UJI
KULAITATIF UNTUK IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT
I DAN II
I.
PENDAHULUAN
Karbohidrat sangat akrab
dengan kehidupan manusia. Karena ia adalah sumber energi utama manusia. Contoh
makanan sehari-hari yang mengandung karbohidrat adalah pada tepung, gandum,
jagung, beras, kentang, sayur-sayuran dan lain sebagainya.
Karbohidrat adalah polihidroksildehida dan keton polihidroksil atau
turunannya. selian itu, ia juga disusn oleh dua sampai delapan monosakarida
yang dirujuk sebagai oligosakarida. Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)n.
Rumus itu membuat para ahli kimia zaman dahulu menganggap karbohidrat adalah
hidrat dari karbon.
Penting bagi kita untuk lebih banyak mengetahui tentang karbohidrat
beserta reaksi-reaksinya, karena ia
sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya.
Oleh karena itu, tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui cara
identifikasi karbohidrat secara kualitatif, membuktikan adanya poliusakarida
dalam suatu bahan, membuktikan adanya gula pereduksi atau gula inversi, membedakan
antara monosakaridan dan poliskarida, membuktikan adanya pentosa, membuktikan
adanya gula ketosa (fruktosa), membedakan karbohidrat berdasarkan bentuk
kristalnya, mengidetifikasi hasil hirolisis pati atau amilum, dan mengidentifikasi
hasil hidrolisis sukrosa.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori yang mendasari percobaan ini adalah penmabahan asam organik pekat,
misalanya H2SO4 menyebabakan karbohidrat terhidrolisis
menjadi monosakarida. Selanjutnya monosakarida jenis pentosa akan mengalami
dehidrasi dengan asam tersebut menjadi furfural, semantara golongan heksisosa
menjadi hidroksi-multifurfural. Pereaksi molisch yang terdiri dari a-naftol
dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu. Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat, walalupun hasil
reaksi yang negatif menunjukkan bahwa larutan yang diperiksa tidak mengandung
karbohidrat. Warna ungu kemrah-merahan menyatakan reaksi positif, sedangka
warna hijau adalah negatif.
Untuk kegaitan praktikum kedua, yang mendasari perconaan uji iodium
adalah penmabahan iodium pada suatu polisakarida akan menyababkan terbentuknya
kompleks adsorpsi berwarna spesifik. Amilum atau pati dengan iodium
mengahailkan warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur, glikogen dan
sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengn iodium membantuk warna erah
coklat.
Pada uji benedict, teori yang mendarsarinya adalah gula yang mengandung
gugus aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalam
suasana alkalis, menjadi Cu+, yang mengendap sebagai Cu2O
(kupro oksida) berwarna merah bata.
Ion Cu2+ dari pereaksi
Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi
monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro
oksida) berwarna merah bata. Hal inilah yang mndasari uji Barfoed.
Pada uji bial, dasar dari percobaannya adalah dehidrasi pentosa oleh HCl
pekat menghasilkan furfural dengan penambahan orsinol (3.5-dihidroksi toluena)
akan berkondesasi membentuk senyawa kompleks berwarna biru.
Sedangkan dehidrasi fruktosa oleh HCL pekat menghasilkan
hidroksimetilfurfural dengan penambahan resorsinol akan megalami kondensasi
membentuk senyawa kompleks berwarna merah jingga menjadi dasar dari uji
Seliwanoff.
Pada uji Osazon, yang mendasarinya adalah pemanasan karbohidrat yang
memiliki gugus aldehida atao keton bersama fenilhidrazin berlebihan akan
membentuk hidrazon atao osazon. Osazon
yang terbentuk mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang spesifik.
Osazon dari disakarida larut
dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila didinginkan, namun sukrosa tidak
membentuk osazon karena gugus aldehida dan keton yang terikat pada monomernya
sudah tidak bebas., sebaliknya osazon monosakarida tidak larut dalam air mendidih.
Sedangkan teori yang mendasari
hidrolisis pati dan sukrosa adalah, pati (starch) tau amilum merupakan
polisakarida yang terdapat pada sebagian besar tanaman, terbagi menjadi dua
fraksi yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa (+- 20 %) memilki strusktur linier
dan dengan iodium memberikan warna biru serta larut dalam air. Fraksi yang
tidak larut disebut amilopektin (+- 80 %) dengan struktur bercabang. Dengan
penambahan iodium fraksi memberikan warna ungu sampai merah. Patai dalam
suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjdi senyawa-senyawa yang
lebih sedrhana. Hasil hidrolisis dapat dengan iodium dan menghaislkan warna
biru samapi tidak berwarna. Hasil akhir hidrolisis dapat ditegaskan dengan uji
Benedict.
Sukrosa oleh HCl dalam keadaan
panas akan terhirolisis, lalu menghasilkan glukosan dan fruktosa. Hal ini
menyebabkan uji Benedict dan uji Seliwanoff yang sebelum hidrolisis memberikan
hasil negatif menjadi positif. Uji Barfoed menjadi positif pula dan menunjukkan
bahwa hidrolisis sukrosa menghasilakn monosakarida.
+HCl
Sukrosa ----------- Glukosa + Fruktosa
III. METODOLOGI
Metodologi yang
digunakan pada percobaan ini adalah dengan menggunakan alat-alat, bahan-bahan
dan prosedur sebagai berikut :
Alat
1.
Tabung reaksi Pyrex
2.
Rak tabung reaksi
3.
Pipet tetes
4.
Lempeng tetes poselin
5.
Penjepit tabung reaksi
6.
Penangas air
7.
Alat pemanas
8.
Pipet ukur
9.
Mikroskop
Bahan
1. Amilum,
glokogen, dekstrin, sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa dan
arabinosa masing-masing dalam larutan 1 %.
2. Pereaksi
Molisch
3. H2SO4
pekat
4. Larutan
Iodium
5. Pereaksi
Benedict
6. Pereaksi
Barfoed
7. Perekasi
Bial
8. HCl
pekat (37 %)
9. Perekasi
Seliwanoff
10. Fenilhidrazin-hidroklorida
11. Natrium
asetat
12. HNO3 pekat
13. HCl 2 N
14. NaOH %
15. Kertas
lakmus
Prosedur
- Uji Molisch
- Masukkan
15 tetes larutan uji kedalam tabung rekasi yang masih kering dan bersih
- Tamabahkan 3 tetes pereaksi Molisch. Campurkan dengan baik.
- Miringkan tabung rekasi, lalu alirkan dengan hati-hati 1 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung supaya tidak bercampur.
- Perhatikan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan yang menandakan reaksi positif karbohidrat.
- Catat
hadil dan buatalah kesimpulannya.
- Uji Iodium
- Masukkan tiga
tetes larutan uji kedalam tabung reaksi atau lempeng tetes porselin.
- Tambahkan dua tetes larutan Iodium
- Amati warna
sepesifik yang terbentuk, cata dan buatlah kesimpulannya.
- Uji Benedict
1.
Masukkan lia
tetes larutan uji dan 15 tetes pereaksi Benedict ke dalam tabung reaksi. Campurkan dengan
baik.
2.
Didihkan di atas api kecil selama dua menit atau
masukkan ke dalam penangas air mendidih selama 5 menit.
3. Dinginkan perlahan-lahan. Perhatikan warna
dan endapan yang terbentuk.
- Uji Barfoed
1.
Masukkan 10
tetes larutan uji dan 10 tetes pereaksi Barfoed ke dalam tabung reaksi. Campurkan
dengan baik.
2.
Didihkan di atas api kecil selama satu menit atau
masukkan ke dalam penangas air mendidih selama 5 menit.
3.
Dinginkan perlahan-lahan. Perhatikan warna atau endapan
yang terbentuk. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata.
- Uji Bial
1. Masukkan 5 mL larutan uji dan tambahkan 10
tetes pereaksi Bial dan 3 mL HCl pekat ke dalam tabung reaksi. Campurlah
dengan baik.
2.
Panaskan
di atas api kecil sampai timbul gelembung-gelembung gas ke permukaan larutan
3.
Perhatikan
warna atau endapan yang terbentuk. Terbentuknya warna biru menunjukkan adanya
pentosa.
- Uji Seliwanoff
1.
Masukkan 5 tetes larutan uji dan tambahkan 15 tetes
perekasi selliwanof ke dalam tabung reaksi
2.
Didihkan di atas api kecl selama 30 detik atai dalam
penangas air selama 1 menit
3. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya
larutan berwarna merah jingga
- Uji Osazon
1. Masukkan 2 mL larutan ke dalam tabungt
reaksi
2. Tambahkan seujung spatel
fenilhidrazin-hidroklorida an kristal natrium asetat.
3. Panaskan ke dalam penangas air mendidih
selama beberapa menit (+- 30 menit)
4. Dinginkan perlaha-lahan di bawah air kran
5.
Perhatikan kristal yang terbentuk dan identifikasi di
bawah mikroskop.
- Hidrolisis Pati
1. Masukkan
ke dalam tabung rekasi Pyrex 5 mL
larutan amilum 1 % kemudian tambahkan 2,5 mL HCl 2 N.
2. Campurtlah
dengan baik, lalau masukkan ke dalam penangas air mendidih.
3. Setetlah
tiga menit, ujilah dengan larutan iodium dengan cara mengambil 2 tetes larutan,
lalu ditambah 2 tetes iodium dalam lempeng tetes porselin tetes. Catat
perubahan warna yang terjadi.
4.
Lakukan
uji iodium setiap tiga menit samapi hasilnya berwarna kuning pucat.
5. Lakuakan
hidrolisis selama 5 menit lagi
6. Setelah didinginkan, ambil 2 mL larutan
hasil hidrolisis, lalu netrelakan dengan NaOH 2 %. Uji dengan kertas
lakmus
7. Kemudaian
lakuakan uji Benedict
8.
Simpulakan
apa yang dihasilakan dari hidrolisis pati
- Hidrolisis Sukrosa
1.
Masukkan ke dalamtabung reaksi Pyrex 5 mL larutan
sukrosa 1 % kemudian tambahkan 5 tetes HCl pekat.
2. Campurlah dengan baik, lalu panaskan dalam
penangas air medidih selama 30 menit.
3. Setelah didiginkan, netralkan larutan
dengan NaOH 2 % dan uji dengan kertas lakmus.
4.
Selanjutnya lakukan uji Benedict, Seliwanoff, dan
Barfoed.
5.
Simpulkan apa yang dihasilkan dari hidrolisis sukrosa.
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
Dari Praktikum 1, diperoleh hasil sebagaimana
tertera di tabel. 1
Tabel. 2
No.
|
Zat Uji
|
Hasil Uji Molisch
|
Karbohidrat (+/-)
|
1.
|
Amilum 1 %
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
+
|
2.
|
Glikogen 1 %
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
+
|
3.
|
Dekstrin 1 %
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
+
|
4.
|
Sukrosa 1 %
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
+
|
5.
|
Laktosa 1 %
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
+
|
6.
|
Maltosa 1 %
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
+
|
7.
|
Galaktosa 1 %
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
+
|
8.
|
Fruktosa 1 %
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
+
|
9.
|
Glukosa 1%
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
+
|
10.
|
Arabinosa 1 %
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
+
|
Pada
uji Molisch, semua zat uji adalah termasuk karbohidrat. hal tersebut dapat
dilihat pada terbentuknya cincin berwarna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah
sebagai berikut :
H O
│ ║
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O
+ H2SO4 → ─C—H +
│
OH
Pentosa
Furfural α-naftol
H
│
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4
Heksosa
O
║
→ H2C─
─C—H +
│ │
OH OH
5-hidroksimetil furfural α-naftol
Rumus dari cincin ungu yang
terbentuk adalah sebagai berikut:
O
║
║ __SO3H
H2C─ ─────C───── ─OH
Cincin ungu senyawa kompleks
Pada
uji Iodium, pada masing-masing zat uji memiliki indikasi yang berbeda-beda.
dari sepuluh zat uji, Amilum, Glikogen, dan Dekstrin positif polisakarida.
Untuk uji Iodium, didapat hasil sebagaimana
tertera di tabel 2.
Tabel . 2
No.
|
Zat Uji
|
Hasil Uji Iodium
|
Polisakarida (+/-)
|
1.
|
Amilum 1 %
|
Terbentuk warna Biru Tua
|
+
|
2.
|
Glikogen 1 %
|
Terbentuk warna Merah Coklat
|
+
|
3.
|
Dekstrin 1 %
|
Terbentuk warna Merah Anggur
|
+
|
4.
|
Sukrosa 1 %
|
Terbentuk warna Kuning
|
-
|
5.
|
Laktosa 1 %
|
Terbentuk warna Kuning
|
-
|
6.
|
Maltosa 1 %
|
Terbentuk warna Kuning
|
-
|
7.
|
Galaktosa 1 %
|
Terbentuk warna Kuning
|
-
|
8.
|
Fruktosa 1 %
|
Terbentuk warna Kuning
|
-
|
9.
|
Glukosa 1%
|
Terbentuk warna Kuning
|
-
|
10.
|
Arabinosa
|
Terbentuk warna Kuning
|
-
|
Pada
uji Benedict, indikator terkandungnya Gula Reduksi adalah dengan terbentuknya endapan berwarna
merah bata. hal teresebut dikarenakan terbentuknya hasil reaksi berupa Cu2O.
Hasil uji pada
uji Benedict adalah sebagaimana tertera di tabel. 3
Tabel 3
No.
|
Zat Uji
|
Hasil Uji Benedict
|
Gula Reduksi (+/-)
|
1.
|
Amilum 1 %
|
Terbentuk warna hijau dan tidak terbentuk endapan
|
-
|
2.
|
Glikogen 1 %
|
Terbentuk warna biru dan tidak terbentuk endapan
|
-
|
3.
|
Dekstrin 1 %
|
Terbentuk warna biru dan endapan kuning
|
-
|
4.
|
Sukrosa 1 %
|
Terbentuk warna biru dan tidak terbentuk endapan
|
-
|
5.
|
Laktosa 1 %
|
Terbentuk endapan merah bata
|
+
|
6.
|
Maltosa 1 %
|
Terbentuk endapan merah bata
|
+
|
7.
|
Galaktosa 1 %
|
Terbentuk endapan merah bata
|
+
|
8.
|
Fruktosa 1 %
|
Terbentuk endapan merah bata
|
+
|
9.
|
Glukosa 1%
|
Terbentuk endapan merah bata
|
+
|
10.
|
Arabinosa
|
Terbentuk endapan merah bata
|
+
|
Berikut reaksi yang berlangsung:
O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O
Gula Pereduksi Endapan
Merah Bata
Pada
uji Barfoed, yang terdeteksi monosakarida membentuk endapan merah bata karena
terbentuk hasil Cu2O. berukut reaksinya :
O O
║ Cu2+ asetat ║
R—C—H + ─────→
R—C—OH + Cu2O+ CH3COOH
n-glukosa E.merah
monosakarida bata
Hasil uji pada uji Barfoed adalah
sebagaimana tertera di tabel. 4
Tabel. 4
No.
|
Zat Uji
|
Hasil Uji Barfoed
|
Monosakarida (+/-)
|
1.
|
Sukrosa 1 %
|
tidak terbentuk endapan
|
-
|
2.
|
Laktosa 1 %
|
tidak terbentuk endapan
|
-
|
3.
|
Maltosa 1 %
|
Tidak terbentuk endapan
|
-
|
4.
|
Galaktosa 1 %
|
Terbentuk endapan merah bata
|
+
|
5.
|
Fruktosa1 %
|
Terbentuk endapan merah bata
|
+
|
6.
|
Glukosa1 %
|
Terbentuk endapan merah bata
|
+
|
7.
|
Arabinosa 1 %
|
Terbentuk endapan merah bata
|
+
|
Pada
uji Bial, terkandungnya pentosa dideteksi dengan indikasi terbentuknya warna
biru pada zat uji, dan hal itu terbukti pada zat uji Arabinosa 1 %.
Hasil uji pada
uji Bial adalah sebagaimana tertera di tabel. 5
Tabel. 5
No.
|
Zat Uji
|
Hasil Uji Bial
|
Pentosa (+/-)
|
1.
|
Maltosa 1 %
|
Bening
|
-
|
2.
|
Galaktosa 1 %
|
Bening
|
-
|
3.
|
Fruktosa 1 %
|
Berwarna Kuning
|
-
|
4.
|
Glukosa 1 %
|
Bening
|
-
|
5.
|
Arabinosa1 %
|
Berwarna Biru
|
+
|
Berikut, reaksinya :
H O CH3
│
-3 H2O ║ │
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + HCl ───→ ─C—H +
│ │
OH
OH
Pentosa
Furfural orsinol
(kompleks
berwarna biru)
Pada
uji Seliwanof, ketosa terdeteksi pada zat uji Fruktosa dengan terbentuknya
warna jingga; yaitu karena terbentuknya resorsinol.
Hasil uji pada
uji Seliwanoff adalah sebagaimana tertera di tabel. 6
Tabel. 6
No.
|
Zat Uji
|
Hasil Uji Seliwanof
|
Ketosa (+/-)
|
1.
|
Sukrosa 1 %
|
Kuning Jingga
|
-
|
2.
|
Galaktosa 1 %
|
Bening
|
-
|
3.
|
Fruktosa 1 %
|
Merah Jingga
|
+
|
4.
|
Glukosa 1 %
|
Bening
|
-
|
5.
|
Arabinosa1 %
|
Bening
|
-
|
Berikut reaksinya :
CH2OH OH O OH
OH
+HCl ║ │ │
H CH2OH
───→ H2C— —C—H
+ → kompleks
│
berwarna
OH H OH merah
jingga
5-hidroksimetil furfural resorsinol
Pada uji Osazon, diperoleh hasil yang
berbeda-beda. Masing-masing zat uji mempunyai bentuk yang khas. Hal tersebut
dapat digunakan untuk membedakan antara setu karbohidrat dengan karbohidrat
yang lain.
Hasil Uji Osazon adalah sebagaimana tertera di
tabel 7
Tabel. 7
No.
|
Zat Uji
|
Hasil Uji Osazon
|
Bentuk Kristal
|
1.
|
Sukrosa 1 %
|
Terbentuk Kristal
|
|
2.
|
Maltosa 1 %
|
Terbentuk Kristal
|
|
3.
|
Galaktosa 1 %
|
Terbentuk Kristal
|
|
4.
|
Glukosa 1 %
|
Terbentuk Kristal
|
|
Berikut reaksinya :
H H
OH H H
│ │ │ │ │
CH2OH—C—C—C—C—C=O+H2NNHC6H5 (D-glukosa + fenilhidrazin)
│ │ │ │
OH OH H OH
↓
H H
OH H H
│ │ │ │ │
CH2OH—C—C—C—C—C=O+NNHC6H5
+ H2 (D-glukosafenilhidrazon)
│ │ │ │
OH OH H OH
│
│2
C6H5 NHNH2
↓
H H
OH H
│ │ │ │
CH2OH—C—C—C—C—C=O+NNHC6H5 (D-glokosazon / Ozsazon kuning)
│ │ │ ║
OH OH H NNH
C6H5
Pada
uji hidrolisis pati, hidrolisis sempurna apabila menjadi senyawa yang lebih
sederhana yang terdeteksi pada perubahan warna. Hal ini terlihat padas
perubahan warna setiap tiga menit disertai perbedaan hasil hidrolisis pula.
Larutan hasil hidrolisis sebelum dilakukan uji Benedict untuk menentukan hasil
akhir harus dinetralkan terlebih dahulu, karena semula masih dalam suasana
asam. Berikut hasil uji Hidrolisis
Pati adalah sebagimana tertera di Tabel. 8
Tabel. 8
Perlakuan
|
Hidrolisis (menit)
|
Hasil Uji Iodium
|
Hasil Hidrolisis
|
5 mL amilum 1 % ditambah 2,5 mL
HCl 2 N kemudia dipanskan di penangas air mendidih
|
3
|
Biru
|
Amilopekstin
|
6
|
Ungu
|
Amilosa
|
|
9
|
Violet
|
Amilosa
|
|
12
|
Merah Tua
|
Ertitrodekstrin
|
|
15
|
Kuning Coklet
|
Akrodekstrin
|
|
18
|
Kuning Pucat
|
Maltosa
|
|
21
|
Pekat
|
Glukosa
|
|
Hasil Akhir dengan uji
Benedict yaitu terbentuknya endapan merah bata
|
Pada
uji Hidrolisis Pati ini dilakukan uji Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed supaya
dapat mengidentifikasi monosakarida-monosakarida yang terbentuk (glukosa dan
fruktosa.
Sementara itu, yang dimaksud dengan gula
inverse adalah gula yang dapat memutar bidang polarisasi, karena memiliki gugus
aldehida dan keton bebas. Berikut hasil uji Hidrolisis Pati adalah sebagimana
tertera di Tabel. 9
Tabel. 9
Perlakuan
|
Uji
|
Hasil Uji
|
5 mL sukrosa 1 % ditambah 5 tetes
HCl pekat kemudian dipanaskan di penagas air mendidih
|
Benedict
|
Terbentuk Endapan Merah Bata
|
Seliwanoff
|
Terbentuk Merah Jingga
|
|
Barfoed
|
Terbentuk Endapan Merah Bata
|
V.
KESIMPULAN
1.
Amilum, glokogen, dekstrin, sukrosa, laktosa, maltosa,
galaktosa, fruktosa, glukosa dan arabinosa masing-masing dalam larutan 1 %.
Terbukti positif karbohidrat
2. Pada Amilum, Glikogen, dan Dekstrin adalah
polisakarida
3. Pada laktosa, Maltosa, Galaktosa, Fruktosa,
Glukosa, dan Arabinosa terdapat gula inversi yaitu dengan terbentuknya endapan
merah bata.
4. Pada Sukrosa, Laktosa, dan Maltosa adalah
monosakarida. Sedangkan,
Galaktosa, Fruktosa, Glukosa, dan Arabinosa adalah disakarida
5. Pada zat Uji Arabinosa, terdpaat pentosa
dari uji Barfoed
6. Pada Uji Seliwanof, Ketosa terdapat pada
fruktosa
7. Bentuk kristal karbohidrat pada hasil uji
Osazon berbeda-beda sesuai dengan zat ujinya.
8.
Hasil hidrolisis pati dan amilum adalah amilopektin,
amilosa, eritrodekstrin, akrodekstrin, maltosa, dan glukosa
9.
hasil hidrolisis sukrosa adalah
monosakarida-monsakarida (glukosa dan freuktosa) yang terdeteksi pada uji
Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed
VI. DAFTAR
PUSTAKA
Feseenden dan Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia
Organik. Binarupa Aksara. Jakarta
Jalip, IS. 2008. Praktikum Kimia Organik,
Edisi kesatu. Laboratorium Kimia
Universitas Nasional. Jakarta
0 komentar " ", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment