PERANAN BAKTERI PROBIOTIK DALAM INDUSTRI PANGAN DAN PAKAN TERNAK

Disusun Oleh:
Afghan M. Jihad           140410100087
Ahmad Sazali                140410100078
Indah Trisnaning           140410100031
Rindi Megasari B1        140410100066
Cesilia Tiur M.S            140410100097




JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013




ABSTRAK
Pola makan yang cenderung bergeser menjadi diet yang rendah serat dan kaya lemak dapat menyebabkan kadar kolesterol darah sangat tinggi. Makanan/suplemen yang mengandung probiotik, terutama anti kolesterol sangat diperlukan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Selain itu penggunaan probiotik sebagai pengganti antibiotik dibidang pakan ternak sangat bermanfaat. Penggunaan bakteri asam laktat sebagai agensia probiotik dalam bidang industri telah mengalami peningkatan.  Probiotik umumnya dari golongan bakteri asam laktat (BAL), khususnya genus Lactobacillus dan Bifidobacterium yang merupakan bagian dari flora normal pada saluran pencernaan manusia. Mekanisme kerja utama probiotik adalah berkompetisi dengan mikroflora patogen Pemanfaatan bakteri probiotik dibidang industri pangan dan pakan ternak sangat berpotensi. Dalam industri pangan probiotik dapat meningkatkan nilai dari pangan, jika nilai pangan naik maka permintaan bertambah. Sedangkan dalam industri pakan ternak probiotik dapat menggantikan antibiotik dan hormon yang selama ini digunakan untuk ketahanan hewan ternak. Probiotik pada pakan ternak dapat menghambat bakteri patogen, menambah imunitas, adanya efisiensi pakan dan tidak meninggalakan residu seperti antibiotik.
Kata Kunci: Probiotik, Pangan, dan Pakan.










DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………………………….1
BAB I. PENDAHULAN............................................................................................................3
BAB II . TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Probiotik................................................................................................... 5
2.2  Manfaat Probiotik............................................................................................................... 5
2.3  Kegunaan Probiotik............................................................................................................ 6
2.4 Pemilihan Mikroba Probiotik.............................................................................................  6
2.5 Contoh Pemanfaatan Mikroba Probiotik..............................................................................7
BAB III. PEMBAHASAN
3.1       Penggunaan Probiotik dalam Industri Pangan …………………………………….. .. 9
3.1.1 Produk Penurun Kolesterol ……………………………………………………10
3.1.2  Minuman Susu Fermentasi …………………………………………………... 11
3.2       Pengunaan Probiotik dalam Industri Pakan ………………………………………... 12
            3.2.1    Ternak Sapi ……………………………………………………………...… 12
            3.2.2    Ternak Ayam ………………………………………………………………. 13
3.2.3    Ternak Ikan ……………………………………………………………….....13
BAB IV .KESIMPULAN.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16




BAB I
PENDAHULUAN

Pola makan yang cenderung bergeser menjadi diet yang rendah serat dan kaya lemak dapat menyebabkan kadar kolesterol darah sangat tinggi (hiperkolesterolemia) yang pada gilirannya menyebabkan aterosklerosis. Kondisi ini menjadi momok yang menakutkan karena dapat menyumbat pembuluh darah yang dapat menyebabkan kematian, antara lain sebagai penyebab stroke dan penyakit jantung koroner. Makanan/suplemen yang mengandung probiotik, terutama anti kolesterol sangat diperlukan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Anonim, 1999; Siswono, 2002).
Saat ini, perhatian terhadap penggunaan bakteri asam laktat sebagai agensia probiotik dalam bidang industri telah mengalami peningkatan. Salah satu bakteri asam laktat yang umum digunakan sebagai probiotik saluran pencernaan adalah Lactobacillus. Lactobacillus dapat dikonsumsi dalam bentuk cair seperti yogurt, kefir, dan koumiss, serta semi solid sampai solid, seperti keju (Anonim, 2004b). Dalam menurunkan kolesterol,bakteri probiotik  Lactobacillus menghasilkan zat-zat anti kolesterol dan menyerap sejumlah kolesterol ke dalam selnya. Dalam pembuluh darah, asam organik yang dihasilkannya, seperti asam askorbat, asam folat, dan asam kolat dapat menyebabkan terjadinya disosiasi LDL (low density of lipoprotein), partikel penyusun kolesterol berbahaya (Girindra, 1993; Surono, 2002).
Dalam bidang industri, teknik pemrosesan yang tepat sangat diperlukan untuk menghasilkan produk yang siap dipasarkan dan dikonsumsi. Pada bidang industri pangan, teknik spray drying telah banyak diaplikasikan, misalnya produk susu bubuk, serbuk ekstrak sari buah, dan lain-lain. Teknik spray drying mengubah bahan makanan yang awalnya berupa bahan cair menjadi materi padat. Makanan mampu bertahan relatif lebih lama karena kandungan air diminimalisasi sehingga mengurangi resiko kerusakan bahan makanan oleh mikroba (Victor dan Heldman 2001)
Penggunaan spray drying tidak terbatas pada bahan makanan saja, tetapi juga pada makhluk hidup bersel tunggal, misalnya bakteri.Spray drying merupakan salah satu teknik enkapsulasi. Enkapsulasi pada bakteri dapat memberikan kondisi yang mampu melindungi mikroba dari pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan, seperti panas dan bahan kimia. Susu skim adalah salah satu bahan penyalut yang umum digunakan, terutama sebagai penyalut matriks yang diaplikasikan secara oral (Young et al., 1995; Frazier dan Westhoff, 1998; Victor dan Heldman, 2001).
Dari skrining yang dilakukan terhadap beberapa isolat Lactobacillus dari berbagai makanan fermentasi yang diperoleh dari beberapa daerah di Indonesia, Lactobacillus sp. Mar 8 merupakan isolat  yang terseleksi sebagai probiotik penurun kolesterol. Selanjutnya probiotik ini akan dikembangkan dalam bentuk sediaan padat yang dapat diaplikasikan dalam industri makanan, minuman dan farmasi.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Probiotik
            Lilly dan Stillwell memperkenalkan istilah "probiotik" pada tahun 1965 untuk nama bahan yang dihasilkan oleh mikroba yang mendorong pertumbuhan mikroba lain (FAO/WHO, 2001). Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek yang menguntungkan kesehatan hostnya apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (FAO/WHO, 2001; FAO/WHO, 2002; ISAPP, 2009) dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal pada saat masuk dalam saluran pencernaan (Shitandi et al., 2007; Dommels et al., 2009; Weichselbaum, 2009).
            Probiotik adalah produk yang tersusun oleh mikroba atau pakan alami mikroskopis yang bersifat menguntungkan dan memberikan dampak bagi peningkatan keseimbangan mikroba saluran usus hewan inangnya (Irianto, 2003). Probiotik umumnya dari golongan bakteri asam laktat (BAL), khususnya genus Lactobacillus dan Bifidobacterium yang merupakan bagian dari flora normal pada saluran pencernaan manusia (Sujaya et.al., 2008).
            Probiotik dapat memproduksi bakteriosin untuk melawan pathogen yang bersifat selektif hanya terhadap beberapa strain patogen. Probiotik juga memproduksi asam laktat, asam asetat, hidrogen peroksida, laktoperoksidase, lipopolisakarida, dan beberapa antimikrobial lainnya. Probiotik juga menghasilkan sejumlah nutrisi penting dalam sistem imun dan metabolisme host, seperti vitamin B (Asam Pantotenat), pyridoksin, niasin, asam folat, kobalamin, dan biotin serta antioksidan penting seperti vitamin K (Adams, 2009).

2.2  Manfaat Probiotik
            Manfaat probiotik bagi kesehatan tubuh dapat melalui 3 (tiga) mekanisme fungsi, yaitu :
            1. Fungsi protektif, yaitu kemampuannya untuk menghambat patogen dalam saluran          pencernaan. Terbentuknya kolonisasi probiotik dalam saluran pencernaan,           mengakibatkan kompetisi nutrisi dan lokasi adhesi (penempelan) antara probiotik dan      bakteri lain, khususnya patogen. Pertumbuhan probiotik juga akan menghasilkan berbagai komponen anti bakteri (asam organik, hidrogen peroksida, dan bakteriosin           yang mampu menekan pertumbuhan patogen) (Rahayu, 2008) ;
            2. Fungsi sistem imun tubuh, yaitu dengan peningkatan sistem imun tubuh melalui             kemampuan probiotik untuk menginduksi pembentukan IgA, aktivasi makrofag,            modulasi profil sitokin, serta menginduksi hyporesponsiveness terhadap antigen yang    berasal dari pangan (Rahayu, 2008).
            3. Fungsi metabolit probiotik yaitu metabolit yang dihasilkan oleh probiotik, termasuk       kemampuan probiotik mendegradasi laktosa di dalam produk susu terfermentasi             sehingga dapat dimanfaatkan oleh penderita lactose intolerance (Rahayu, 2008).
2.3  Kegunaan Probiotik
            Konsumsi probiotik biasanya diaplikasikan pada pembuatan produk pangan olahan seperti; yogurt, keju, minuman penyegar, es krim, yakult, permen dan yogurt beku (Senok, 2009; Granato et al., 2010). Jumlah minimal strain probiotik yang ada dalam produk makanan adalah sebesar 106 CFU/g atau jumlah strain probiotik yang harus dikonsumsi setiap hari sekitar 108 CFU/g, dengan tujuan untuk mengimbangi kemungkinan penurunan jumlah bakteri probiotik pada saat berada dalam jalur pencernaan (Shah, 2007).
2.4 Pemilihan Mikroba Probiotik
Pada saat memilih mikroorganisme yang akan dijadikan probiotik, persyaratan yang harus dimiliki oleh mikroba probiotik antara lain adalah  (Feliatra 2002) :
  1. tidak bersifat patogen atau mengganggu inang, tidak bersifat patogen bagi konsumen (manusia dan hewan lainnya)
  2. tidak mengganggu keseimbangan ekosistem setempat,
  3. mikroba tersebut hendaklah dapat dan mudah dipelihara dan diperbanyak,
  4. dapat hidup dan bertahan serta berkembang biak di dalam usus ikan,
  5. dapat dipelihara dalam media yang memungkinkan untuk diintroduksikan ke dalam usus ikan, dan
  6. dapat hidup dan berkembang di dalam air wadah pemeliharaan ikan.
            Aspek keamanan dan fungsional menjadi pertimbangan utama dalam proses seleksi mikroba probiotik. Aspek keamanan seperti : menyehatkan saluran pencernaan), bersifat non patogen, dan tahan terhadap antibiotik. Aspek fungsional seperti kemampuan hidup dan tahan dalam saluran pencernaan,dapat diaplikasikan pada dunia industri, dan tidak menimbulkan aroma yang menyimpang pada makanan (Saarela et al., 2000; Prodo et al., 2008).
            Menurut Food and Agriculture Organization/World Health Organization (FAO/WHO) (2001), mikroba probiotik, seharusnya tidak hanya mampu bertahan melewati saluran pencernaan tetapi juga memiliki kemampuan untuk berkembang biak dalam usus. Ini berarti mikroba probiotik harus tahan terhadap cairan lambung dan dapat tumbuh dalam cairan empedu yang terdapat dalam saluran pencernaan, atau dikonsumsi dalam jalur makanan yang memungkinkan untuk bertahan hidup melintasi saluran pencernaan dan terkena paparan empedu. Selain itu probiotik juga harus mampu menempel pada permukaan enterosit, mampu membentuk kolonisasi pada saluran pencernaan, mampu menghasilkan zat anti mikroba (bakteriosin), dapat berkembang biak dengan baik, dan memberikan pengaruh yang menguntungkan kesehatan manusia. Hal yang penting lainnya adalah tidak bersifat patogen dan aman jika dikonsumsi. Strain probiotik juga harus tahan dan tetap hidup selama proses pengolahan makanan dan penyimpanan, mudah diaplikasikan pada produk makanan, dan tahan terhadap proses psikokimia pada makanan (Prado et al., 2008).
Seleksi probiotik sangat penting karena mikroorganisme yang tidak tepat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada inang (Sun et al., 2010). Untuk menyeleksi probiotik secara umum adalah melakukan uji antagonisme secara in vitro. Selain itu, probiotik harus mampu hidup pada saluran pencernaan inang (resisten terhadap bile salts, pH rendah dan protease) dan mampu berkolonisasi pada sel epitel intestin untuk mengurangi dan mencegah kolonisasi patogen. Probiotik yang digunakan sebaiknya adalah strain yang berasal dari inangnya, bersifat nonpatogen dan memberikan efek yang menguntungkan bagi inang (memperbaiki nutrisi dan meningkatkan respon imun), dan probiotik mesti hidup dan tahan pada kondisi penyimpanan dan dapat diproses pada skala industri seperti dengan cara liopilizasi (Vine et al., 2004; Balcazar et al., 2006).
2.5 Contoh Pemanfaatan Mikroba Probiotik
Beberapa jenis bakteri probiotik yang sering digunakan dalam industri makanan seperti : Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus johnsonii, Lactobacillus rhamnosus, Lactobacillus thermophilus, Lactobacillus reuteri, Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus, Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium longum,Bifidobacterium brevis, Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium animalis (Granato et al., 2010), Enterococcus faecalis, Enterococcus faecium, Sporolactobacillus inulinus (Holzapfel dan Schillinger, 2002), Lactobacillus delbrueckii ssp. bulgaricus, dan Streptococcus thermophilus (Senok, 2009).
Probiotik telah banyak dimanfaatkan untuk penanggulangan penyakit gastroenteritis seperti diare (Salazar et al., 2007 ; Tabbers dan Benninga, 2007; Collado et al., 2009 ), menstimulasi sistem kekebalan (immune) tubuh (Isolauri et al., 2001 ; Isolauri dan Salminen, 2008), menurunkan kadar kolesterol (Lee et al., 2010), pencegahan kanker kolon dan usus (Liong, 2008), penanggulangan dermatitis atopik pada anak-anak ( Torii et al., 2010), menanggulangi penyakit irritable bowel syndrome (Lyra et al., 2010), penatalaksanaan alergi (Vanderhoof, 2008), pencegahan dan penanganan penyakit infeksi (Wolvers et al., 2010).














BAB III
PEMBAHASAN

            Pada dasarnya, probiotik merupakan mikroorganisme yang menguntungkan. Probiotik dapat menjadi alternatif yang tepat sebagai pengganti antibiotik maupun hormon.
            Mekanisme kerja utama probiotik adalah berkompetisi dengan mikroflora patogen yang bersifat melekat pada reseptor dan mengambil nutrien dalam intestinal. Probiotik merangsang sistem imunitas dan menurunkan pH sehingga keberadaan mikroflora patogen akan terganggu. Selain itu, probiotik juga berperan dalam memperbaiki produksi enzim, ( seperti : laktase, amilase dan protease), mengikat mycotoxin dan mereduksi kadar amonia dalam feses.
            Mikroba yang digunakan sebagai probiotik dapat diisolasi dari berbagai sumber tergantung untuk keperluannya. Probiotik untuk diaplikasikan pada manusia sebaiknya diisolasi dari manusia yang sehat (tubuh, saluran pencernaan atau feses), demikian juga untuk hewan, sebaiknya diisolasi dari hewan yang sehat tertentu, misalnya dari sapi untuk sapi, dari ikan yang sehat untuk ikan dan seterusnya. Namun mikroba probiotik khususnya bakteri asam laktat dapat juga diisolasi dari susu dan produk susu ( Dairy Lactic Acid Bacteria ) atau dari tanaman dan produk olahannya ( Plant Origin Lactic Acid Bacteria ). Beberapa spesies bakteri asam laktat (BAL) yang diisolasi dari dadih mempunyai sifat-sifat seperti ketahanan terhadap asam dan bile, antagonisme terhadap patogen, kolonisasi saluran pencernaan, aktivitas antimutagenik dan lain- lain yang lebih unggul dibandingkan dengan probiotik komersial. Oleh karena itu beberapa strain BAL dari dadih berpotensi digunakan sebagai probiotik. Namun demikian masih perlu dilakukan uji klinik lebih lanjut untuk mengetahui efektifitasnya pada manusia.
3.1       Penggunaan Probiotik dalam Industri Pangan
Saluran cerna manusia merupakan salah satu organ yang sangat kompleks yang terdiri dari milyaran mikroba dan ratusan juta neuron. Hal yang terpenting pada saluran cerna adalah sebagian besar atau delapan puluh persen antibodi dibentuk dalam sel-sel saluran cerna. Saluran cerna merupakan batas antara dunia luar dan dunia dalam tubuh seseorang. Dapat juga dikatakan bahwa saluran cerna merupakan pelindung terhadap bakteribakteri patogen yang akan masuk ke dalam tubuh. Selain itu, sistem imun yang bekerja dalam saluran cerna akan meminimalisasi reaksi hipersensitivitas yang terjadi akibat antigen makanan.
Didalam saluran pencernaan tersebut hidup berbagai jenis mikroba seperti bakteri, khamir dan kapang yang memegang peranan sangat penting bagi kesehatan seseorang. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa lebih kurang 300 - 400 spesies mikroba dengan jumlah sekitar 1013 - 1014 sel hidup per gram kandungan saluran pencernaan manusia. Jumlah dan jenis mikroba ini masih sebatas jumlah mikroba yang bersifat “culturable”. Dr. Yoshimi Benno, seorang mikrobiolog asal Jepang, memprediksi bahwa jenis dan jumlah mikroba dalam saluran pencernaan manusia masing-masing lebih dari 500 spesies dan 10 15 sel. Prediksi ini didasarkan pada kenyataan bahwa masih banyak mikroba yang masih bersifat “unculturable” dan belum bisa diisolasi dan dihitung dengan metode dan media yang digunakan saat ini. Secara umum mikroba tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan besar, golongan pertama disebut mikroba menguntungkan ( beneficial microbes ) dan golongan kedua disebut mikroba berbahaya ( harmful microbes ). Bila mikroba berbahaya mendominasi mikroba lainnya di dalam saluran pencernaan akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Hal ini disebabkan mikroba ini menghasilkan atau mensintesis senyawa- senyawa beracun (toksik) misalnya amonia, fenol, amine, karsinogen dan toksin yang selanjutnya dapat menimbulkan kelainan dan penyakit seperti diare, konstipasi (sembelit), kanker, infeksi saluran pencernaan dan lain- lain. Sebaliknya bila jumlah mikroba menguntungkan mendominasi saluran pencernaan maka pembentukan senyawa-senyawa berbahaya tersebut dapat dihambat sehingga secara tidak langsung akan menjaga kondisi saluran pencernaan tetap sehat dan pada akhirnya kesehatan tubuh secara keseluruhan akan terpelihara.
3.1.1 Produk Penurun Kolesterol
            Probiotik  adalah mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi dapat  meningkatkan kesehatan manusia ataupun ternak dengan cara menyeimbangkan  mikroflora dalam saluran pencernaan jika dikosumsi dalam jumlah yang cukup. Probiotik mempunyai kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol pada telur ayam ( Mahdavi et al.,2005 ). Salah satu bakteri yang berperan sebagai probiotik adalah bakteri asam laktat.  Bakteri asam laktat (BAL) sering digunakan sebagai kultur  probiotik dalam  produk- produk fermentasi susu atau produk olahannya, fermentasi daging dan fermentasi buah seperti kakao atau sayuran.
Pengaruh bakteri probiotik terhadap penurunan kadar kolesterol diduga  karena kemampuannya dalam mengasimilasi kolesterol (Pereira dan Glenn, 2002)  dan mendekonjugasi asam empedu ( Liong dan Shah, 2005 dan Lamber, Riger, Willem dan Michiel, 2008). Bakteri asam laktat yang mempunyai kemampuan  spesifik  akan bekerja  efektif apabila dapat bertahan pada kondisi yang ada dalam  saluran pencernaan. Oleh karena itu strain dari bakteri asam laktat tersebut harus  tahan terhadap gara m empedu dan kondisi asam lambung apabila dikonsumsi (Surono, 2004).
            Menurut Febria Yunenshi ( 2011 ) didalam Penelitiannya  menunjukkan bahwa pemberian probiotik Pediococcus pentosaceus dengan dosis 3 ml (3,81 x 107CFU/g) mampu menurunkan kadar  kolesterol pada telur itik pitalah. Pemberian probiotik Pediococcus pentosaceus dengan  dosis 3 ml (3,81 x 107 CFU/g) mampu  meningkatkan kualitas telur yaitu  meningkatkan Haugh Unit telur.
3.1.2  Minuman Susu Fermentasi
Yoghurt adalah salah satu produk fermentasi. Yoghurt didefinisikan sebagai produk pangan berasal dari susu sapi dengan bentuk seperti bubur atau es krim, yang merupakan hasil fermentasi susu sapi dengan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Yoghurt mengandung kultur aktif sehingga yoghurt merupakan produk probiotik. Apabila bahan bakunya susu kedelai disebut soyghurt dan kalau dari susu kacang tanah dinamakan susu kacang tanah ter-fermentasi atau peaghurt. Kacang-kacangan mengandung oligosakarida tidak ter-cerna, tapi menguntungkan bagi bakteri probiotik, sehingga kacangkacangan da-pat sebagai prebiotik gabungan dari prebiotik dan probiotik disebut simbiotik. Jadi yoghurt yang dibuat dari susu kacang-kacangan tergolong produk simbiotik. Susu terfermentasi dikonsumsi karena kesegaran, aroma, dan teksturnya yang khas (Koswara, 1995).
            Produk Fermentasi memiliki berbagai manfaat, antara lain untuk mengawetkan produk pangan, memberi cita rasa atau flavor terhadap produk pangan tertentu, memberikan tekstur tertentu pada produk pangan. Dengan adanya proses fermentasi yang dilakukan oleh mikroba tertentu diharapkan akan meningkatkan nilai gizi yang ada pada produk fermentasi. Dengan adanya perbaikan mutu produk pangan fermentasi ini diharapkan nilai terima pangan oleh konsumen meningkat. Dengan peningkatan nilai terima oleh konsumen akan meningkatkan permintaanterhadap produk fermentasi terutama susu fermentasi.

3.2       Pengunaan Probiotik dalam Industri Pakan
Hewan ternak sering kali berada dalam kondisi stres, sebagai akibat dari cekaman lingkungan, kualitas pankan yang kurang baik, proses pengangkutan bibit ternak ataupun dalam kegiatan penasaran. Pada saat ternak mengalami stres, keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan terganggu, akibatnyasistem kekebalan tubuh menurun dan bakteri-bakteri patogen berkembang dengan cepat. Kondisi ini menjadikan ternak menjadi rentan terhadap penyakit dan menghambat laju produksi.
            Biasanya, dalam menangani kondisi stres pada ternak digunakan antibiotik dan hormon sebagai bahan adiktif dalam pakan. Tujuannya yaitu untuk menjaga kesehatan ternak dan meningkatkan efisiensi pakan dan produksi ternak. Namun, penggunaan antibiotik dan hormon memiliki resiko besar terhadap ternak dan juga konsumen. Residu antibiotik dan hormon yang terdapat pada usus ternak akan membahayakan bagi konsumen, selain itu penggunaan antibiotik akan menyebabkab adanya resistensi pada mikroorganisme patogen dalam usus. Penggunaan probiotik akan dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan (untuk ternak) tanpa adanya penyerapan.
3.2.1    Ternak Sapi
Ternak yang bersifat ruminansia, dalam mencerna pakan sangat tergantung pada mikroba yang terdapat di lambungnya (rumen). Mikroba tersebut berfungsi untuk mencerna material pakan menjadi bahan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansia. Pemberian probiotik dapat meningkatkan populasi total  bakteri (termasuk bakteri selulotik) di dalam rumen. Probiotik mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan ternak seperti vitamin dan enzim, serta mannanologisakarida yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh ternak. Probiotik akan meningkatkan ketersediaan protein dan lemak bagi ternak, juga meningkatkan kandungan vitamin B kompleks melalui fermentasi makanan (Muktiani dkk, 2004).
Saccharomyces cerevisiae ( biakan yeast ) dan Aspergillus oryzae ( biakan fungi )   adalah dua biakan probiotik utama yang dapat ditambahkan pada pakan ternak ruminansia. Saccharomyces cerevisiae merupakan probiotil yang kaya akan vitamin, enzim dan kofaktor penting lainnya. Sedangkan Aspergillus oryzae emngandung enzim pencernaan serat kasar sperti enzim selulosa yang merangsang pertumbuhan mikroorganisme selulotik. Kedua probiotik ini memberikan respon yang sama terhadap populasi selulotik dan meningkatkan populasi protozoa. Peningkatan populasi ini disebabkan probiotik tersebut dapat menafataakan oksigen di dalam rumen sehingga keadaannya menjadi lebih anaerob dan mengakibatkan bertambahnya jumlah mikroba yang hidup (Muktiani dkk, 2004).
Penambahan S. Cerevisiae dan A. oryzae juga berpengaruh terhadap ransum ternak ruminansia. Peningkatan konsumsi ransum dan efisiensi penggunaan ransum akan berpengaruh terhadap produksi ternak dan peningkatan bobot tubuh ternak (Muktiani dkk, 2004).
3.2.2    Ternak Ayam
Industri Unggas saat ini menjadi suatu kegiatan ekonomi yang sangat penting dibanyak negara. Didalam pemeliharaan skala besar, faktanya terdapat beberapa unggas terpapar kondisi stres, terserang hama penyakit yang dapat menyebabkan kerugian perekonomian. Penggunaan antibiotik dan kemoterapi dalam hal pencegahan penyakit dalam industri unggas berdampak terhadap resistensi bakteri dan munculnya bakteri patogen lainnya.  Penggunaan Probiotik pada unggas lebih diutamakan karena tidak terdapat efek samping pada pemakaian dan juga dapat memberikan keuntungan – keuntungan lainnya.
Penggunaan produk Probiotik pada pakan unggas mampu merangsang mikroorganisme untuk memodifikasi lingkungan gastrointestinal untuk mendukung status kesehatan dan meningkatkan efesiensi pakan (Dierck,N.A, 1989).  Mekanisme oleh probiotik dimana dapat meningkatkan efesiensi konversi pakan termasuk perubahan dalam flora usus, peningkatan pertumbuhan bakteri anaerobik fakultatif nonpatogenik dan bakteri gram positif pembentuk asam laktat dan hydrogen peroksida, menekan pertumbuhan patogen usus, dan peningkatan pencernaan dan pemanfaatan nutrisi. Oleh karena itu hasil utama dalam penggunaan probiotik  meliputi peningkatan pertumbuhan, pengurangan kematian dan peningkatan efesiensi konversi pakan. Mikroba probiotik Lactobacillus , mampu memodulasi respon antibodi sistemik terhadap antigen yang diberikan pada ayam. (Kabir, S.M.L dkk. 2004 ).
3.2.3    Ternak Ikan
Penggunaan probiotik pada akuakultur adalah antisipasi sebagai strategi yang paling baik untuk mencegah infeksi mikrobia dan untuk mengganti antibiotik dan khemoterapi. Probiotik dalam akuakultur berperan dalam menigkatkan laju pertumbuhan, meningkatkan sistem imun dengan perubahan komunitas bakteri intestinalnya (Widyastuti, 2013).
Akuakultur dikembangkan sebagai upaya untuk meningkatkan keberlanjutan kebutuhan ikan tangkapan, tetapi seringkali dikultur dengan kepadatan tinggi untuk mendaptakn produktivitas yang tinggi, hingga kematian ikan cendrung mudah terjadi dan menyebar cepat. Metode untuk mencegah infeksi penyakit mikrobial digunakan vaksinasi, pemberian antibiotik ataupun khemoterapi. Antibiotik dan khemoterapi efektif  melindungi dari penyakit ikan, namun perlakuan ini mengakibatkan adanya residu dan resistensi terhadap bakteri patogen. Oleh karena itu, probiotik dianggap sebagai strategi yang paling baik dalam mencegah infeksi mikrobia. Bakteri probiotik merupakan bakteri asam laktat yang sebagian besar terdapat di lambung hewat yang sehat (Widyastuti, 2013).
Salah satu probiotik yang telah diuji cobakan dalam budidaya ikan adalah probiotik MEP+ . Probiotik MEP + (mikroba efektif produktif yang positif) merupakan produk kultur campur spesies indigineous mikroba non patogen efektif terpilih. Dalam probiotik ini, terdapat beberapa mikroba yang terbukti menghasilkan enzim, seperti amilase, selulase, dan protease yang lebih banyak debiandungkan enzim lainnya serta dapat membantu metabolisme pakan lebih baik (Widyastuti, 2013).
Menurut Widyastuti (2013) dalam penelitiannya, pemanfaatkan pakan ikan fermentasi dengan probiotik dapat menyebabkan efisiensi pakan dalam peternakan ikan, yaitu pemberian pakan ikan dapat dihemat hingga 0,116 ton atau 116 kg dalam sekali pemberian pakan.







BAB VI
KESIMPULAN

Probiotik adalah produk yang tersusun oleh mikroba atau pakan alami mikroskopis yang bersifat menguntungkan dan memberikan dampak bagi peningkatan keseimbangan mikroba saluran usus hewan inangnya . Dalam industri pangan probiotik dapat meningkatkan nilai dari pangan, jika nilai pangan naik maka permintaan bertambah. Sedangkan dalam industri pakan ternak probiotik dapat menggantikan antibiotik dan hormon yang selama ini digunakan untuk ketahanan hewan ternak. Probiotik pada pakan ternak dapat menghambat bakteri patogen, menambah imunitas, adanya efisiensi pakan dan tidak meninggalakan residu seperti antibiotik.

















DAFTAR PUSTAKA

Academicss Press. Young, S.L., X. Sarda, and M. Rosenberg. 1995. Microencapsulating properties of whey proteins with carbohydrate. Journal of Diairy Science 76: 2878-2885
Adams, C. 2009. Probiotics - Protection Against Infection: Using Nature's Tiny Warriors To         Stem Infection. http://probiotic.org/ lactobacillus-rhamnosus.htm, Diakses pada        tanggal : 24 November 2010.
Anonim. 1999. Penyakit Jantung dan Stroke. www.sarikata.com/index.php? fuseaction=home.baca.id=810
Balcazar, J.L., I. de Blas, I. Ruiz-Zarzuela, D. Cunningham, D. Vendrell, & J.L. Mu´zquiz.
2006. The role of probiotics in aquaculture. Review. Veterinary Microbiology, 114:
173– 186.

Collado, M. C., E. Isolauri, S. Salmien, and Y. Sanz. 2009. The impact of probiotic on gut
health. Curr Drug Metab. 10(1):68-78.

Dierck,N.A, 1989. Biotechnology aids to improve feed and feed digestion : Enzymes and
Fermentation. Arch. Anim.Nutr. Berl.

Dommels, Y.E.M., R.A. Kemperman, Y.E.M.P. Zebregs, and R.B. Draaisma. 2009. Survival
of Lactobacillus reuteri DSM 17938 and Lactobacilus rhamnosus GG in the Human
gastrointestinal Tract with Daily Consumption of a Low-Fat Probiotic Spread. Appl.
Environ. Microbiol. 75 (19) : 6198-204.

FAO/WHO. 2001. Joint FAO/WHO Expert Consultation on Evaluation of Health and      Nutritional Properties of Probiotics in Food Including Powder Milk with Live Lactic             Acid Bacteria. Amerian Córdoba Park Hotel, Córdoba, Argentina.
FAO/WHO. 2002. Joint FAO/WHO Working Group Report on Drafting Guidelines for the
Evaluation of Probiotics in Food. London.
Febria Yunenshi, 2011. Pengaruh Pemberian Probiotik Pediococcus pentosaceus Asal
Fermentasi Kakao Hibrid Terhadap Penurunan Kolesterol Telur Itik Pitalah.
http://repository.unand.ac.id/16842/1/FEBRIA_YUNENSHI_0921207046_KIMIA.pd
f. Diakses 12 Maret 2013.
Granato, D., G. F. Branco, A. G. Cruz, J. D. A. F. Faria, and N. P. Shah. 2010. Probiotic Dairy Products as Functional Foods. Comprehensive Reviews in Food Science and     Food Safety.
Girindra, A. 1993. Biokimia I. Jakarta:Gramedia. G
Holzapfel, W. H. and U. Schillinger. 2002. Introduction to pre- and probiotics. Food Res. Int.
35: 109-116
Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. UGM Press : Yogyakarta.
ISAPP. 2009. Clarification of the Definition of a Probiotic. Available at; www.isapp.net.
Isolauri, E, Y. Sütas, P. Kankaanpää, H. Arvilommi and S. Salminen. 2001. Probiotics:
effects on immunity. Am. J. Clin. Nutr. 73 (2) : 444 – 450.

Isolauri, E. and S. Salminen. 2008. Probiotics: Use in Allergic Disorders: a Nutrition, Allergy,
Mucosal Immunology, and Intestinal Microbiota (NAMI) Research Group Report. J.
Clin. Gastroenterol. 42 (2) : 91 – 96.
Kabir, S.M.L dkk. 2004. The Dynamic of probiotics on growth performances and immune
response in boilers. Int. J. Poult. Sci
Koswara, S. 1995. Teknologi pengolahan kedelai. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Lambert, J M; Roger, S B; Willem, M de Vos and Michiel, K. 2008. Functional Analysis of
Four Bile Salt Hydrolase and Penicillin Acylase Family
Lee, J., Y. Kim, H. S. Yun, J. G. Kim, S. Oh, and S. H. Kim. 2010. Genetic and Proteomic
Analysis of Factors Affecting Serum Cholesterol Reduction by Lactobacillus
acidophilus A4. Appl. Environ. Microbiol. 76(14): 4829-4835
Liong, MT and Shah, NP. 2005. Bile Salt Deconjugation Ability, Bile Salt  Hydrolase
Activity and Cholesterol Co- precipitation Ability of  Lactobacillus  Strains. 
International Dairy Journal. Vol. 15: 391-398           
Liong, M.T. 2008. Roles of Probiotics and Prebiotics in Colon Cancer Prevention: Postulated
Mechanisms and In-vivo Evidence. Int. J. Mol. Sci. 9(5) : 854-863.
Lyra, A., L. K. Krogius, J. Nikkilä, E. Malinen, K. Kajander,K. Kurikka, R. Korpela, and A.
Palva. 2010. Effect of a multispecies probiotic supplement on quantity of irritable
bowel syndrome-related intestinal microbial phylotypes. BMC Gastroenterol. 10:1-10
Mahdavi, A.H; H.R. Rahmani dan J. Pourreza. 2005.  Effect of Probiotic Supplements on
Egg Quality and Laying Hen's Performance.  International Journal Of Poultry Science
. Vol. 4 (7): 488 -492
Muktiani, dkk. 2004. Sintesis Probiotik Bermineral Untuk Memacu Pertumbuhan dan        Meningkatkan Produksi Serta Kesehatan Sapi Perah. http://eprints.undip.ac.id/21917/2/427-ki-lpm-05.pdf. Diakses pada tanggal 4 Maret             2013.
Pereira, D I A dan Glenn, R B. 2002. Cholesterol Assimilation by Lactic Acid  Bacteria and
Bifidobacteria Isolated from the Human Gut.  Applied and  Environmental Microbiology . Vol. 68(9): 4689 – 4693
Prophylaxis Against Rotavirus Diarrhea Using a Combination of Lactobacillus
rhamnosus GG and Antibodies. BMC Microbiol. 7 (86): 2180 – 2187.
Prado, F. C., J. L. Parada, A. Pandey, and C. R. Soccol. 2008. Trends in non-dairy probiotic         beverages. Food Res
Rahayu, E. S. 2008. Probiotic for Digestive Health. Food Review-Referensi industri dan teknologi pangan Indonesia. http://www.food   review.biz/login/preview.php?            view&id=55932. Diakses pada tanggal : 25 November 2010
Saarela, M., G. Mogensen, R. Fondén , J. Mättö, and T.Mattila-Sandholm. 2000. Probiotic            bacteria: safety, functional and technological properties. J. Biotechnol.
Salazar-Lindo, E., D. Figueroa-Quintanilla, M. I. Caciano, V. Reto-Valiente, G. Chauviere,
and P. Colin. 2007. Effectiveness and Safety of Lactobacillus LB in the Treatment of
Mild Acute Diarrhea in Children. J. Ped. Gastroenterol. Nutr. 44:571-576.
Senok, A. C. 2009. Probiotics in the Arabian Gulf Region. Food & Nutrition Researc.             http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC 2651754/pdf/FNR-53- 1842.pdf. Diakses pada tangga: 29 November 2010
Shah, N. P. 2007. Functional cultures and health benefits. Int. Dairy J., Elsevier Inc : USA.
Shitandi, A., M. Alfred, and M. Symon. 2007. Probiotic characteristic of lactococcus strain
from local fermented Amaranthus hybrydus and Solanum nigrum. African Crop
ScienceConfrence Proceedings 8:1809-1812.
Sujaya, I N., Y. Ramona, N.S. Antara, dan N.W. Nursini. 2005. Manual kerja teknik dasar            biologi molekuler. UPT Laboratorium Terpadu Biosain dan Bioteknologi :        Universitas      Udayana.
Sun, Y.Z., H.L. Yang, R.L. Ma & W.Y. Lin. 2010. Probiotic applications of two dominant
gutBacillus Strains with antagonistic activity improved the growth performance and
immune responses of Grouper Epinephelus coioides. Fish & ShellfishImmunology,
29: 803-809
Surono, IS. 2004. Probiotik, Susu Fermentasi dan Kesehatan. Tri Cipta Karya: Jakarta

Torii, S., A. Torii, K. Itoh, A. Urisu, A.Terada, T. Fujisawa, K. Yamada, H. Suzuki, Y. Ishida,
F. Nakamura, H. Kanzato, D. Sawada, A. Nonaka, M. Hatanaka, and S. Fujiwara.
2010. Effects of Oral Administration of Lactobacillus acidophilus L-92 on the
Symptoms and Serum Markers of Atopic Dermatitis in Children. Int. Arch. Allergy
Immunol. 154(3): 236-245.

Tabbers, M.M. and M.A. Benninga. 2007. Administration of Probiotic Lactobacilli to
Children With Gastrointestinal Problems : There is Still Little Evidence. Ned.
Tijdschr. Geneeskd. 151 (40) : 2198 – 2202
Vanderhoof, J.A. 2008. Probiotics in Allergy Management. J. Ped. Gastroenterol. Nutr.
47:38-40
Victor, R.P. and D.R. Heldman. 2001. Introduction to Food Engineering. 3rd ed. London:.
Vine, N.G., W.D. Leukes, H. Kaiser, S. Daya, J. Baxter &T. Hecht. 2004. Competition for
attachment of aquaculture candidate probiotic and pathogenic bacteria on fish
intestinal mucus. J.Fish Dis., 27: 319–326.

Widyastuti, Endang. 2013. Suplementasi Probiotik Pada Budidaya Ikan.            http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Suplementasi%20Probiotik%20pada%20Bud      idaya%20Ikan.pdf . Diakses pada tanggal 4 Maret 2013.

Weichselbaum, E. 2009. Probiotics and health: a review of the evidence. Nutrition Bulletin.
34:340–373

Wolvers, D., J. M. Antonie, E. Myllyluoma, J. Schrezenmeir, H. Szajewska, and G. T. \
Rijkers. 2010. Guidance for Substantiating the Evidence for Beneficial Effects of
Probiotics: Prevention and Management of Infections by Probiotics. J. Nutr.
140(3):698-712


0 komentar " ", Baca atau Masukkan Komentar

Post a Comment

Bantu dengan klik

Please Click Here!!