kembali ke tempat asal pada
hari yang sama. Beberapa alasan yang mendasari mobilisasi ini adalah alasan
ekonomi (biaya hidup di kota sangat mahal); alasan non ekonomi (mereka bias
berkumpul dengan keluarga)
2. Circulation
Perindahan atau mobilisasi penduduk desa ke kota dalam
jangka waktu lebih dari sehari. Beberapa macam mobilisasi sirkuler : mobilitas
musiman (biasanya berkaitan dengan sector pertanian); mobilitas yang berkaitan
dengan perbaikan ekonomi.
3. Migrasi
Ini merupakan bentuk perpindahan penduduk dari desa ke kota
dengan maksud menetap di kota.
Hana Hunafa
Kata dasar
desa kata jamaknya pedesaan, tetapi sebagian lagi menyebutnya dengan perdesaan.
untuk
menghadapi masalah pedesaan seorang biolog harus memahami “sedikit” tentang
kondisi sosial dan budaya masyarakat yang berada di pedesaan karena tataguna
lahan yang umumnya ada di pedesaan seperti
pekarangan,talun,kebun,talun-kebun,kebun campuran,sawah dan perladangan
berpindah merupakan vegetasi budidaya manusia maka baiknya dapat memahami
secara garis besar kondisi sosial masyarakat di pedesaan.
menurut
Paul H.Landis (1948) pengertian pedesaan adalah:
a.
untuk maksud statistik, pedesaan adalah
tempat-tempat dengan jumlah penduduk kurang dari 2.500 orang, kecuali bila
disebutkan lain.
b.
untuk maksud kajian psikologi sosial, pedesaan
itu adalah daerah-daerah dimana pergaulannya ditandai oleh derajat intimitas
yang tinggi, sedangkan kota adalah tempat-tempat dimana hubungan sesama
individu sangat impersonal (longgar/bersikap acuh)
c.
untuk maksud kajian ekonomi, pedesaan itu
merupakan daerah dimana pusat perhatian/kepentingan adalah dalam arti yang luas
0 komentar " ", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment